Patok Tol Tol-Yogyakarta Bawen Wilayah Sleman Ditarget Selesai Maret 2021

Proyek pembangungan Tol-Yogyakarta Bawen bakal memasuki tahap pemasangan patok pada lahan terdampak.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
KemenPUPR
Peta Jalan Tol Yogyakarta-Solo yang melewati Selokan Mataram di wilayah Sleman 

Tribunjogja.com Yogyakarta -- Proyek pembangungan Tol-Yogyakarta Bawen bakal memasuki tahap pemasangan patok pada lahan terdampak.

Rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2021.

Dimulai dari Desa Banyurejo, Kapanewon Sleman.

Lokasi untuk pemasangan patok tersebut berada di lokasi Resto Pesawat
Lokasi untuk pemasangan patok tersebut berada di lokasi Resto Pesawat (Google Map)

"Dimulai dari seputaran SMP Negeri 2 Tempel," terang Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Dispertaru) DIY Krido Suprayitno saat dihubungi Tribun Jogja Minggu (17/1/2021).

Krido menargetkan proses pemasangan patok akan terselesaikan pada Maret 2021 mendatang.

"Target selesai sekitar dua bulanan," tambahnya.

Lokasi pembangunan jalan tol sepanjang 8,5 km itu berada di 28 padukuhan, tujuh desa, tiga kapanewon di Sleman dengan perkiraan luas tanah kurang lebih 49,6 Hektar.

Adapun jumlah bidang tanah yang terdampak ada 915 bidang dengan 952 warga di dalamnya.

Pada ruas jalan tol ini nantinya bakal ada satu pintu keluar yang berada di simpang susun Desa Banyurejo, Seyegan Sleman.

Lebih jauh, terkait proyek Jalan Tol Jogja-Cilacap, Krido menjelaskan, saat ini pihaknya masih menunggu revisi Detail Engineering Design (DED). Diperkirakan desain tol akan mengalami sedikit perubahan.

Peta Ilustrasi segitiga emas tiga kota Yogyakarta-Solo-Semarang yang akan dihubungkan Jalur Tol
Peta Ilustrasi segitiga emas tiga kota Yogyakarta-Solo-Semarang yang akan dihubungkan Jalur Tol (google.com)

Baca juga: Pembayaran Ganti Untung Proyek Tol Yogya-Solo di Purwomartani Sleman, Ada Warga Terima Rp2 Miliar

"Yogya-Cilacap, kami masih menunggu revisi DED. Ada beberapa titik yang masih dibahas," terangnya.

Revisi itu dilakukan menyusul adanya protes dari warga setempat sebab pembangunan tol akan memotong akses masuk ke cagar budaya dan kompleks pondok pesantren di Mlangi, Kapanewon Gamping, Sleman.

Saat ini ada tiga titik lokasi yang dibahas. Namun Krido belum berkenan menyebut di mana saja titik-titik tersebut.

"Ya nanti saja saya kasih tau," paparnya.

Karena masih dalam tahap pembahasan, Krido belum bisa menentukan target penerbitan Izin Penetapan Lokasi (IPL) pada proyek Tol Yogya-Cilacap.

"Belum ada IPL kalau belum masuk (DED) kami belum bisa memproses," jelasnya.

Ketua Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ruas Semarang-Jogja Heru Budi Prasetyo menambahkan, pada 19 Januari 2020 rencananya juga akan dilakukan seremonial pemasangan patok oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Setelahnya itu (seremoni) baru ada pemasangan patok. Dimulai dari Desa Banyurejo," ungkapnya.

Dia menambahkan, proyek pembangunan itu membutukan sekitar 915 bidang tanah. Namun Heru memprediksi jumlah bidang tanah yang terdampak bakal bertambah.

Kendati demikian penambahan jumlah bidang terdampak tersebut tidak akan menambah luas lahan yang dibutuhkan.

"Sebelum diukur BPN (Badan Pertanahan Nasional) kan belum tahu. Nanti setelah diukur BPN kan baru ketahuan finalnya. Perubahan bidang, iya (berubah) tapi luasan tidak," paparnya.

Apa Kata Dewan

Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana meminta agar Pemerintah Daerah (Pemda) DIY terus menjalin komunikasi dengan seluruh masyarakat yang terdampak proyek jalan bebas hambatan.

"Perbaikilah komunikasi dengan masyarakat yang terpakai tanah-tanahnya itu. Sehingga komunikasi dan sosialisasi itu jadi sangat penting," terang Huda kepada Tribun Jogja pada Minggu (17/1/2021).

Huda melanjutkan, pasca pematokan akan dilanjutkan proses penilaian harga tanah oleh tim appraisal. Pada tahapan ini, proses komunikasi antar dua belah pihak menjadi penting.

"Agar masyarakat mendapatkan ganti untung jangan ganti rugi dan kemudian diappraisal dengan baik. Komunikasinya mesti lancar," paparnya.

Lebih jauh, jika tahap pembangunan telah dilalui, Huda mengusulkan agar masyarakat Yogya tak ditempatkan sebagai penonton.

"Misalnya exit toll sebagai tempat yang strategis atau tempat lain bisa diisi oleh masyarakat dari Yogya. Misalnya UMKM. Agar ikut merasakan dampak dari pembangunan," jelasnya.

Sejak tahap perencanaan, Huda mengusulkan agar pembangunan diintegrasikan dengan masyarakat sekitar, sehingga pembangunan akan benar-benar memberi manfaat.

"Jadi jangan sampai ketika ada tol warga setempat hanya lihat tol dan mobi-mobilnya saja. Tapi juga bisa merasakan manfaatnya," tuturnya. ( Tribunjogja.com | Yuwantoro Winduajie )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved