PSS Sleman
Deadline Tiga Tuntutan BCS dan Slemania, Siapa yang Bakal Terdepak dari PSS?
Hingga saat ini manajemen PT PSS terkesan mengulur waktu dan tidak mengindahkan tuntutan suporter tersebut.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM SLEMAN- Senin (18/10/2021) pukul 16.00 WIB merupakan tenggat waktu bagi pemegang saham mayoritas PT Putra Sleman Sembada (PSS) untuk memberikan jawaban tegas terhadap tiga tuntutan Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania.
Hal tersebut merupakan ultimatum yang disampaikan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, saat menggelar audiensi secara daring dengaan Agus Projosasmito selaku pemegang saham mayoritas PT Putra Sleman Sembada (PSS) dari PT Palladium Pratama Cemerlang, Jumat (15/10) lalu.
"Para suporter ini sudah lama menunggu bahkan ada yang sampai ke Jakarta dan Bandung. Tapi sampai hari ini belum ada jawaban yang memuaskan. Maka dari itu saya disini ingin meminta jawaban yang tegas dari pemegang saham, bagaimana," kata Kustini saat berbincang melalui zoom, Jumat (15/10).
Jawaban tegas yang dimaksud Kustini adalah tuntutan suporter agar Direktur Utama PSS, Marco Gracia Paulo, pelatih Dejan Antonic, dan pemain Arthur Irawan keluar.
Pasalnya, hingga saat ini manajemen PT PSS terkesan mengulur waktu dan tidak mengindahkan tuntutan suporter tersebut.
"Saya memantau PSS dari jauh. Dan dari informasi yang saya dengar (tuntutan) akan dipenuhi sebelum pertandingan seri ke dua. Tapi sampai ini belum ada jawaban tegas yang akhirnya memicu kemarahan para suporter," jelas Kustini.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kustini juga telah mengirimkan surat melalui Pemda Sleman sebagai bentuk ultimatum.
"Kalau sampai belum ada sikap tegas minimal dari salah satu tuntutan itu, akan saya tindak lanjut," ujar Kustini.
Dalam kesempatan tersebut, Komisaris Utama (Komut) PT Putra Sleman Sembada sekaligus pemegang saham mayoritas dari PT Palladium Pratama Cemerlang, Agus Projosasmito buka suara terkait tiga tuntutan suporter.
Akan dalam audiensi tersebut Agus Projosasmito belum bisa memberikan jawaban akibat ketidakhadiran pemilik saham Effy Soenarni Soeharsono pada kesempatan tersebut. Sekadar informasi, komposisi saham 70 persen yang dimiliki oleh PT Palladium Permata Cemerlang di klub separuhnya dipegang oleh Effy.
Seperti diberitakan sebelumnya, kisruh suporter Super Elja dengan manajemen PT PSS masih berlanjut. Bahkan pada hari Kamis (14/10) malam, ribuan suporter mendatangi Rumah Dinas Bupati untuk menyampaikan aduannya. Saat itu Kustini berjanji akan berkomunikasi dengan pemegang saham mayoritas dan meminta kejelasan agar konflik bisa segera mereda.
Mencoba mengurai benang kusut tersebut, Kustini memberikan ultimatum dengan tenggat waktu hari Senin (18/10) pukul 16.00 WIB kepada pemegang saham mayoritas PSS untuk memberikan jawaban atas tuntutan yang diajukan suporter.

Ultimatum tersebut diberikan Bupati Kustini kepada pemegang saham mayoritas PT PSS agar segera memberikan keputusan tegas terkait dengan tiga tuntutan suporter.
"Jadi saya boleh lapor, bahwa kemarin di kantor saya menerima utusan dari BCS dan Slemania, setelah itu saya bertemu dengan partner saya, Ibu Effy Soenarni Soeharsono," ujar Agus dikutip Tribun Jogja dari video yang diunggah di kanal Youtube Kustini Sri Purnomo.
"Nah saya kan sudah sampaikan ke Ibu Effy, ini tuntutannya saya sudah bertemu suporter karena waktu itu dia saya ajak tapi tidak mau, Ini tuntutannya ada tiga pertama Dejan, kedua anak kamu (Arthur Irawan), karena anak kamu kalau masih main itu ada konflik. Siapapun yang jadi pelatih itu juga nggak enak untuk bersikap obyektif. Berikutnya, Marco. Jadi ada tiga tuntutan," tambahnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan, pihaknya sebenarnya mau menuruti tuntutan tersebut dan berkomitmen membangun PSS menjadi lebih baik.
"Namun kami dihadapkan pada kendala seperti ini," ujarnya.
Meski belum dapat memberikan jawaban terkait tuntutan suporter, Agus berujar akan mengurai permasalahan tersebut berdasarkan prioritas.
"Mungkin kalau kita mempunya prioritas, itu yang paling disengiti (dibenci) sama suporter siapa bu? Dejan kah? Marco kah? atau Arthur?," ujar Agus.
"Saya pikir kalau Dejan kita ganti dulu yang prioritas, dan kita mendapatkan pelatih yang obyektif, tentunya dia juga tidak akan memainkan yang namanya Arthur kan bu?," tambahnya.
Lebih lanjut Agus menegaskan bahwa dirinya tidak pernah memerintahkan kepada jajaran manajemen untuk memindahkan homebase PSS keluar dari Sleman sebagaimana yang mencuat beberapa waktu terakhir.
"Kami tidak pernah memerintahkan, memindahkan homebase Sleman (PSS) ke tempat lain. Saya pun kaget, itu apa kok berani-beraninya memindahkan homebase Sleman ke tempat lain. Wah ini nggak sopan, ini kurang ajar," kata Agus.
"Saya berani ajukan ke tuntutan ke pengadilan manapun bahwa saya tidak pernah memerintahkan untuk memindahkan homebase Sleman ke tempat lain, saya janji," tambahnya.
Bak benang kusut, permasalahan antara manajemen PT PSS Sleman dan suporternya tak kunjung terurai.
Desakan suporter PSS yang berharap pelatih kepala Dejan Antonic dipecat menyusul jebloknya performa Laskar Sembada, tak kunjung menemui jawaban, polemik pun malah kian melebar.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, lantaran tak kunjung mendapatkan jawaban soal realisasi tiga tuntutan, komunitas suporter klub PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) menggelar audiensi dengan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, Jumat (15/10/2021) dini hari WIB.
Hal tersebut dilakukan lantaran tuntutan Sleman Fans belum mampu dipenuhi dewan komisaris dan pemegang saham mayoritas PT PSS. Mengingat telah dilakukan penagihan janji yang disepakati hari ini. Hari dimana sebelum Series 2 akan digelar, Jumat (15/10) hari ini.
Mosi Tidak Percaya
BCS juga lantang menyuarakan mosi tidak percaya menyusul tuntutan mereka yang tak kunjung dijawab oleh manajemen PT Putra Sleman Sembada (PSS).
"MOSI TIDAK PERCAYA!," cuit akun Twitter BCSXPSS_1976, Kamis (14/10/2021) pukul 23.05 WIB.
"Genting. PSS Sleman kini kian menjauh. Gejolak dalam akar rumput menumbuh tak terbendung. Akumulasi permasalahan di tubuh klub yang tak kunjung usai justru semakin menguatkan tiga tuntutan Sleman Fans,"
"Petak umpet. Kemanapun juga kami datangi, kami cari PSS Sleman kami. Dari Sleman ke Bandung lalu Jakarta. Acuh, tiada berpulang pasca seri pertama. Berdalih seri kedua akan berlangsung di Jakarta. Tanpa mampir, PSS bertolak ke Surakarta,"
"Beriringan dengan tuntutan Sleman Fans yang belum mampu dipenuhi dewan komisaris dan pemegang saham mayoritas. Mengingat telah dilakukan penagihan janji yang disepakati hari ini. Hari dimana sebelum Series 2 akan digelar,"
"Maka malam ini kami akan membawa tuntutan ini kepada Kepala Daerah, yakni Bupati Sleman. PSS adalah aset daerah yang harus diperjuangkan dan diselamatkan bersama,"
"Berdasarkan dari pertemuan perwakilan BCS dengan Bapak Agus Projosasmito tempo hari di Jakarta, kami mendapatkan informasi bahwa ada satu nama pemegang saham mayoritas lain, Ibu Effy Soenarni Soeharsono. Fakta yang ditemukan bahwa Ibu Effy adalah ibu dari Arthur Daniel Irawan,"
"Jangan goyah, apapun itu. Stick together kawanku. Tetap dalam barisan! #DejanOut #ArthurOut #MarcoOut," demikian cuit akun Twitter BCS dalam utas berjudul 'Mosi Tidak Percaya'.
Sehari sebelumnya, Kamis (14/10) atau H-1 jelang laga PSS kontra Barito Putera, tagar Marco Out, merujuk pada desakan mundurnya dirut PT PSS, Marco Gracia Paulo, kembali populer di linimasa Twitter.
Selain tagar Marco Out, Sleman Fans juga menyerukan gerakan 'Senyapkan Media PSS', merujuk pada seruan untuk tidak memberikan komentar dan like di Instagram resmi PSS, serta tidak memberikan komentar, retweet, dan like dicuitan akun Twitter resmi PSS.
Sebelumnya Marco Gracia Paulo menyampaikan di hadapan Sleman Fans yang ngluruk langsung ke Bandung, Minggu (3/10), bahwa tuntutan memecat pelatih Dejan Antonic akan ditindaklanjuti dengan pertemuan di Sleman, Selasa (5/10) sebelum pukul 17.00 WIB.
Namun saat tengah berdialog, Marco mengalami serangan jantung dan kemudian menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Bandung.
Lantaran Marco tengah terbaring sakit, pertemuan yang dijanjikan digelar di Sleman, Selasa (5/10) batal digelar.
Merasa tak mendapat respon atas tuntutan yang diajukan, perwakilan dua wadah suporter PSS, Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania lantas bertolak ke Jakarta untuk menggelar pertemuan dengan Komisaris Utama PT Putra Sleman Sembada (PSS), Agus Projosasmito, Rabu (6/10/2021).
Dalam pertemuan tersebut, Agus Projosasmito menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada niatan atau perintah terkait pemindahan home base PSS Sleman. Dilansir Tribun Jogja dari cuitan akun twitter @BCSXPSS_1976, Rabu (6/10).
Lebih lanjut dalam cuitannya dijelaskan, dalam pertemuan tersebut Agus Projosasmito juga menegaskan kembali bahwa akan menyelesaikan semua tuntutan berdasarkan data dan fakta yang telah disampaikan perwakilan Sleman Fans dalam tempo sesingkat-singkatnya.
"Serta akan mengumumkan sebelum lanjutan Liga 1 Series kedua, 15 Oktober 2021 di Jawa Tengah. Doakan,".
Adapun aksi Sleman Fans yang ngluruk ke Bandung merupakan respon dari ultimatum yang sebelumnya disampaikan Marco, beberapa waktu lalu.
Marco Gracia Paulo sempat mengatakan dalam mediasi melalui sambungan telepon dengan perwakilan suporter bahwa PSS Sleman akan pindah homebase.
Pernyataan itu keluar setelah suporter menggeruduk kantor PSS Sleman, Yogyakarta, 30 September 2021.
Suporter meminta manajemen PSS Sleman segera memecat Dejan Antonic lantaran dinilai gagal.
Marco Gracia Paulo mengiyakan tuntutan tersebut akan tetapi balik memberi ultimatum dengan menyebut PSS Sleman akan pindah kandang.
Meski telah mengaku khilaf dan menyampaikan permohonan maaf, perasaan hati suporter PSS Sleman terlanjur meradang hingga akhirnya berbondong-bondong ngluruk ke Bandung, Minggu (3/10/2021).
Marco Buka Suara
Melalui IGTV akun instagram pribadinya, Marco Gracia Paulo akhirnya angkat bicara terkait tidak kondusifnya hubungan antara manajemen dan suporter PSS Sleman.
Marco Gracia Paulo menyadari keresahan suporter yang melihat anjloknya prestasi PSS Sleman di series pertama Liga 1 2021.

Tim asuhan Dejan Antonic itu hanya mendapatkan lima poin dari enam pertandingan dan menduduki posisi ke-15.
Sebelumnya, perwakilan manajemen PSS sudah bertemu dengan suporter pada sebuah hotel di Sleman. Dalam agenda tersebut terjadi kesepakatan posisi Dejan akan dievaluasi selepas seri kedua Liga 1.
Hanya saja, selepas kesepakatan tersebut terjadi suporter masih saja melancarkan aksi protes. Akibatnya, direktur utama PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) Marco Gracia Paulo, naik pitam.
Marco menyebut bakal memindahkan PSS kalau Dejan, dipecat. Sadar pernyataannya blunder, ia langsung meminta maaf dan memastikan klub tersebut tidak dipindahkan ke mana pun.
"Nah satu jam kemudian tiba-tiba saya dihubungi kembali bahwa mereka tidak terima. Bahwa tetap semua menuntut Dejan dipecat pada hari itu. Hal itu yang saya memang juga jadi emosi. Kenapa? Karena memang buat saya kita udah bikin komitmen," kata Marco.
Lebih lanjut Marco mengatakan, saat di Bandung kondisinya memang dalam posisi yang tidak sehat.
"Bahkan biasanya saya mengantar pemain ke bawah berdoa untuk pergi ke stadion, saat itu saya tidak ikut karena saya sudah rasa badan saya sudah tidak enak, dan itu sebenarnya sudah hampir dua minggu," ujar Marco.
"Bukan mencari alasan, tapi kenyataannya memang seperti itu," lanjutnya.
Lantas, ada pemberitahuan dari staf bahwa teman-teman suporter ingin menemui langsung dirinya di Bandung.
"Nah cuma saya bilang, boleh nggak perwakilan saja karena saya tidak kuat untuk keluar dari hotel. Boleh nggak kita perwakilannya di hotel, karena waktu mereka ketemu pemain itu di hotel juga. Nah saya pikir kenapa kita nggak bisa seperti itu," ujarnya.
"Apalagi dengan alasan saya memang merasa tidak cukup fit untuk bisa keluar, kedua saya mempertimbangkan kalau memang ribuan itu ada di tempat terbuka. Terus kita sama-sama misalnya emosi atau apa bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Sementara kita ada di kota orang, di kota Bandung kita juga sebagai tamu. Kita harus jadi tamu yang baik, saya menghindari hal-hal seperti itu," lanjutnya.
"Nah tapi karena dijamin dan saya dapat telepon juga dari Sleman bahwa ‘Aman bang silahkan ketemu, kita tujuannya hanya untuk menyapa aja.”. Oke, berarti anggapan saya ini pasti aman. Selain itu kita dijamin oleh kepolisian juga. Jadi saya yakin berarti ini akan jadi pertemuan yang sangat friendly," tambahnya.
Namun setibanya di lokasi pertemuan yang dijanjikan, Marco merasa situasinya sangat berbeda sekali.
"Begitu saya datang, ternyata semuanya berbeda sekali. Panggung sudah disiapkan, ada 4 kursi dengan lampu yang di spotlight ke panggung. Saya pikir berarti ini memang bukan sebuah pertemuan yang natural dan spontan, tapi ini memang sebuah pertemuan yang memang sudah direncanakan. Bahkan ada statement dari teman-teman yang mengatakan bahwa "kami datang ke sini hanya untuk memaki-maki anda!," kata Marco.
"Dari situ saya sadar bahwa ‘Oh ternyata memang bukan seperti yang saya pikirkan’. Dan teman-teman yang berada di sana saya rasa tahu bahwa memang situasinya sama sekali tidak friendly. Tapi saya tidak apa-apa, saya pikir satu ini tanggung jawab saya sebagai seorang pemimpin, ini tanggung jawab saya," lanjutnya.
"Kedua, saya sayang sama teman-teman Sleman fans, karena itu saya datang walaupun saya sudah di maki-maki. Bahkan (sebelumnya) keluarga saya diteror, rumah saya di teror. Tapi buat saya ini tanggung jawab saya, dan saya merasa mereka membutuhkan ini. Karena itu saya datang dan tetap saya dengerin. Walaupun saat saya mau ngomong saya dimaki-maki, saya dengerin,"
"Tetapi yang saya bingung, kenapa saya dibilang jadi nggak bisa berkomunikasi. Padahal jujur, saya bingung nih saya harus berkomunikasinya seperti apa. Saya sampai bilang waktu itu di sana, ‘Tolong kita masih bisa saling menghargai minimal sebagai sesama manusia. Untuk apa? untuk kita bisa ngobrol dengan enak. Kita cari solusinya. bagaimana mungkin kita bisa mencari solusi kalau kita ngomongnya sudah emosi,"
Di tengah desakan suporter, Marco mengungkapkan bahwa dirinya tetap memposisikan diri selayaknya manajemen, harus independen dan harus punya keleluasaan untuk memutuskan.
"Bukan berarti saya tidak mendengar, dan itu saya sampaikan pada teman-teman semua, pasti saya dengerin. Tetapi timeline, keputusan, schedule, pertimbangan, itu semua menjadi bagian dari dinamika yang ada di dalam manajemen. Ini yang harus juga dihargai kalau kita mau sepakbola ini menjadi industri. Itu memang harus dilakukan apapun hasilnya," kata Marco.
"Dan saya sampaikan kepada teman-teman bahwa saya bukannya nggak kecewa, saya sangat kecewa dengan hasilnya, dan saya bukan yang senang-senang aja. Saya juga evaluasi, tetapi kita udah jelaskan kenapa ini bisa terjadi dan bahkan sebelum kompetisi ini dimulai. Saya sudah sampaikan bahwa memang analisa karena saya sudah ngobrol sama tim teknis dan pelatih fisik." tambahnya.
Selain itu, Marco merasa tidak habis pikir ada yang menuduhnya pura-pura sakit saat bertemu perwakilan suporter di Bandung. Padahal ia sampai dilarikan ke rumah sakit karena mendapat serangan jantung.
"Saat di Bandung saya memang dalam posisi yang tidak sehat. Saya sudah sampaikan dan teman-teman tahu, pemain juga tahu saya tidak sehat. Bukan mencari alasan, tapi kenyataannya memang seperti itu. Saya sayang sama teman-teman Sleman fans, karena itu saya tetap datang."
"Jadi sekali lagi ini bukan pembelaan diri, bukan menyerang siapapun. Saya bilang saya tetap percaya Sleman. Memang ini masa sulit buat PSS, tapi PSS Sleman akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan dan akan maju lagi bersama."
Kini kondisi Marco, sudah membaik dan sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Namun, ia masih dibantu oksigen untuk bernapas.
"Sebagai contoh, saya dengan pemain membuat perwakilan pemain, berarti ketika perwakilan pemain sudah ambil kesepakatan dengan manajemen, maka apa pun itu kita anggap itu sah karena mereka adalah perwakilan pemain yang sah."
"Nah saya rasa ini yang nanti mungkin akan saya coba cari lebih dalam lagi sebenarnya perwakilan fans yang sah ini seperti apa. Supaya ketika kita bikin kesepakatan dan menjalin komunikasi ternyata itu bisa valid gitu ya."