Bukan Efek Photoshop, Candi Borobudur Jadi Warna-warni karena Alasan Ini

Candi Borobudur yang biasanya berwarna abu-abu kini tampak warna warni di beberapa bagian dari stupa.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
BKB
Candi Borobudur yang abu-abu tampak berwarna warni di sepanjang lantai atau lorong. Ternyata karena adanya Terpaulin yang menutupi lorong dan stupa. Terpaulin ini menjadi tudung untuk melindungi candi dari abu vulkanik Gunung Merapi. 

TRIBUNJOGJA.COM Magelang -- Ada yang berbeda dari Candi Borobudur jika dilihat dari udara beberapa waktu terakhir.

Candi Borobudur yang biasanya berwarna abu-abu kini tampak warna warni di beberapa bagian dari stupa.

Selidik punya selidik, warna-warni lantai dan stupa Candi Borobudur ini bukan diwarnai tapi terpaulin yang menutupi lorong dan stupa.

Tujuanya apa?

Terpaulin ini menjadi penutup guna melindungi candi jika ada abu vulkanik Gunung Merapi.

Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) Borobudur, Balai Konservasi Borobudur (BKB), Bramantara, mengatakan, pihak BKB melakukan penutupan bagian Candi Borobudur menggunakan Terpaulin.

Tudung atau penutup menggunakan warna di setiap lantai atau lorong.

Warna cover atau penutup lantai memang menggunakan warna berbeda di setiap lantai atau lorong, dengan tujuan agar memudahkan ketika akan dicari dan dipasang kembali.

“Hanya sedikit menjelaskan jadi kemarin memang sempat di beberapa media itu berseliweran gambar warna-warni Borobudur."

"Itu sebenarnya bukan kita sengaja karena untuk pemasangan cover lantai membutuhkan waktu dan pekerjaan yang tidak mudah."

Candi Borobudur yang abu-abu tampak berwarna warni di sepanjang lantai atau lorong. Ternyata karena adanya Terpaulin yang menutupi lorong dan stupa. Terpaulin ini menjadi tudung untuk melindungi candi dari abu vulkanik Gunung Merapi.
Candi Borobudur yang abu-abu tampak berwarna warni di sepanjang lantai atau lorong. Ternyata karena adanya Terpaulin yang menutupi lorong dan stupa. Terpaulin ini menjadi tudung untuk melindungi candi dari abu vulkanik Gunung Merapi. (BKB)

"Artinya dimensi masing-masing lorong berbeda, warna itu kenapa dibuat warna-warni itu sebenarnya untuk memudahkan kita dalam mencari covernya ketika mau dipasang,” katanya kepada wartawan saat ditemui di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020).

Warna Terpaulin di tiap lantai memang berbeda-beda. U

ntuk lantai tiga, warnanya krem.

Lantai empat dengan warna hijau.

Lantai lima dengan warna biru muda.

Terakhir lantai enam dengan warna biru tua.

Warna warni berbeda di tiap lantai ini agar mudah saat melakukan pemasangan kembali dan tidak membuat bingung.

“Sudah kita setting warna krem di lantai pertama, warna-warna lainnya itu sudah mewakili warna-warna di level selanjutnya. Jadi ketika memasang itu kita nggak kebingungan,” tuturnya.

Foto Udara Candi Borobudur di Kecamatan Borobudur,  Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Foto Udara Candi Borobudur di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Warna warni di lantai candi ini memang sempat menarik perhatian masyarakat dan warganet.

Potret candi yang diambil oleh BKB dari atas menggunakan pesawat drone memang memberi kesan Candi Borobudur menjadi berwarna warni.

"Beberapa orang bilang bahwa itu menarik, tetapi tidak ada kesengajaan, karena secara teknis untuk memudahkan kita untuk mencari di level satu warna apa, dua, tiga dan seterusnya,” ujarnya.

Pemasangan terpaulin di Candi Borobudur yang dilakukan sekarang sudah mencapai 80 persen.

Saat ini penutup yang belum terpasang di stupa lantai 10 dan stupa induk.

Candi Mendut Juga Ditutup Terpal

Sama dengan Candi Borobudur, Candi Mendut dan Pawon di bawah pemeliharaan BKB, sehingga upaya penutupan dengan Terpaulin juga dilaksanakan di sana.

“Candi Mendut, Pawon, kemudian Borobudur yang paling sering orang tahu, di bawah pemeliharaan Balai Konservasi Borobudur. Rangkaian kegiatan perlindungan batu candi dari erupsi abu Merapi ini merupakan lanjutan apa yang kita lakukan di Candi Borobudur,” kata Bramantara

Bram mengatakan, penutupan dengan terpaulin ini adalah upaya tanggap bencana dan antisipasi dari BKB jika sewaktu-waktu Gunung Merapi mengalami erupsi dan membawa hujan abu vulkanik. Abu ini bersifat merusak batuan, sehingga candi juga mesti dilindungi.

Pemandangan berbeda tampak di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020). Bagian atas candi ditutupi dengan terpaulin, menyusul bagian-bagian lainnya.
Pemandangan berbeda tampak di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020). Bagian atas candi ditutupi dengan terpaulin, menyusul bagian-bagian lainnya. (Tribunjogja/ Rendika Ferri K)

"Upaya ini sebagai salah satu bentuk tanggap bencana antisipasi ketika nanti Gunung Merapi meletus sehingga hujan abu bisa dicegah. Untuk itu yang dilakukan dengan melakukan pengcoveran atau penutupan dengan terpaulin," ujarnya.

Pemasangan terpaulin ini tak cukup dalam satu hari saja, karena bagian candi yang luas dan tenaga kerja yang terbatas. Pekerjaan ini diperkirakan dapat selesai satu sampai dua minggu ke depan.

“Pengcoveran kita mulai hari ini. Karena keterbatasan personil memang tidak bisa dilakukan dalam jangka yang cukup pendek mungkin sekitar satu sampai dua minggu targetnya,” katanya.

Selama dua minggu ke depan, para pekerja akan menutup bagian candi. Bagian paling atas sendiri sudah dipasang atap galvanum untuk melindungi candi dari air hujan. Kelembapan akibat air dapat membawa lumut tumbuh, sehingga antisipasi ini dilaksanakan.

Nantinya setelah selesai di Candi Mendut, pekerja penutupan candi akan dilanjutkan di Candi Pawon. Meskipun ditutup wisata masih dibuka. Wisatawan pun masih berdatangan, sebagaimana candi belum tertutup seutuhnya.

Berdasarkan pantauan tadi, penutupan ini dilakukan mulai bangunan atas candi. Para pekerja naik menuju atas candi dengan naik dan menutup bagian candi dengan terpaulin. Kain itu dinaikkan dengan ditarik menggunakan tambang. ( Tribunjogja.com | RFK )

--

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved