PSS Sleman

Kisah Kegigihan Pemain PSS Sleman Dendi Agustan untuk Gapai Mimpi Menjadi Atlet Sepak Bola

Pemain bertahan PSS Sleman, Dendi Agustan Maulana, sempat dilarang bermain bola oleh ibunya sejak kecil di tanah kelahirannya, Pekalongan.

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Dendi Agustan 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bermimpi menjadi pesepakbola professional bisa dilakukan oleh siapa saja ketika di masa kecil.

Namun untuk mewujudkan mimpi itu, hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya keinginan kuat serta ketekunan.

Faktor-faktor di luar diri juga dapat mendukung terwujudnya mimpi itu, satu di antaranya restu orang tua.

Begitu pula dengan pemain bertahan PSS Sleman, Dendi Agustan Maulana, yang dilarang bermain bola oleh ibunya sejak kecil di tanah kelahirannya, Pekalongan.

Namun, hampir setiap hari dirinya bermain sepak bola bersama teman-teman sepermainannya, entah di lahan kosong atau lapangan.

Manajemen PSS Sleman Tunggu Kepastian Terkait Rencana Bergulirnya Liga 1 2021

Sewaktu SMA, Dendi masuk Sekolah Sepak Bola (SSB) Persip Pekalongan, setiap jadwal latihan ia selalu sembunyi-sembunyi membawa sepatunya dari rumah ke sekolah.

Seusai waktu pelajaran, Dendi berangkat latihan bersama tim, hingga pulang menjelang azan magrib.

Ketika ditanyai ibunya, ia hanya menjawab bermain bersama teman-temannya, tanpa menyebut sehabis latihan sepak bola.

"Dulu ibu minta kerja normal-normal saja," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (4/2/2021).

Namun kerja keras dan ketekunan Dendi terjawab dengan masuknya ia ke skuad Persikasi Bekasi saat berusia 19 tahun, dan harus meninggalkan sejenak kampung halamannya.

Masa-masa itu Dendi diminta untuk tidak perlu berangkat ke Bekasi, lantaran terlalu jauh dari Pekalongan.

"Ibu minta saya hati-hati di Bekasi, sebelumnya diminta jangan pergi, karena saya juga hanya tinggal bersama ibu sejak umur lima tahun, bapak sudah tidak ada," ucap Dendi.

Berselang beberapa waktu, Dendi kembali ke Pekalongan, kali ini ia membela klub idola tanah kelahirannya, Persip Pekalongan selama satu tahun.

Terinspirasi Bintang MU, Bek PSS Sleman Gagas Gerakan Sosial Athletes For Good

Dari sanalah karir profesional Dendi dimulai, namanya kian dikenal, sang ibu mulai merestui Dendi berkarir di sepak bola, lantaran ia bisa membuktikan jika sepak bola bisa menjadi pekerjaan yang menghasilkan rupiah.

Berkat konsistensinya, Dendi mulai hijrah ke klub yang lebih besar, Kalteng Putra, untuk mengarungi Liga 2, ia pun bersama kolega dapat mengangkat martabat klubnya naik kasta ke Liga satu.

Hingga tahun kedua, ia menjalani karir sebagai pemain Kalteng Putra di Liga 1, di sana ia menemukan sosok yang diidolainya, Gede Sukadana.

Ia menilai suka dengan gaya permainan Gede yang dipercaya mengisi sektor gelandang, sama seperti Dendi yang juga dirotasi ke bagian gelandang tapi juga kerap mengisi posisi pemain bertahan.

"Gak nyangka waktu itu bisa ketemu Gede di sana (Kalteng Putra), bangga banget," ujarnya.

Di sana ia juga mengidolakan sosok pelatih Kas Hartadi, yang dinilainya sebagai orang yang cerdas dan berwibawa.

Baginya, Kas Hartadi selalu dihormati sebagai pelatih ketika di lapangan, dan seperti teman dan bapak ketika di luar lapangan.

Pria dengan tinggi 183 sentimeter ini, mengungkapkan kebahagiaannya saat membela Kalteng Putra dan PSS Sleman, kedua klub yang ia bela saat ini dirasanya memiliki kekeluargaan yang kuat.

Jungkir Balik Hidup Legenda PSIM dan PSS Sleman, Cerita Dedi Setiawan Sempat Jadi Tukang Ojek

Ia menambahkan jika di Yogyakarta bersama PSS Sleman, selain dekat dengan rumah, lingkungan di kota pelajar ini sangat mendukung dirinya untuk terus berkembang sebagai pesepakbola.

Saat ini Dendi tengah sibuk menjaga kebugarannya, berlatih di gym dan kerap ikut latihan bersama teman-teman pemain lain selama kompetisi Liga 1 belum digulirkan kembali.

"Takut ketinggalan kalau cuma di rumah aja, siapa tahu sewaktu-waktu liga dimulai lagi," katanya.

Ke depan, Dendi juga sedang menyiapkan bisnis untuk masa tuanya.

Ia ingin memiliki bisnis kuliner atau kafe yang bisa dibangunnya di Pekalongan.

Upaya ini diusahakannya untuk bekal setelah dirinya tidak bermain sepak bola secara profesional.

Ia menilai jika bermain bola tidak bisa dilakukan selamanya, maka pilihan berwiraswasta dipersiapkannya dari sekarang.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved