Kabupaten Bantul
Pembangunan Rumah Subsidi di Bantul Terdampak Pandemi, Konsumen Resah
Developer mengklaim pengerjaan di lapangan masih berjalan, meski mengalami kemunduran akibat COVID-19.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Konsumen Nawa Village Pleret, Bantul resah karena rumah subsidi yang dijanjikan tak kunjung selesai.
Satu di antaranya adalah Nia Hidayah (28).
Nia dijanjikan serah terima kunci pada awal 2021.
Namun hingga saat rumahnya justru belum selesai dibangun.
Nia adalah asal Boyolali, Jawa Tengah yang sudah enam tahun tinggal di Yogyakarta.
Baca juga: Pemerintah Tambah Bantuan Rumah Subsidi
Ia bercita-cita memiliki rumah di Yogyakarta.
Menurut dia, rumah bersubsidi adalah pilihan yang tepat, apalagi gajinya sebagai karyawan swasta di bawah Rp3juta.
"Awalnya juga bimbang dan takut mau ambil. Kekhawatiran pertama adalah karena lokasi dekat sungai opak. Katanya ada sesar opak yang masih aktif. Takut bencana gempa dan banjir. Tetapi saya sudah enam tahun di Yogya dan pengen punya rumah," katanya, Rabu (27/01/2021).
"Kedua karena banyak kasus rumah subsidi bermasalah. Tapi bismillah dan percaya saja. Bagaimana punya rumah sementara gaji di bawah Rp3juta kalau bukan rumah subsidi," sambungnya.
Ia sudah melunasi uang muka, dan dijanjikan memiliki rumah pada 2021.
Namun rumahnya bahkan belum dibangun.
Nia khawatir pembangunan rumahnya tidak jelas, apalagi infomasi dari pihak marketing kurang jelas.
"Sebelum pandemi pun progresnya lambat banget. Belum lama ini keluar surat kalau pembangunan baru Agustus 2021, itu pun untuk komplek awal. Harusnya komplek awal serah terima Desember 2020," lanjutnya.
Terpisah, Perwakilan Developer Nawa Village Pleret, Andario Dwi memastikan pengerjaan di lapangan masih berjalan.
Baca juga: Anggaran untuk Rumah Subsidi Semakin Menipis, 57.949 Unit Rumah Sudah Disalurkan
Namun ia mengakui bahwa pengerjaan melambat akibat pandemi COVID-19.
Dengan demikian pembangunan rumah mengalami kemunduran.
"Cuma memang pandemi ini berdampak banyak di pergerakan pembangunan. Karena segala sesuatunya dibatasi pemerintah yang bisa dibilang ini force majeur yang tidak bisa diprediksi siapapun. Sampai saat ini kondisi di lapangan masih berjalan, bis dicek di lokasi. Kalau tidak ada kejelasan tidak mungkin lahan bisa dan boleh kami kerjakan,"terangnya.
Ia juga menyebut infomasi terkait pembangunan rumah selalu disampaikan kepada konsumen.
Terkait kompensasi ke konsumen, pihaknya akan menginformasikan lebih lanjut pada konsumen.
"Kami rutin memberi info update kepada konsumen melalui marketing kami. Jika ada informasi yang tidak sampai, mungkin ada sedikit miss penjelasan,"tambahnya. ( Tribunjogja.com )