Terlalu Lama Kehilangan Jam Terbang, Sekelompok Musisi di Yogyakarta Turun ke Jalan

Kelima remaja itu tetap eksis bermusik meski sudah satu tahun lebih kehilangan job manggungnya karena adanya pandemi COVID-19.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Miftahul Huda
Aksi sekolompok remaja di Yogyakarta turun ke jalan karena bosan tak ada event panggung hiburan, Minggu (21/3/2021) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Satu lagi kreatifitas sekelompok musisi di Kota Yogyakarta yang patut diapresiasi.

Mereka adalah Anung Rachmadi (18), Wunglend (17), Lare Windar (19), Harley (19) dan Rizky Chandra (19).

Kelima remaja itu tetap eksis bermusik meski sudah satu tahun lebih kehilangan job manggungnya karena adanya pandemi COVID-19.

Tak ingin mensia-siakan waktu luangnya, mereka pun turun ke jalan untuk menghibur pengendara yang melintas di simpang empat Jalan Pangeran Dipenegoro, Jetis, Yogyakarta setiap harinya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Diduga Kelelahan, Lansia Asal Playen Gunungkidul Ditemukan Tewas di Ladang

"Setiap hari di sini. Kendalanya ya kalau pas hujan saja. Biasanya kami memulai dari jam 17.00 WIB," kata Anung, sapaan akrab Anung Rachmadi saat dijumpai Tribun Jogja, Minggu (21/3/2021).

Lagu-lagu yang dibawakan cukup easy going bagi semua kalangan. Alat musik yang mereka gunakan juga terbilang berkelas dan berbeda dari pengamen jalanan yang dijumpai pada beberapa tempat.

Mereka mengamen menggunakan alat tiup mulai dari terumpet, Saxophone, hingga terombone.

"Di sini sudah sejak Juli 2020 yang lalu. Ya karena kurang jam terbang. Kalau latihan di rumah juga bosan. Jadi ya turun ke jalan saja," ujarnya.

Masih kata Anung, sebelum datangnya pandemi COVID-19, jam terbang mereka berbeda-beda. 

Anung sendiri biasa ikut group orchestra, dan empat teman lainnya ada yang ikut event sebagai editional player, hingga pemain musik regular di kafe live musik Kota Yogyakarta.

"Selain butuh jam terbang, ya kami turun ke jalan sekalian mengasah mental," terang mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.

Pantauan di lapangan, permainan musiknya cukup menarik perhatian pengguna jalan yang terhenti di traffic light Jalan Diponegoro.

Hentakan bas dan snare drum yang telah dimodifikasi itu terdengar serasi dengan alat musik tiup yang mereka mainkan.

"Sehari per personel ya bisa dapat Rp100 ribu. Itu hanya tiga jam saja. Tapi kadang-kadang ya kurang dari itu," ungkap dia.

Harapannya, pandemi COVID-19 segera berlalu dan event kesenian dan panggung pertunjukan kembali berjalan normal seperti biasa.

Baca juga: Kim Jeffrey Kurniawan Tidak Kesulitan Adaptasi di PSS Sleman, Berencana Segera Cari Rumah

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved