Pendidikan
Belum Semua Orang Tua di Sleman Izinkan Anaknya Belajar Tatap Muka
Orang tua belum mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka dengan alasan beragam.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sebanyak 10 sekolah tingkat SMK dan SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka.
Satu di antaranya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Depok, di Kabupaten Sleman.
Mayoritas siswa telah mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah.
Namun, ada sebagian yang tidak ikut.
Sebab, belum mendapat izin dari orangtua.
Kepala Sekolah SMKN 1 Depok, Suprapto berkata, ada 30 siswa dari total 600 siswa yang belum mendapatkan izin dari orang tua.
Mereka, belum mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka dengan alasan beragam.
Ada yang karena takut, dan ada pula karena lingkungan sekitarnya berada di zona merah COVID-19.
Di samping itu, Suprapto mengungkapkan, ada sekitar 40 siswa belum mendapatkan izin dari orang tua, karena screening sakit--seperti flu--sehingga dikhawatirkan dapat menulari siswa lainnya.
Total ada 70 siswa di SMKN 1 Depok, yang belum bisa mengikuti ujimcoba pembelajaran tatap muka hari pertama di sekolah.
"30 siswa belum diizinkan orang tua, karena takut dan mungkin zona sekitarnya merah. Kemudian, ada juga terkena screening sakit, 40 siswa," ujar dia, Senin (19/4/2021).
Suprapto mengatakan, bagi siswa yang belum mendapat izin untuk belajar tatap muka, maka pihak sekolah tetap melayani dengan belajar dari rumah.
Sebab, salah satu syarat digelarnya belajar tatap muka adalah harus mendapat izin dari orang tua.
"Yang belum mendapat izin dari orangtua, kami layani, belajar di rumah. Jadi guru mengajar dua kelas, ada yang langsung dan ada juga di rumah," jelas dia.
Pembelajaran tatap muka di SMKN 1 Depok diberlakukan untuk dua tingkat, yaitu kelas X dan XI.
Pelaksanannya, dibagi dalam dua shift dan maksimal 50 persen dari kapasitas.
Yaitu, 18 siswa dari jumlah 36 siswa perkelas.
Shift pertama, bagi kelas X, dimulai pukul 07.30 - 10.30 WIB.
Kemudian, shift kedua, untuk kelas XI, pukul 08.30 - 11.30 WIB. Dalam sekali shift, ada sekitar 150an siswa.
"KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tiga jam tanpa istirahat," katanya.
Suprapto mengatakan, ujicoba pembelajaran akan dilakukan secara full selama dua minggu dengan skema on-off.
Pembelajaran tiap hari dilaksanakan secara bergantian, separuh siswa masuk ke sekolah, dan separuhnya lagi belajar dari rumah.
"Senin masuk, selasa off, Rabu masuk, Kamis off. Secara bergantian. Jadi ada yang dapat tiga hari, ada yang dapat dua hari," jelas dia.
Siswa belajar di sekolah selama tiga jam dengan enam mata pelataran.
Durasi mata pelajaran, masing-masing setengah jam.
Untuk memastikan, selama belajar tatap muka tidak ada kerumunan, pihak sekolah sudah mengatur skema dengan menempatkan petugas disejumlah titik.
Petugas ini akan mengatur alur saat siswa datang hingga pulang.
Pertama datang, siswa akan dilakukan pemeriksaan suhu, kemudian dilakukan pengaturan, mulai tempat parkir hingga masuk ke dalam kelas.
Menurut Suprapto, siswa yang masuk ruang kelas pertama maka duduk di barisan belakang.
Kemudian, --yang datang belakangan-- maka duduk secara berurutan menyesuaikan.
Begitu juga saat pulang, alur siswa telah diatur supaya tidak saling melewati.
Bahkan, dibagian pintu dan tangga ada petugas yang mengamati.
"Kami maksimalkan petugas, agar siswa tidak berkerumun. Kemudian, setelah selesai pelajaran langsung pulang," tuturnya.
Panewu Depok, Abu Bakar meninjau langsung proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SMKN 1 Depok.
Menurut dia, sebelum pelaksanaan pembelajaran tatap muka, pihaknya bersama polsek dan koramil juga sudah melakukan peninjauan untuk memastikan standard operasional penerapan protokol kesehatan.
Sebab, kata dia, ujicoba pembelajaran tatap muka di SMK nantinya akan menjadi percontohan atau acuan untuk menggelar pembelajaran tatap muka dijenjang berikutnya.
Tentunya, setelah mendapat izin dari Gubernur DIY.
Ia mengatakan, saat pembelajaran tatap muka, ada sejumlah titik yang biasanya rawan terjadi kerumunan, antara lain di perkirakan, lalu gerbang keluar dan masuk.
"Di parkiran, pihak sekolah (SMKN 1 Depok), sudah membuat garis dan jalur. Kemudian titik keluar - masuk. Apakah bergerombol atau tidak. Nanti kita evaluasi," kata dia.
Senang Bisa Bertemu Teman
Meski tertutup masker, raut kebahagiaan masih bisa terlihat di rona wajah Alfi Laili.
Murid kelas X SMKN 1 Depok itu mengaku bahagia karena bisa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
Menurutnya, ini adalah kali ketiga, dirinya bisa langsung bertatap muka dengan teman-temannya, setelah lama tak bersua.
"Dulu, pernah dua kali praktek jurusan. Ini pembelajaran yang ketiga. Rasanya, seneng bisa ketemu teman - teman," kata Alfi, seusai mengikuti ujicoba pembelajaran tatap muka.
Menurut dia, belajar tatap muka berbeda dengan belajar dari rumah atau lewat online.
Lebih enak belajar secara langsung.
Sebab, materi yang dijelaskan bisa dikuasai lebih mudah.
"Kalau daring, kadang belum tentu paham," kata gadis berusia 16 tahun itu.
Meskipun senang bisa mengikuti pembelajaran tatap muka, Alfi mengaku masih sedikit takut.
Sebab, penyebaran COVID-19 masih cukup tinggi.
Karenanya, ketika berangkat ke sekolah, bekal alat pelindung diri sebagai bagian dari protokol Kesehatan dipersiapkan agar tidak ketinggalan.
"Saya bawa masker, hand sanitizer, tisu dan alat-alat tulis sendiri," tuturnya.( Tribunjogja.com )