Bisnis
Di Balik Tutupnya Gerai di Mal, APPBI DIY Sebut Kondisi Seimbang dengan Ekspansi Pembukaan Toko Baru
APPBI DIY mengklaim bahwa kondisi pertokoan di pusat perbelanjaan dalam keadaan seimbang.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengklaim dibalik tutupnya beberapa gerai di pusat perbelanjaan turut diikuti dengan aktivitas ekspansi pembukaan toko baru.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DIY, Surya Ananta menuturkan, kondisi pertokoan di pusat perbelanjaan dalam keadaan seimbang.
"Memang terjadi penutupan di beberapa toko di pusat perbelanjaan. Namun, hal ini juga diikuti dengan adanya ekspansi pembukaan toko baru dari banyak produk. Sehingga, sebenarnya kondisinya relatif masih sama," jelansya kepada Tribunjogja.com, pada Kamis (25/03/2021).
Baca juga: 15 Tahun Melayani, Centro Departement Store di Plaza Ambarrukmo Berhenti Beroperasi Per Hari Ini
Ia menambahkan, memang masa pandemi menjadi guncangan yang sangat luar biasa bagi pusat perbelanjaan.
Akibat, berkurangnya pergerakan masyarakat di luar rumah yang mempengaruhi jumalah kunjungan ke mal-mal.
"Kami akui memang sangat terdampak dari adanya pandemi ini. Karena, pemasukan kami bergantung pada mobilitas masyarakat. Hal ini lah yang membuat beberapa tenants kesulitan bertahan hingga memilih tutup gerai. Namun di sisi lain, juga ditemui tenants yang masih bisa survive bahkan melakukan ekspansi dengan membuka toko baru," terangnya.
Saat ditanya terkait, alasan banyaknya toko terlihat tutup tidak beroperasi.
Pihaknya mengatakan, tidak semua yang toko yang tutup karena mengalami pailit.
Namun, ada sebagian yang memanfaatkan kondisi pandemi untuk melakukan renovasi.
"Jadi,bukan berarti tidak beroperasi tutup selamanya. Karena, ada yang masih renovasi nanti setelah selesai dibuka kembali. Tak hanya itu, yang ekpansi juga banyak begitupun dengan yang memperpanjang sewa," tuturnya.
Sementara itu, ia menambahkan, akibat pandemi yang membuat beberapa toko terpaksa berhenti beroperasi tidak bisa dipukul rata untuk semua segmen.
Secara iklim bisnis, memang pertumbuhan produk fesyen paling sulit bertahan berbanding terbalik dengan produk kuliner.
"Memang fenomena ini, balik lagi dengan daya tahan masing-masing toko. Ada yang kuat melewatinya namun ada juga yang lemah tidak bisa bertahan. Sehingga, kondisinya tidak bisa dipukul rata," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )
Pekan Pertama Ramadan, Harga Ayam Potong di Sejumlah Pasar Tradisional Klaten Merangkak Naik |
![]() |
---|
Pergerakan Saham Diprediksi Akan Fluktuatif, Berikut Deretan Saham yang Layak Dicermati |
![]() |
---|
Manna Kampus Gelar Program Belanja Luar Biasa Murah Dapat Mobil |
![]() |
---|
Pergerakan Saham Diprediksi Kontraksi, Sektor Perbankan dan Konsumsi Jadi Rekomendasi Hari Ini |
![]() |
---|
Yats Colony Siapkan Paket Istimewa untuk Berbuka Puasa di Bulan Ramadan 2021 |
![]() |
---|