Mencicipi Nikmatnya Bubur Blendrang, Kuliner Selingan Khas Gunungpring Magelang
Bubur blendrang namanya, pilihan kuliner yang satu ini bisa jadi salah satu referensi menu andalan yang tak biasa namun tak kalah nikmat
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Menghabiskan waktu senggang sembari beraktivitas ringan agaknya lebih nikmat jika ditemani cemilan pilihan.
Dari beragam cemilan yang biasa menemani anda di kala senggang, yang satu ini sepertinya layak jadi teman bersantap.
Bubur blendrang namanya, pilihan kuliner yang satu ini bisa jadi salah satu referensi menu andalan yang tak biasa namun tak kalah nikmat dibandingkan dengan cemilan lain.
Menu yang satu ini merupakan olahan khas asal Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang.
Di Magelang, pilihan bagi kuliner bubur blendrang cukup banyak tempatnya khususnya di Kecamatan Muntilan.
Namun satu yang cukup legendaris dan mungkin kerap dijadikan pilihan bagi pecinta kuliner di Magelang yakni bubur blendrang Mbak Sri.

Bubur blendrang Mbak Sri yang berlokasi di Dusun Bintaro, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan ini telah diteruskan dari satu generasi ke generasi lain.
Kini, bubur blendrang Mbak Sri dikelola oleh generasi ketiga yakni pasangan Romadhon (50) dan istrinya, Sriningsih (43).
Lokasinya memang agak jauh dan sedikit menjorok ke area pemukiman warga.
Namun, pembeli yang berdatangan seolah tak pernah habis dan kerap bergantian memesan makanan yang berbahan dasar tepung gandum ini.
"Sudah berjualan sekitar 23 tahun, saya dan istri merupakan generasi yang ketiga," kata Romadhon.
Bubur blendrang merupakan kuliner yang berbahan dasar tepung gandum.
Biasanya, menu ini disajikan hangat dengan olahan tulang ayam ataupun kambing yang dicampur dengan sedikit bumbu rempah pilihan.
Romadhon menjelaskan, untuk membuat bubur ini, terlebih dahulu disiapkan bumbu sederhana yang terdiri dari bawang merah dan putih serta irisan cabai yang kemudian dimasukkan ke dalam rebusan air yang telah mendidih.

Khusus untuk blendrang ayam, racikan bumbu yang telah ditanak bersama rebusan air tadi bisa langsung dicampurkan dengan potongan tulang ayam setelah beberapa menit.
Setelah tulang terasa cukup lembut, baru kemudian dimasukkan gandum yang telah diencerkan.
"Kalau yang blendrang kambing agak sedikit beda karena tulangnya kan sedikit lebih keras jadi mesti direbus dari sore dulu," kata dia.
Setiap harinya, Romadhon menyebut bisa menghabiskan rata-rata sebanyak tujuh kilogram (kg) tulang ayam dan dua kilogram tulang kambing.
"Rata-rata tujuh kg untuk tulang ayam, tulang kambing dua kilogram. Mulai bukanya biasa dari jam 10.00 WIB dan habisnya juga tidak mesti," tuturnya.
Bubur blendrang Mbak Sri memang dikenal cukup khas.
Rasanya gurih dan sedikit pedas saat lidah menyecap irisan cabai yang ikut diaduk dalam semangkuk bubur.

Namun, sensasi yang mungkin tak kalah nikmat adalah campuran tulang kambing dan ayam yang memenuhi semangkuk bubur blendrang.
Lidah pun tak berhenti bergoyang saat menggigit potongan daging yang masih menempel di sela-sela tulang itu.
Satu lagi yang tak kalah unik, Romadhon mengaku tidak mematok harga untuk menjual bubur blendrang itu.
Dia melayani semua permintaan pengunjung yang bisa sesuka hati memesan bubur sesuai dengan keinginannya.
"Nggak matok harga, mau beli berapapun bisa. Rp2000 bisa, kan anak-anak kecil itu kadang mau beli, bisa juga Rp3000, Rp5000, Rp10 ribu bisa," imbuhnya.
( tribunjogja.com/ yosef leon )