Angkringan
Kisah Warung Angkringan Meniko di Kota Jayapura Papua, Jadi Obat Kangen dan Pelepas Rindu
Kisah Warung Angkringan Meniko di Kota Jayapura Papua, Jadi Obat Kangen dan Pelepas Rindu
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Yudha Kristiawan
Tapi ketika awal pandemi dan dilakukan pembatasan sosial secara ketat, angkringannya tutup total.
Usahanya mandek. Bayu dan istri banting stir jualan sayur mayur di rumahnya.
Itu dianggapnya masa-masa sulit di saat Angkringan Meniko sudah mendapat tempat di hati warga.
Baru beberapa bulan terakhir, kebijakan social distancing dilonggarkan, dan Angkringan Meniko kembali melayani konsumen di Jayapura.
Bayu Satria dan tim bakule angkringan bersemangat lagi.Warung jembali dijubeli pengunjung dan pelanggan sejak buka hingga sekira pukul 23.00 WIT.
"Sampai pukul sebelas malam saja, karena ya sudah sepi," aku Bayu. Ia dan teman-temannya juga mesti membagi waktu istirahat karena paginya harus bertugas.
Konsumen, pelanggan atau pengunjung angkringan umumnya warga perantau, pekerja kantor pemerintahan dan abdi negara yang ditugaskan dari luar Papua.
Warga asli Papua agak jarang nongkrong atau jajan di angkringan ini.
Bayu menyebut menu-menu warung hik kurang familier bagi mereka.
Ukuran nasi bungkus atau nasi kucing juga terlampau mini dibandingkan porsi makan umumnya warga di Jayapura.
Lauk seperti sate usus, sate rempelo ati, sate telur puyuh, umumnya kurang diminati.
Bahkan ada yang merasa geli atau jijik mengonsumsi menu jeroan itu.
"Saya sudah coba, tadi telor goreng sambal. Enak kok. Tapi sate usus atau ampela ati, tidak. Rasa gimana gitu, geli. Saya belum mencobanya," kata Calvin Louis, warga asal Nabire.
Sebaliknya, Stepen Sremere, warga asal Sorong, Papua Barat, mengaku senang dan cocok pada menu-menu angkringan.
"Enaaak bang, cocok. Rasanya juga cocok, tapi nasinya sangat sedikit. Itu buat kita macam camilan saja hahahahaha...," kata Stepen berderai tawa.
Kedua orang ini belum pernah ke Yogya atau Solo. Sehingga ia tidak punya bayangan sama sekali sebelumnya, seperti apa warung angkringan khas kota itu.
Baca juga: DAFTAR 16 Peserta di MasterChef Indonesia Season 8 Minggu 12 Juni 2021, Siapa yang Harus Tersisih?

"Ternyata sampai di sini, waaah, semua sudah siap santap. Harganya juga relatif murah untuk ukuran sini. Tapi ya itu bang, nasinya sedikit," lanjut Stepen.
Calvin dan Stepen pertama kali saat mendengar menu nasi kucing, sempat mengira itu nasi berlauk daging kucing. Makanya mereka kaget.
"Rupanya itu hanya istilah saja ya. Nasinya sedikit sekali," tukas Calvin yang tinggal di Abepura.
Menurut keduanya, angkringan ini cocok buat nongkrong berlama-lama.
Bisa saling mengobrol, bercerita, sembari menikmati malam di Jayapura.
Dari segi harga, Angkringan Meniko menyajikan harga yang cukup enteng.
Nasi bungkus Rp 4.000, sate usus, sate rempelo, dan sate telur puyuh dibanderol Rp 6.000.
Tempe mendoan, bakwan, jadah goreng rerata di harga Rp 2.000 dan Rp 3.000.
Paling menarik dari angkringan ini, Bayu Satria membuat program khusus tiap Jumat.
Ia menggratiskan minuman dan nasi bungkus pada hari itu.
Bayu Satria di tengah kesibukan sebagai prajurit TNI dan bakul angkringan, ia juga seorang muadzin di masjid Paldam XVII/Cenderawasih.