Kota Yogyakarta
Skema Ganjil Genap Sulit Diterapkan, Pemkot Yogya Tetap Terapkan Skrining Ketat
Pemkot Yogyakarta bakal melakukan berbagai langkah, guna mengantisipasi lonjakan pengunjung pada akhir pekan ini.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta bakal melakukan berbagai langkah, guna mengantisipasi lonjakan pengunjung pada akhir pekan ini.
Namun, untuk menerapkan skema ganjil genap sesuai instruksi dari pemerintah pusat, Pemkot mengaku kesulitan.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan, secara garis besar, wisatawan dari luar daerah yang hendak masuk ke wilayah hukumnya masih akan ditapis.
Terlebih, sampai sejauh ini, objek wisata yang beroperasi baru sebatas GL Zoo saja, dengan status uji coba.
Baca juga: Berlaku Aturan Ganjil Genap bagi Masyarakat yang Akan Berkunjung ke Destinasi Wisata di Bantul
"Makanya, kami berharap, kabupaten juga melaksanakan skrining supaya mereka yang masuk DIY ini terseleksi, dan dipastikan sudah terlengkapi persyaratannya. Artinya, dia telah tervaksin dan bisa menunjukkan hasil swab negatif, PCR, atau antigen," terangnya, Jumat (17/9/2021).
Menurutnya, penurunan kasus yang sudah terjadi di Kota Yogyakarta pada Agustus dan September ini harus mampu dipertahankan.
Sebab, jikalau sedikit saja lengah, dengan membiarkan para pelancong luar daerah masuk tanpa skrining, bukan tidak mungkin Covid-19 meledak.
"Jangan sampai mengabaikan prokes di masa seperti ini. Apalagi, setiap Sabtu dan Minggu itu wisatawan dari luar daerah mulai berdatangan, ya," ungkap Wawali.
Bukan tanpa sebab, Heroe menyebut, Kota Yogyakarta merupakan kawasan terbuka, yang begitu mudah diakses masyarakat dari berbagai daerah.
Baca juga: Perketat Skrining Wisatawan, Pemkot Yogya Berharap Kabupaten Lain Ikut Terapkan One Gate System
Karena itu, ia mengakui, skema ganjil genap selaras instruksi pemerintah pusat, terbilang sulit untuk diterapkan di kota pelajar.
"Kalau aturannya seperti itu, harus diterapkan. Tapi, Kota Yogyakarta ini kan daerah yang terbuka, dengan 16 pintu masuk menuju kota yang bisa diakes," cetusnya.
"Jadi, kesulitannya itu, ini kan kota, bukan destiasi wisata. Tapi, semua orang pengen datang. Makanya, itu kan susah, untuk memisahkan mereka yang datang untuk berwisata, atau yang punya tujuan lainnya," tambah Heroe.
Di samping itu, katanya, hampir semua kawasan wisata di Kota Yogyakarta bersinggungan erat, dengan permukiman warga masyarakat.
Sehingga, kebijakan ganjil genap yang sebelumnya belum pernah diterapkan di kota pelajar, berpotensi mempersulit aktivitas penduduk.
"Tentu saja, ini berbeda dengan penerapan ganjil genap di kawasan wisata pantai, atau gunung, yang hanya memiliki satu pintu masuk. Kalau seperti itu, tinggal ditutup satu-satunya akses, sudah selesai. Sedangkan di Kota Yogya, terdapat 16 pintu masuk, itu repot," tambahnya.