Terdampak Pandemi Covid-19, Mahasiswi UNY Ini Kangen Pentaskan Tarian Tradisional
Ariska Tri Handayani (22), rindu untuk kembali mementaskan tarian tradisional pada sebuah pementasan
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rindu untuk mementaskan tarian tradisional dirasakan oleh mahasiswi Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universiyas Negeri Yogyakarta (UNY), Ariska Tri Handayani (22).
Pasalnya, selama pandemi Covid-19, jadwal untuk pentas seni tari banyak yang ditunda.
Alhasil, dirinya pun tak mendapatkan kesempatan untuk menampilkan gerakan tarinya.
"Sudah lama sekali nggak ikut pentas tari, mungkin sekitar 6 bulan lebih. Karena, banyak sekali kegiatan yang ditunda semasa pandemi ini," jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Selasa (24/11/2020).
Padahal, lanjut Ariska, sebelum pandemi dalam sebulan biasanya ada saja acara yang menampilkan pentas seni tari tradisional.
Ada yang dari perhimpunan daerah, organisasi, hingga pemerintahan.
"Ya, biasanya banyak sekali acara yang menampilkan etnik nusantara sebelum pandemi. Biasanya, penampilan tari tradisional akan diminta untuk mengisi acara tersebut,"tuturnya.
Kecintaan terhadap seni tari tumbuh sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), wanita asli Lombok ini, sudah mengikuti pementasan tari hingga ke luar negeri.
Panggung pertamanya, berhasil dipertunjukkan di negara Malaysia dengan mengangkat kebudayaan masyarakat Lombok.
Dirinya pun, sudah cukup dikenal oleh masyarakat di daerahnya. Bahkan, setiap acara pemerintahan dirinya selalu diminta untuk tampil.
"Dari dulu itu, sudah terbilang aktif untuk mengikuti kegiatan tari. Makanya, ketika masa seperti ini, kangen untuk menari begitu dalam. Rasanya ingin tampil saja, rindu suasana panggung," terangnya.
Namun, kekosongan jadwal menari selama pandemi, tidak membuatnya menjadi berleha-leha. Waktu yang ada dimanfaatkan sebaik mungkin.
Terbukti, selama dirinya kembali ke Lombok karena perkuliahan daring. Ia mampu menciptakan kreasi tari untuk anak-anak lingkungan sekitarnya.
Di mana, hasil kreasinya diperlombakan secara nasional untuk bidang seni tari.
"Semenjak pandemi kan, perkuliahan dialihkan menjadi daring. Sehingga, banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk kegiatan lain. Kebetulan, ada satu sanggar yang mempercayakan untuk dibuatkan kreasi tari yang akan dilombakan pada tingkat nasional. Tentu, saja kesempatan saya terima," ujarnya.
Meskipun, kreasi tarinya belum berhasil keluar sebagai juara. Namun, ia menjadikan pengalaman tersebut sebagai guru yang berharga.
Lagi pula, selama membuat kreasi tari cukup mengobati rasa rindunya untuk menarikan gerakan-gerakan gemulai khas tari tradisional.
Adapun, harapan ke depannya, dia ingin sekali membuat sebuah sanggar tari yang besar di daerahnya.
Untuk menghasilkan talenta muda yang akan mewarnai prestasi baik nasional maupun internasional.
"Dari dulu, sudah berkeinginan untuk membuat sanggar tari. Semoga bisa terwujud dan terealisasikan. Dan, bisa menjadi wahana edukasi bagi anak-anak yang ingin belajar tari khususnya tradisional," ungkapnya. (*)