Telegram Lebih Aman dari WhatsApp? Berikut Sistem Keamanan yang Ditawarkan
Telegram jadi salah satu aplikasi chatting yang naik pamor gara-gara kebijakan baru WhatsApp.
Tribunjogja.com --- Telegram jadi salah satu aplikasi chatting yang naik pamor gara-gara kebijakan baru WhatsApp. Aplikasi yang didirikan oleh Pavel Duvriv dan Nikolai itu, mengalami lonjakan pengguna hampir setengah miliar.

Detailnya, jumlah pengguna Telegram saat ini sudah lebih dari 500 juta penguna aktif bulanan pada minggu pertama Januari. Bahkan, pada 12 Januari kemarin, Telegram kedatangan 25 juta pengguna baru.
Asia jadi benua pertama yang menyumbang pengguna terbabnyak dengan persentase 38 persen. Diikuti di urutan kedua dengan 27 persen, lalu ada Amerika Lation 21 persen, serta Timur Tengah dan Afrika Utara dengan persentase 8 persen.
Klaim pengguna yang menyebut sistem keamanan Telegram lebih baik dari WhatsApp jadi salah satu faktor yang menunjang peningkatan tersebut. Memang, seperti apa sih sistem keamanan yang diterapkan Telegram?

Berdasarkan keterangan resminya, Telegram mengklaim bahwa mereka tidak memonetasi data pribadi. Makusd memonetisasikan data pribadi adalah menggunakannya untuk pembuatan profil iklan bertarget.
Namun, Telegram tak menampik bahwa pihaknya mengumpulkan data pribadi, seperti nama, nomer telepon, daftar kontak, dan user ID. Tak hanya itu, dari sisi ruang obrolan, Telegram diketahui sudah menggunakan sistem keamanan enkripsi end-to-end.
Ada juga sistem Cloud Chats yang menawarkan penyimpanan dengan format komputasi awan dan terdistribusi secara real-time.
Sistem enkripsi Telegram didasari AES simetris 256-bit, RSA 2048, dan Diffie - Hellman yang mengamankan pertukaran kunci.
Jika pengguna membutuhkan keamanan lebih dalam ruang obrolannya, Telegram punya fitur Secret Chat. Fitur ini menawarkan sistem keamanan berlapis yang meminimalisir ruang obrlan disusupi.
Hal itu dikarenakan Secret Chat menggunakan sistem enkripsi antar sesama pengguna. Lebih lanjut, Telegram juga menggunakan kode open source.
Artinya, kode Telegram berupa enkripsi API yang bisa ditinjau oleh siapa saja termasuk pakar keamanan. Dengan begitu, siapa saja bisa mengecek apa yang dilakukan Telegram dalam layanannya terhadap keamanan data pengguna.
Telegram diklaim sebagai satu-satunya aplikas chatiing yang memiliki builds dan diverifikasi untuk iOS dan Android. Pengguna juga dapat mengaktifkan veifikasi dua langkah untuk mengamankan akun.
Itulah sejumlah sistem keamanan yang ditawarkan Telegram kepada penggunannya.
Pesan Status WhatsApp

Aturan baru WhatsApp memang telah menimbulkan polemik antara pro dan kontra di kalangan penggunanya.
Pasalnya tidak sedikit pengguna WhatsApp yang menganggap bahwa dengan menyetujui aturan tersebut, maka data mereka akan bisa dikelola oleh perusahaan.
Tak hanya itu, netizen pun sempat meramaikan lini masa Twitter untuk mengajak orang-orang segera hengkang dari WhatsApp ke aplikasi lain seperti Telegram dan Signal.
Menyelesaikan hal tersebut, akun resmi WhatsApp diketahui mendadak muncul di halaman "Status" pengguna.
Pantauan Nextren pun juga menemukan pemberitahuan terbaru dari WhatsApp pada hari Jumat (29/1).
WhatsApp membagikan 4 status yang diawali dengan status, "WhatsApp sekarang membagikan informasi di Status. Di sini Anda dapat mengetahui informasi dan fitur baru," tulisnya.
Lalu pada Status berikutnya, WhatsApp membuat beberapa kalimat yang nampaknya ditujukan untuk para pelanggannya yang sedang merasa dirugikan oleh WhatsApp.
Sebab WhatsApp menuliskan, "Satu hal yang tidak baru adalah komitmen kami terhadap privasi Anda."
"WhatsApp tidak dapat membaca atau mendengarkan percakapan pribadi Anda karena percakapan tersebut terenkripsi secara end-to-end," lanjutnya.
Dengan adanya informasi tersebut, sepertinya WhatsApp akan lebih sering muncul di halaman "Status" nantinya.
Sejumlah netizen pun mengomentari terkait tindakan WhatsApp yang baru dilakukannya ini.
Bahkan topik "WhatsApp" menduduki trending topik nomor 1 di Twitter dengan jumlah cuitan sekitar 21,4 ribu.
Mungkinkah WhatsApp akan tetap kehilangan sejumlah penggunanya yang memilih untuk 'migrasi' ke aplikasi berbagi pesan lain?
Atau pengguna WhatsApp akan tetap bertahan di platform besutan Facebook tersebut?
Meski pindah ataupun menetap, WhatsApp sejauh ini masih menjadi aplikasi berbagi pesan yang paling banyak digunakan oleh pengguna smartphone.
Perusahaan mengklaim kalau saat ini ada sekitar 2 miliar akun WhatsApp yang terdaftar di platform.
Disisi lain, Aturan baru WhatsApp nampaknya menjadi sebuah bumerang bagi Facebook sebagai pengembang aplikasi.
Kebijakan yang diklaim untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan akun WhatsApp malah dinilai meganggu privasi penggunanya.
Sebagian pengguna WhatsApp menganggap bahwa aturan baru yang dicanangkan oleh WhatsApp itu akan berisiko untuk data pribadi konsumen.
Hal itu pun sudah sempat ramai di sejumlah platform media sosial.
Konsumen juga berbondong-bondong untuk melakukan 'migrasi' dari WhatsApp ke aplikasi lain seperti Line, Telegram, ataupun Signal.
Menindaklanjuti hal tersebut, Facebook dilaporkan secara resmi akan menunda pembaruan privasi di WhatsApp.
Hal tersebut disampaikan oleh pihak WhatsApp melalui postingan blog resmi perusahaan.
Dilansir dari Android Authority, WhatsApp menyebut bahwa ingin menjeda terlebih dahulu pembaruan di aplikasinya karena kontroversi yang terjadi.
"Menjernihkan informasi yang salah seputar cara kerja privasi dan keamanan di WhatsApp," tulis perusahaan dalam blog.
Lebih lanjut, WhatsApp juga mengatakan bakal menunda pembaruan itu setidaknya selama tiga bulan ke depan.
Namun, tidak ada rencana perusahaan untuk melakukan kebijakan selama periode yang sudah ditetapkan.
WhatsApp juga mengatakan bahwa tidak ada fitur yang berfokus pada privasi yang berubah.
Perusahaan pun mencoba untuk menjelaskan arah fokus kebijakan baru yang ada di aplikasi WhatsApp ke depannya.
WhatsApp Tertekan?
Kondisi ini pun dinilai oleh sejumlah pengamat sebagai indikasi bahwa WhatsApp sedang tertekan.
Pasalnya, reaksi dari para pengguna yang merasa dirugikan ini cukup masif dirasakan.
WhatsApp dilaporkan mengalami penurunan jumlah pengguna baru akibat adanya isu aturan baru itu.
Meningkatnya Pengguna Aplikasi Pesaing WhatsApp
Selain itu, tertekannya WhatsApp juga dapat dilihat dari hasil yang dicapai oleh pesaingnya yakni Signal dan Telegram.
Telegram telah mengklaim aplikasinya sudah memiliki 500 juta pengguna sejak adanya tentangan terhadap WhatsApp.
Signal pun merasakan hal yang sama.
Setelah dipromosikan oleh Elon Musk melalui cuitan di akun @elonmusk.
Aplikasi berbagi pesan tersebut dilaporkan sempat mengalami kendala pada servernya.
Bukan karena rusak, namun hal tersebut terjadi akibat banyaknya orang yang secara bersamaan ingin mendaftar ke aplikasi Signal.
So, gimana menurut kamu Sobat Nextren? Masih mau menggunakan WhatsApp atau cari yang lain? ( Nextren )