Jawa Tengah
Nomor Whatsapp Bupati Kebumen Kiai Yazid Mahfudz Diretas, Digunakan Penipu untuk Minta Uang
Nomor Whatsapp Bupati Kebumen, Jawa Tengah Kiai Yazid Mahfudz diretas oleh orang tak bertanggung jawab untuk meminta uang kepada sejumlah pihak
TRIBUNJOGJA.COM, KEBUMEN - Nomor Whatsapp Bupati Kebumen, Jawa Tengah Kiai Yazid Mahfudz diretas oleh orang tak bertanggung jawab untuk meminta uang kepada sejumlah pihak.
Warga pun diminta untuk waspada terhadap aksi penipuan yang mengatasnamakan Bupati Kebumen.
Kabag Humas Pemkab Kebumen Eko Purwanto menngungkapkan, nomor WhatsApp pribadi bupati diduga diretas oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Untuk saat ini apabila ada orang yang mengatasnamakan nomor Pak Bupati untuk sementara jangan dihiraukan, karena nomor WhatsApp saat ini sedang di-hack," kata Eko saat dihubungi, Jumat (15/1/2021).
Eko mengatakan, nomor WhatsApp pribadi bupati diketahui digunakan untuk meminta sejumlah uang.
Uang tersebut diminta ditransfer ke sebuah rekening bank.
"Itu yang di-WhatasApp (menggunakan nomor pribadi bupati) adalah putra-putrinya," ujar Eko.
Eko mengatakan, sejauh ini belum menerima laporan dari pihak lain yang dimintai uang dengan mengatasnamakan bupati.
"Belum ada (korban), karena ini baru kejadian, sehingga untuk mengantisipasi untuk sementara WhatsApp Pak Bupati di-uninstall dulu," kata Eko.
Baca juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Raih 2 Penghargaan Kompetisi Poster Internasional
Baca juga: Seorang Suami di Aceh Barat Gerebek Istri Saat Berselingkuh, Pelaku Terancam Hukuman Cambuk
Penjelasan Ahli Digital Forensik
Dosen Digital Forensik Universitas Amikom Purwokerto, Adam Prayogo Kuncoro mengatakan, peretasan nomor WhatsApp Bupati Yazid diretas dilakukan dengan cara pengalihan akun.
“Akun WhatsApp korban bisa dicuri atau dialihkan, tapi nomornya berganti dengan nomor yang sudah disiapkan pelaku,” kata Adam, Jumat (15/1/2021).
Menurut dia, ada tiga modus paling jamak yang mungkin dilakukan untuk aksi serangan pengalihan akun WhatsApp.
Pertama yakni mengambil alih akun WhatsApp dengan nomor token.
Modus ini bisa dilakukan oleh orang dekat atau orang yang berpura-pura melakukan transaksi elektronik.
“Pelaku bisa saja kawan dekat, terus pura-pura salah kirim SMS ke nomor korban, terus pelaku minta dikirim balik nomor tokennya,” katanya.
Menurut Adam, modus ini biasa dilakukan melalui medsos atau aplikasi percakapan lain.
Caranya bisa dengan obrolan personal bahkan undian berhadiah.
“Bisa juga melalui modus undian berhadiah, setelah diiming-imingi hadiah, pelaku meminta korban menyebutkan nomor token yang dikirim ke nomornya yang aktif,” terangnya.
Adam menambahkan, modus lain yakni menduplikasi akun WhatsApp.
Sebenarnya di playstore sudah banyak aplikasi pihak ketiga yang berguna untuk menduplikasi akun WhatsApp.
Namun, kata Adam, cara ini cenderung lebih susah.
Pasalnya, harus ada autentikasi atau izin dari akun WhatsApp yang asli.
Autentikasi yang dimaksud Adam seperti scan barcode saat masuk ke WhatsApp web.
“Misal si korban teledor, pas pergi ke toilet terus handphone ditinggal, dan WhatsApp masih terbuka. Itu bisa melalui WhatsApp web terus diduplikasi,” jelasnya.
Jika pelaku membutuhkan password, biasanya pelaku melakukan social engineering.
Cara ini juga membutuhkan riset tertentu kepada data pribadi korban.
“Ketika ada minta pin atau password, biasanya menebak dengan tanggal lahir dan sabagainya,” ujarnya.
Modus ketiga melalui link jebakan. Dikatakannya, hal tersebut juga mulai jamak ditemukan di Indonesia.
Dari studi kasus yang pernah dilakukan Adam, akun WhatsApp juga dapat dicuri dengan media pranala atau link palsu.
“Misal pelaku kirim link, terus oleh korban di klik, maka akun korban akan langsung ditarik pelaku,” katanya.
Meski demikian, tautan jebakan tersebut harus dibuka melalui nomor WhatsApp korban.
Artinya, pelaku harus lebih dulu mengantongi nomor WhatsApp calon korban.
“Link juga bisa disederhanakan, jadi calon korban tidak curiga. Asal main klik, tidak tau alamat asli dibaliknya. Bisa juga pake link back door, jadi pelaku membuat duplikasi satu halaman website dulu,” ujarnya.
Link jebakan, kata Adam, kebanyakan dibalut dengan isu kemanusiaan.
Semisal donasi bencana atau donasi kemanusiaan lain. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hati-hati! Nomor WhatsApp Bupati Kebumen Diretas, Dipakai untuk Meminta Uang
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nomor WhatsApp Bupati Kebumen Diretas, Ahli Digital Forensik Beberkan 3 Modus Pelaku