Ini Lho Tempat Wisata Asyik di Jogja, Kamu Bisa Kemah Di Sini, Begini Cara Menuju Ke Sana
Namanya Nawang Jagad. Menjanjikan pemandangan indah lereng Gunung Merapi. Kamu bisa kemah. Akses ke sana pun mudah.
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Namanya Nawang Jagad. Menjanjikan pemandangan indah lereng Gunung Merapi. Kamu bisa kemah. Akses ke sana pun mudah.
Ini adalah kabar terbaru dari dunia wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Destinasi wisata baru yang menyajikan suasana alam Gunung Merapi dan udara segar khas pegunungan di sekitar. Namanya Nawang Jagad.
Kami bisa kemah bersama keluarga atau teman-teman.
Area perkemahan Nawang Jagad ada di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, sehingga bisa menikmati lereng Merapi.
Meski berada di lereng gunung, tempat wisata ini memiliki akses yang cukup mudah karena berada di kawasan wisata Kaliurang Barat yang tak jauh dari jalur provinsi.
Yang menarik, objek wisata bernama Nawang Jagad tersebut diinisiasi dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya.
Terletak di kawasan wisata Kaliurang, tepatnya di Padukuhan Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Nawang Jagad menawarkan pemandangan langsung Gunung Merapi yang diapit oleh bukit Turgo di sebelah barat serta bukit Plawangan di bagian timur.
"Bagi wisatawan yang mengambil paket camping, view Gunung Merapi yang terlihat sangat jelas lengkap dengan bukit Turgo dan Plawangan di sisi kanan dan kirinya siap menanti di pagi hari," jelas pengelola Nawang Jagad, Gatot Chandra Pribadi.
Gatot menambahkan, selain menawarkan paket camping yang menjadi andalan, objek wisata yang dikelolanya bersama muda mudi Kaliurang 8 tersebut juga menyediakan fasilitas untuk piknik keluarga serta berbagai event seperti pesta pernikahan, outbond, pertunjukan musik serta kesenian lainnya.
Tokoh masyarakat serta pegiat wisata Kaliurang, Anggara Daniawan menyatakan, Nawang Jagad merupakan satu dari sejumlah objek wisata yang terintegerasi di bawah bendera Kaliurang Explorer.
"Kaliurang Explorer adalah simbol kebangkitan pariwisata Kaliurang setelah satu tahun lebih mati suri dihantam Pandemi Covid-19," kata Anggara.
Selain itu, Anggara menambahkan, Kaliurang Explorer merupakan mimpi warga Kaliurang untuk memiliki objek wisata sendiri.
Pasalnya, lanjut Anggara, selama ini seluruh objek wisata yang ada di daerahnya dikelola pihak luar, baik oleh pemerintah daerah maupun swasta.
"Sudah waktunya warga Kaliurang, khususnya generasi mudanya ikut mengelola beberapa objek (wisata) yang ada," tambahnya.
Menurut Anggara, seluruh objek wisata yang bernaung dibawah Kaliurang Explorer pengelolaanya dilakukan oleh warga. Contohnya yang terjadi di Nawang Jagad, dimana Muda Mudi Kaliurang 8 yang mengelola penuh objek tersebut.
"Sengaja kami percayakan pengelolaan objek- objek tersebut kepada generasi muda. Kami berharap di tangan anak- anak muda yang tentunya masih penuh semangat dan memiliki banyak ide segar, pariwisata di Kaliurang bisa lebih maju lagi," imbuhnya.
Disinggung mengenai kendala yang dihadapi di Nawang Jagad, Anggara menjelaskan bahwa saat ini berbagai sarana penunjang seperti fasilitas MCK serta instalasi air bersih bagi wisatawan masih dalam proses pembangunan.
"Semoga segala fasilitas (pendukung) tersebut bisa segera diselesaikan pembangunannya agar wisatawan merasa lebih nyaman dan betah. Setelah semuanya selesai dibangun, segera kami akan menggencarkan promosi Nawang Jagad ke berbagai media yang ada," tandas Anggara.
Penasehat Nawang Jagad RM Gusti Lantika Marrel Suryokusumo yang tidak lain adalah cucu Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam beberapa kesempatan menyebut, dirinya mendukung penuh berbagai terobosan dan pembaruan layanan pariwisata di Jogja.
Hanya saja yang perlu diperhatikan menurut Marrel, masyarakat jangan sampai melupakan fungsi ekologis dan kultural dari lokasi-lokasi yang dikemas dalam layanan baru tersebut.
"Karena selain merupakan daerah tangkapan air, lereng Merapi juga merupakan lokasi berbagai agenda budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta,"
Marrel menekankan, masyarakat perlu menimbang fungsi-fungsi tersebut dan tidak mengubah bentang geografis secara serampangan. Pasalnya, jika dibangun tanpa mengindahkan faktor ekologi dan kultural, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif.
Tidak hanya itu, Kraton sebagai benteng kebudayaan juga berkepentingan menjaga kelestarian adat dan tradisi, sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas Yogyakarta. (*)