Cegah Perundungan di Sekolah, Mahasiswa UNY Ciptakan Buku Saku Tepo Seliro
Fenomena bullying atau perundungan menjadi tantangan besar dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang baik.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Fenomena bullying atau perundungan menjadi tantangan besar dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang baik.
Maraknya perundungan di lingkungan sekolah, sebenarnya dapat ditanggulangi dengan penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial UNY merancang buku saku untuk mencegah perundungan yang dikaitkan dengan budaya Jawa, yakni tepo seliro.
Baca juga: PSS Sleman Pastikan Akan Rekrut Striker Asing, Nama Pemain Asing Serbia Nikola Komazec Mencuat
Mereka adalah Daffa Fakhri Maulana, Awang Nakulanang, Yohana Suryana, Anis Samchati, dan Heri Cahyono. Para mahasiswa tersebut merancang antiperundungan pocket book inovasi media pembelajaran pendidikan karakter berbasis kearifan lokal tepo seliro.
Menurut Daffa Fakhri Maulana, mereka merancang buku saku ini karena merasakan proses pendidikan karakter di sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) masih belum maksimal.
Padahal, masyarakat Jawa dikenal memiliki kearifan lokal berupa sikap tepo seliro (tenggang rasa) yang identik dengan perilaku seperti empati, peduli, toleransi, dan gotong royong.
Ia menuturkan, nilai-nilai dalam sikap tepo seliro memiliki arti penting bagi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Dalam konteks fenomena bullying, sikap tepo seliro merupakan karakter yang dapat dikembangkan untuk melawan fenomena perundungan tersebut.
“Apabila nilai-nilai karakter tersebut dapat dikembangkan dengan media pembelajaran pendidikan karakter, tentu saja hal ini dapat menjadi alternatif yang inovatif dalam rangka mencegah dan menekan angka kekerasan di sekolah yang termasuk dalam fenomena bullying,” katanya.
Awang Nakulanang menambahkan, buku saku ini dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan yang tengah marak terjadi fenomena perundungan terutama oleh sesama peserta didik.
Media pembelajaran ini dikembangkan dengan berbagai literatur terkait untuk selanjutnya disusun menjadi pocket book yang inovatif dan aplikatif dalam kehidupan pergaulan di lingkungan sekolah.
“Antiperundungan Pocket Book dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diidentikan dengan pendidikan karakter di Indonesia,” ujar Awang.
Penerapannya dapat dengan memanfaatkan waktu literasi 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar.
Anis Samchati menjelaskan, buku saku ini dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan yang tengah marak terjadi fenomena perundungan terutama oleh sesama peserta didik.
“Media pembelajaran ini dikembangkan dengan berbagai literatur terkait untuk selanjutnya disusun menjadi pocket book yang inovatif dan aplikatif dalam kehidupan pergaulan di lingkungan sekolah,” katanya.
Menurut Anis, isi buku saku dibagi menjadi beberapa bagian antara lain pengetahuan mengenai perundungan pada umumnya yang dipadukan desain grafis menarik.
Baca juga: PSS Sleman Pastikan Akan Rekrut Striker Asing, Nama Pemain Asing Serbia Nikola Komazec Mencuat
Kearifan lokal tepo seliro menjadi unsur utama dalam pengembangan konten buku saku. Tepo seliro sendiri merupakan sebuah nasehat Jawa yang berarti upaya menenggang perasaan orang lain atau upaya menjaga perasaan orang lain, dengan tujuan tidak menyinggung perasaan serta untuk meringankan beban pikiran orang lain.
Nilai-nilai tepo seliro yang dikembangkan di sini antara lain meliputi empati, tenggang rasa, dan saling menghormati. (uti)