Yogyakarta
Dana Rp7 Miliar untuk 78 Titik Shelter, Dinsos DIY Minta Warga Positif Covid-19 Isolasi di Shelter
Permintaan Dinsos DIY itu diharapkan mampu menekan angka kematian pasien positif covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Sosial (Dinsos) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta warga masyarakat DIY yang terkonfirmasi positif Covid-19 supaya masuk ke shelter yang disedikan pemerintah.
Alasannya supaya kesehatan mereka yang terpapar Covid-19 dapat terpantau oleh dokter, selain itu makanan dan obat-obatan dapat terpenuhi.
Permintaan Dinsos DIY itu diharapkan mampu menekan angka kematian pasien positif covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) seperti ramai diberitakan kemarin.
"Shelter itu kami dirikan di Kabupaten/Kota. Yang mengelola Kabupaten/Kota, tapi dana operasionalnya dari Pemda DIY," kata Kepala Dinsos DIY Endang Patmintarsih, kepada Tribunjogja.com, Selasa (14/7/2021).
Baca juga: Dalam Sehari 7 Warga Isoman COVID-19 di Kota Yogya Meninggal Dunia, Seluruhnya Lansia
Di shelter itu telah disediakan makan 3x sehari sesuai indikator pemenuhan gizi, beserta snack, serta obat-obatan dan dokter yang memantau pasien Covid-19 yang menjalani isolasi.
"Di shelter itu kami menjamin makan 3x sehari, obat-obatan dan dokter pendampingnya. Jadi sangat terjamin," jelas Endang.
Tak tanggung-tanggung, anggaran untuk operasional yang digelontorkan pemerintah DIY sebesar Rp7 miliar.
Dana itu diperuntukkan 78 titik shelter yang tersebar di lima Kabupaten/Kota yang ada di DIY dengan maksimal kapasitas warga positif covid-19 yang dibolehkan isolasi sebanyak 50 orang untuk satu shelter.
"Untuk shelter itu kami anggarkan Rp7 miliar. Itu untuk 78 titik shelter yang ada di Kabupaten/Kota. Per shelternya berkapasitas maksimal 50 orang. Kenyataannya, ada yang satu shelter isi 10 orang, 20, 30, bahkan ada yang 60 orang," tegasnya.
Dari upaya itu, jaring pengaman hidup bagi warga yang positif covid-19 seharusnya sudah terjamin.
Namun persoalan yang terjadi, seringkali warga terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah lantaran pihak faskes pertama tidak mendapat rujukan rumah sakit untuk perawatan maupun yang hendak isolasi.
Baca juga: Ini Wujud Nyata Sebungkus Cinta untuk Bambanglipuro Bagi Pasien Isoman
Sehingga masyarakat terpaksa bertahan dengan virus di dalam rumah sendiri tanpa ada pemantauan kesehatan dan kecukupan gizi, serta obat-obatan yang terjamin.
Endang mengakui operasional shelter yang dibiayai provinsi dan berada di Kabupaten/Kota belum berjalan maksimal.
Oleh karenanya, pihaknya terus melakukan edukasi supaya warga masyarakat sebaiknya menjalani isolasi di shelter pemerintah DIY.
"Ya memang shelter Kabupaten/Kota yang dari kami belum maksimal. Makanya banyak yang meninggal saat isoman itu kan kemarin," jelasnya.
Dirinya meminta kepada Bhabinkamtibmas dan Bhabinsa supaya turut mengedukasi masyarakat agar warga yang terkena Covid-19 melakukan isolasi di shelter pemerintah DIY. ( Tribunjogja.com )