Tuntunan Shalat Lengkap
7 Adab Buang Air Dalam Islam, Simak Apa Saja Larangan dan Sunnah saat Buang Hajat
Dalam Islam, aktivitas buang air besar maupun buang air kecil (buang hajat) terdapat tuntunan alias adab yang harus dipatuhi
Penulis: Ikrob Didik Irawan | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Dalam Islam, aktivitas buang air besar maupun buang air kecil (buang hajat) terdapat tuntunan alias adab yang harus dipatuhi.
Hal ini sesuai dengan hadist yang berbunyi:
"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).
Apa saja adab buang air besar maupun buang air kecil dalam Islam? Berikut ulasannya:
1. Jangan di Tempat Terbuka
Pastikan menggunakan tempat tertutup saat buang air kecil maupun besar. Hal ini telah dijelaskan dalam sebuah hadis.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah 335).
2. Tidak Membaca, Membawa Kalimat Alquran
Jangan membawa benda suatu apapun yang bertuliskan nama Allah SWT. Selain itu, hendaknya juga tak membawa apapun yang bertuliskan nama Nabi dan Rasul.
Dilarang juga membaca kalimat Alquran.
Tulisan Asma Allah, Nabi atau Rasul yang dimaksud tidak hanya tulisan dalam berbahasa Arab, melainkan dalam bentuk tulisan latin juga.
Allah SWT berfirman:
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj: 32)
3. Tidak Menghadap Kiblat atau Membelakangi Kiblat
Jangan menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang air kecil dan besar.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.”
Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah Ta’ala.”
4. Dilarang Berbicara Kecuali Keadaan Darurat
Jangan berbicara kecuali dalam keadaan paling mendesak atau darurat. Jadi, janganlah berbicara bahkan bernyanyi ketika di dalam kamar mandi, ya.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.”
Syaikh Ali Basam mengatakan, “Diharamkan berbicara dengan orang lain ketika buang hajat karena perbuatan semacam ini adalah suatu yang hina, menunjukkan kurangnya rasa malu dan merendahkan murua’ah (harga diri).” Kemudian beliau berdalil dengan hadis di atas.
Syaikh Abu Malik juga mengatakan hal sama, “Sudah kita ketahui bahwa menjawab salam itu wajib. Ketika buang hajat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, maka ini menunjukkan diharamkannya berbicara ketika itu, lebih-lebih lagi jika dalam pembicaraan itu mengandung dzikir pada Allah Ta’ala. Akan tetapi, jika seseorang berbicara karena ada suatu kebutuhan yang mesti dilakukan ketika itu, seperti menunjuki jalan pada orang (ketika ditanya saat itu, pen) atau ingin meminta air dan semacamnya, maka dibolehkan saat itu karena alasan darurat. Wallahu a’lam.”
5. Masuk Menggunakan Kaki Kiri, Keluar Kaki Kanan
Baiknya masuk kamar mandi menggunakan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan.
Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).”
Melansir laman Rumaysho, Syaikh Ali Basam mengatakan, “Mendahulukan yang kanan untuk perkara yang baik, ini ditunjukkan oleh dalil syar’i, dalil logika dan didukung oleh fitrah yang baik. Sedangkan untuk perkara yang jelek, maka digunakan yang kiri. Hal inilah yang lebih pantas berdasarkan dalil syar’i dan logika.”
Menurut Asy Syaukani rahimahullah, “Adapun mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke tempat buang hajat dan kaki kanan ketika keluar, maka itu memiliki alasan dari sisi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan untuk hal-hal yang baik-baik. Sedangkan untuk hal-hal yang jelek (kotor), beliau lebih suka mendahulukan yang kiri. Hal ini berdasarkan dalil yang sifatnya global.”
6. Membaca Doa Masuk Kamar Mandi
Baiknya membaca doa masuk kamar mandi sebelum buang hajat.
Jin dan setan bermukim di tempat-tempat yang kotor seperti toilet dan kamar mandi.
Rasulullah SAW memberikan anjuran untuk membacakan zikir sebelum masuk ke kamar mandi.
Sesuai dengan hadis riwayat Bukhari no. 142 dan Muslim no. 375, berikut bacaan doa masuk kamar mandi beserta artinya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِث
“Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma inni ‘audzu bika minal khubutsi wal khobaits.”
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan-setan lelaki dan setan-setan perempuan.”
7. Membaca Doa Ghufronaka Saat Keluar Kamar Mandi
Usai buang air, dianjurkan juga membaca doa keluar kamar mandi, yakni “Ghuffronaka” yang berarti “ampunan-Mu ya Allah”.
Doa singkat ini merupakan doa meminta ampunan yang biasa dilakukan Rasulullah setelah keluar dari tempat buang air.
Hal ini disampaikan dalam sebuah hadits dari Aisyah RA:
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu apabila beliau keluar dari tempat buang hajat, maka beliau membaca ghuffronaka.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi). (*)