Kasus Covid19

BPBD Sleman Telusuri Pemicu Klaster di Dua RT

SATU tayangan video iring-iringan ambulans yang dinarasikan sedang mengevakuasi warga terpapar Covid-19 ke tempat isolasi, Selasa (25/5/2021)

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Agus Wahyu

Keduanya di rawat di rumah sakit. Setelah itu, bersama Muspika Kapanewon Sleman, pihaknya berusaha melakukan tracing namun terkendala oleh libur Lebaran sehingga belum bisa dilakukan testing. Perjalanan waktu, bagi warga yang bergejala, diminta untuk melakukan swab mandiri. Hasilnya ternyata bertambah.

"Kasus ini (muncul) sebelum Lebaran. Malam Lebaran saya sama Muspika tidak hentinya untuk memantau. Bahkan, penyekatan (pembatasan) sudah dilakukan, dan berjalan dengan baik," kata dia.

Berawal dari 2 warga yang terkonfirmasi positif itu, didapatkan ada 21 orang dinyatakan kontak erat. Mereka, tanggal 18 Mei menjalani pemeriksaan kesehatan massal di Puskemas Sleman. Hasilnya, ada 14 yang positif dan langsung dibawa ke Asrama Haji.

"Semua pasien positif kita bawa ke Asrama Haji. Kecuali yang memiliki balita, dan tidak memungkinkan untuk isolasi di Asrama," kata Agus.

Mengingat semakin banyak warga Ngaglik yang positif kemudian di rapid dan swab massal, pada Sabtu (22/5). Hasilnya, dari 216 yang hadir, sebanyak 33 orang dinyatakan positif. Kini, total jumlahnya menjadi 52 orang, 2 di antaranya meninggal dunia.
Warga positif Covid-19 menjalani isolasi.

Sebanyak 38 pasien tanpa gejala menjalani isolasi di Asrama Haji, 3 orang dirawat di rumah sakit, dan sisanya isolasi mandiri.

Dapur umum
Pemerintah Kabupaten Sleman berencana membangun dapur umum di wilayah Padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, Sleman setelah 52 warga di RT 1 dan 2, terkonfirmasi positif.
Dapur umum rencananya akan digunakan untuk mensuplai logistik warga selama wilayah tersebut masih ditemukan kasus aktif, sehingga diharapkan dapat menekan risiko penularan.

"(Dapur umum) ini baru dibahas. Intinya, kami dorong agar bisa ada dapur umum, meskipun nanti dikaji bagaimana keputusannya," kata Panewu Sleman, Mustadi.

Rencana pendirian dapur umum di Padukuhan Ngaglik ini sempat dipertanyakan oleh warga. Terutama warga yang tidak tertular dan berada di zona hijau. Mereka khawatir pemberlakuan pembatasan yang turut menyasar warga yang negatif Covid-19 akan berdampak terhadap banyak aspek, khususnya ekonomi dan pendidikan.

Hanya Ada Satu Pintu
Angka kasus Covid-19 di Sleman cukup tinggi. Selain Padukuhan Ngaglik, Caturharjo, kini muncul klaster di wilayah RT 1 dan RT 2 RW 15 Nglempong, Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman. Daerah tersebut terpaksa dilakukan ‘lockdown mikro’ selama lima hari.

Panewu Ngemplak, Siti Wahyu Purwaningsih menjelaskan, di Nglempong di RT 1 dan RT 2 di-‘lockdown mikro’, atau istilahnya dilakukan pembatasan akses keluar dan masuk mulai 26 Mei hingga 30 Mei 2021. Selama lima hari itu, untuk sementara warga tidak diperbolehkan keluar- masuk. Sebab, ada sejumlah warga terpapar virus Covid-19.

"Kami ‘lockdown mikro’, atau akses keluar dan masuk dibatasi. Karena, ada warga yang positif," kata dia, saat dikonfirmasi.

Menurut dia, warga yang positif dari dua RT tersebut berjumlah 11 orang. Rinciannya, di RT 1 ada 2 orang dan di RT 2 ada 9 orang. Kasus pertama mulai diketahui sejak tiga hari yang lalu. Muncul penularan, kata dia, diduga bermula dari adanya kegiatan setelah Lebaran.

Saat ini, ada 11 orang yang dinyatakan positif. Satgas penanganan covid-19 dari Pemerintah Kapanewon, Kalurahan, hingga Padukuhan kemudian bergerak cepat untuk meminimalisir potensi penyebaran. Caranya, dengan dilakukan pembatasan.

Akses keluar - masuk warga dibatasi hanya satu pintu. Itupun hanya untuk keperluan darurat dan mendesak. Hari sebelumnya, sebelum kebijakan ‘lockdown mikro’ diberlakukan, warga telah diimbau berbelanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved