Varian Baru Virus Corona Muncul Lagi, Yang Ini Lebih Mengkhawatirkan

Para ahli tersebut menyatakan bahwa varian virus corona ini berpotensi mengkhawatirkan.

Editor: ribut raharjo
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Kabar gembira datang dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Kabar itu disampaikan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dia mengatakan, jumlah kasus baru Covid-19 secara global terus mengalami penurunan.

Jika sebelumnya dalam sepakan angka kasus baru Covid-19 di dunia tembus 5 juta, kini tinggal separuhnya.

Sang Direktur Jenderal WHO pun menyebut kondisi ini bisa menjadi penanda bahwa berbagai upaya yang dilakukan negara-negara di dunia dalam mengatasi pandemi Covid-19 telah membuahkan hasil.

Namun dari Inggris virus corona yang diketahui mulai menjangkit manusia pada akhir 2019 terus bermutasi, dan diketahui muncul varian-varian baru.

Salah satu dari varian virus corona terbaru ditemukan di Inggris, yang dinamai varian B1525. Dilansir dari The Guardian, Senin (15/2/2021), peneliti menemukan 32 kasus B1525 di Inggris, juga kasus serupa dengan varian serupa di negara-negara lain termasuk Denmark, AS dan Australia.

Para ahli tersebut menyatakan bahwa varian virus ini berpotensi mengkhawatirkan.

Varian B1525 pertama kali dilaporkan oleh para peneliti dari University of Edinburgh. Mereka mendeteksi melalui metode sekuensing genom di 10 negara termasuk Denmark, AS dan Australia, dengan 32 kasus ditemukan di Inggris sejauh ini.

Sekuensing paling awal dilakukan pada Desember 2020, di wilayah Inggris dan Nigeria.

Kesamaan genom

Tim peneliti menyebutkan bahwa varian baru ini memiliki kesamaan genom dengan varian Kent atau B117.

Yang menjadi kekhawatiran peneliti, varian baru ini mengandung mutasi E484K, yang dapat mengakibatkan lonjakan protein, sehingga membantu virus memasuki sel.

Adapun mutasi E484K ini muncul di Afrika Selatan dan Brasil, yang dianggap dapat membuat virus lebih mampu menghindari antibodi penetral yang diproduksi oleh tubuh.

Seorang profesor mikrobiologi sel di University of Reading, Dr Simon Clarke mengatakan bahwa efek banyaknya sebaran mutasi E484K masih belum jelas.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved