Info Gempa Bumi
Rentetan Gempa di Jateng Termasuk Gempa Swarm dengan Magnitudo Relatif Kecil
Rentetan gempa di Semarang, Ambarawa, Salatiga, Banyubiru dan sekitarnya termasuk gempa swarm dengan karakter memiliki kekuatan relatif kecil
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Wilayah Jawa Tengah, utamanya di Banyubiru, Ambarawa, Semarang, Salatiga dan sekitarnya, diguncang oleh rentetan gempa dalam beberapa waktu terakhir ini. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, gempa-gempa tersebut merupakan karakter gempa swarm.
Sebagaimana unggahannya di Twitter, gempa swarm ini dicirikan dengan jumlah gempa yang sangat banyak namun tidak ada gempa utama dengan kekuatan yang menonjol. Rata-rata, gempa ini memiliki magnitudo relatif kecil yaitu kurang dari magnitudo 4.0.
"Sejak pukul 5.57 WIB 4 rentetan gempa dirasakan mengguncang Banyubiru dan Ambarawa dgn magnitudo 3,4 2,3 2,3 dan 2,2. Inilah karakter gempa swarm," tulisnya dalam unggahannya di akun Twitter-nya, Minggu (24/10/2021).
Sebelumnya, dalam kesempatan wawancara bersama KompasTV, pada Sabtu (23/10/2021) petang, Daryono menyebutkan, jika rentetan gempa itu sudah mencapai lebih dari 30 kali, maka warga tidak perlu panik berlebihan lantaran itu merupakan karakter gempa swarm.
“Kalau sudah melebihi 30, itu sudah benar-benar murni swarm, dan itu malah tidak terlalu kita khawatirkan,” katanya, Sabtu (23/10/2021) kemarin.
Alasannya, gempa swarm biasanya tidak menghasilkan guncangan dengan magnitudo besar atau di atas magnitudo 5.
“Karena kalau swarm itu tidak ada yang menonjol besar. Tidak ada yang lebih dari (magnitudo) 5, itu jarang sekali,” katanya.
Sementara itu, dikutip dari situs Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi, tentang anaslisis geologi kejadian rangkaian gempa bumi di Kabupaten Semarang, disebutkan bahwa pusat gempa ini terjadi di sekitar wilayah Kecamatan Ambarawa, Jambu dan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Daerah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunungapi muda dan endapan aluvial di sekitar Danau Rawapening.
Endapan aluvial dan batuan rombakan gunungapi yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Masyarakat juga diimbau untuk tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Sejarah Gempa di Semarang, Salatiga, Ambarawa, Muria, Pati dan Sekitarnya
Dalam catatan sejarah gempa memang pernah mengguncang wilayah Semarang, Salatiga, Ambarawa, Muria, Pati, dan Sekitarnya.
Berdasarkan informasi yang dibagikan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, setidaknya terjadi 15 kali gempa dalam kurun waktu tahun 1773 hingga 1890. Meliputi ;
- Tanggal 21 April 1773, lokasi gempa di Semarang
- Tanggal 25 Desember 1821, lokasi gempa di Semarang - Jepara dengan skala VI-VII MMI.
- Tanggal 22 Maret 1836, lokasi gempa di Semarang.
- Tanggal 4 Januari 1840, lokasi gempa di Semarang
- Tanggal 16 Nopember 1847, lokasi gempa di Semarang, Rembang, Lasem dan sekitarnya.
- Tanggal 26 April 1849, lokasi gempa di Semarang.
- Tanggal 4 Juni 1849, lokasi gempa di Rembang, Blora
- Tanggal 24 September 1849, lokasi gempa di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
- Tanggal 24 Januari 1851, lokasi gempa di Rembang.
- Tanggal 26 Nopember 1852, lokasi gempa di Semarang.
- Tanggal 21 Desember 1852, lokasi gempa di Semarang.
- Tanggal 19 Januari 1856, lokasi gempa di Semarang dengan skala VII-VIII MMI.
- Tanggal 1 Juni 1856, lokasi gempa di Semarang.
- Tanggal 15 September 1857, lokasi gempa di Rembang dengan 3 kali guncangan gempa.
- Tanggal 12 Desember 1890, lokasi gempa di Pati - Juwana dengan magnitudo 6,8. (VII - VIII MMI). Kerusakan terjadi di radius 500 kilometer. Beberapa orang dilaporkan meninggal dunia. [Sumber : Soetardjo dkk (1985), Arthur Wichmann (1918) dikompilasi oleh Daryono BMKG]
Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Adapun gempa bumi sebenarnya tidak mematikan, sementara yang menimbulkan korban jiwa adalah dampak dari gempa bumi itu. Semisal salah satunya adalah akibat tertimpa bangunan yang roboh.
Oleh sebab itu, penting artinya untuk melakukan langkah-langkah mitigasi bencana gempa bumi, sehingga warga memiliki kesiapan yang lebih matang untuk meminimalisir efek berbahaya dari terjadinya gempa bumi.
Lantas apa saja yang harus dipersiapkan untuk meminimalisir dampak dari terjadinya bencana gempa bumi?
Berikut informasi sebagaimana yang dilansir oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
1. Yang dilakukan sebelum gempa bumi
a. Mengetahui potensi bahaya di rumah
- Di bawah perabot yang kuat, seperti meja dan kursi
- Merapat pada dinding, seperti berdiri pada siku bangunan
- Menjauh dari kaca atau cermin atau pun barang-barang berat yang berpotensi jatuh
- Di luar rumah, jauhi bangunan, pohon, dan jaringan telepon atau listrik, atau bangunan yang mungkin runtuh
c. Bekali pengetahuan diri sendiri dan anggota keluarga
- Lampu senter dan baterai cadangan
- Radio dengan baterai
- Perlengkapan PPPK dan panduannya
- Makanan siap saji dan minuman (perhatikan masa berlakunya)
- Obat-obatan khusus disesuaikan dengan kebutuhan pemakai
- Uang secukupnya
- Sepatu khusus
e. Merencanakan mekanisme komunikasi darurat
- Bekerja sama dengan media lokal untuk membuat kolom khusus terkait informasi respon darurat setelah bencana. Disebutkan juga pada kolom tersebut nomor telepon BPBD, instansi pemerintah terkait, rumah sakit, dan PMI.
- Kenali bersama keluarga mengenai potensi bencana yang ada di sekitar rumah
- Bekerja sama dengan BPBD, PMI, atau pihak terkait lainnya untuk menyiapkan laporan khusus bagi masyarakat dengan mobility impairment pada apa yang akan kita lakukan selama gempabumi
- Melakukan simulasi evakuasi sederhana di rumah
- Mencari informasi dari pihak terkait tentang pemutusan listrik dan air pada saat bencana
- Bekerja sama dengan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang building code, retrofitting program, ancaman bahaya, dan rencana yang disusun oleh keluarga pada saat keadaan darurat
2. Yang dilakukan pada saat bencana
Tetap berada di tempat yang menurut Anda aman selama terjadi gempa. Waspadai gempa susulan yang terkadang guncangannya lebih kuat. Perhatikan langkah Anda ke tempat aman lain dan tetap berada di sekitar tempat itu sampai guncangan berhenti dan Anda dapat keluar dengan aman.
a. Ketika di dalam ruangan
- Tetaplah di luar
- Jauhi dari gedung, lampu jalan, atau jaringan berkabel.
- Ketika di luar, tetaplah di luar hingga guncangan berhenti. Bahaya paling besar berada langsung di luar bangunan; pada pintu keluar, exterior sepanjang dinding luar.
c. Di dalam kendaran
- Jangan menyalakan api
- Jangan bergerak atau apa pun yang menimbulkan debu
- Tutupi mulut Anda dengan sapu tangan atau kain
- Munculkan suara pada pipa atau dinding sehingga tim SAR dapat mencari posisi Anda. Gunakan peluit apabila tersedia. Berteriak adalah jalan terakhir yang dapat dilakukan, tapi hal ini dapat menyebabkan akan menghirup debu.
3. Yang dilakukan setelah terjadi bencana
- Siaga kemungkinan yang terjadi setelah gempa. Gelombang guncangan kedua biasanya kurang mematikan tetapi dapat lebih kuat untuk memberikan kerusakan tambahan hingga memperlemah struktur bangunan dan dapat terjadi pada satu jam pertama, beberapa hari, minggu, bahwa bulan setelah gempa.
- Dengarkan radio atau televisi yang bisa diakses. Perhatikan informasi terkini terkait respon darurat.
- Gunakan telepon untuk panggilan darurat
- Buka laci lemari secara hati-hati. Waspadai benda-benda yang dapat menjatuhi Anda.
- Jauhi area yang hancur. Jauhi area yang hancur kecuali memang kehadiran Anda dibutuhkan oleh pihak berwenang, seperti kepolisian, pemadam kebakaran, atau tim SAR. Kembalilah ke rumah apabila pihak berwenang mengatakan bahwa kondisi telah aman.
- Bantu korban luka atau yang terjebak. Ingat untuk selalu membantu tetangga atau siapapun yang membutuhkan pertolongan khusus seperti anak-anak, orang tua, atau orang cacat. Berikan pertolongan pertama secara tepat. Jangan pindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang lebih parah. Carilah bantuan kepada tim medis yang lebih ahli.
- Bersihkan cairan yang berbahaya. Tinggalkan lokasi yang berbau cairan berbahaya seperti gas atau cairan kimia.
- Periksa beberapa peralatan.
- Periksa apabila terjadi kebocoran gas. Jika tercium bau gas, segera buka jendela dan segera keluar bangunan.
- Periksa kerusakan listrik. Apabila ditemukan jaringan kabel yang rusak dan tercium bau panas listrik, segera matikan listrik.
- Periksa kerusakan tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa.
- Apabila terjadi kerusakan pada tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa, hindari penggunaan toilet dan panggil tukang di bidangnya. Hubungi instansi yang berwenang untuk antispasi pencemaran air yang lebih luas.
(*/Tribun Jogja/Berbagai Sumber)