Buah Bibir
BUAH BIBIR : Dita Noor Mala Sari Perdalam Ilmu PAUD
Dita Noor Mala Sari aktif menerapkan ilmunya di bangku kuliah dengan menjadi pengajar bimbingan belajar (bimbel) bagi anak-anak usia PAUD.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kegagalan yang hadir setelah berusaha maksimal, seringkali mengantarkan pada jalan yang lebih terang.
Seperti yang dialami Dita Noor Mala Sari.
Setelah lulus SMA, dara asli Bantul ini mencoba masuk ke Jurusan Ilmu Komunikasi di beberapa universitas.
Namun, tak satu pun membuahkan hasil.
Kesempatan Dita kala itu semakin kecil, yakni mendaftar ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) hanya untuk satu pilihan jurusan.
Baca juga: BUAH BIBIR : Dorothea Bunga Chininta Putri Adhia Terinspirasi Memulai Bisnis Berkonsep Pemberdayaan
Ia pun memutar otak.
Tak lagi memilih Jurusan Ilmu Komunikasi, tetapi beralih ke Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Berkat doa sang ibu yang memang menginginkan Dita menjadi seorang guru, upaya terakhirnya itu berujung manis.
Ia diterima menjadi mahasiswa Jurusan PAUD UNY pada 2016.
Dita tak sekadar mengikuti keinginan ibunya, pilihan jurusan itu juga berasal dari hatinya.
“Kenapa milih Jurusan PAUD? Saat SMA saya bergerak di organisasi Forum Anak Bantul, sehingga intensitas bertemu anak-anak cukup sering. Ibu saya juga pengin saya menjadi guru. Akhirnya saya flashback ke latar belakang saya di organisasi itu,” ungkap dara kelahiran Bantul, 21 April 1997 ini.
Mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi ini pun bertekad untuk terus memperdalam ilmu PAUD dan suatu saat menjadi guru PAUD.
Baca juga: BUAH BIBIR : Ratih Puspita Keluarkan Singel ‘Ra Iso Garing’
Tak sebatas impian, Dita pun aktif menerapkan ilmunya di bangku kuliah dengan menjadi pengajar bimbingan belajar (bimbel) bagi anak-anak usia PAUD.
“Tiga bulan terakhir nge-bimbel anak-anak usia dini setiap Senin sampai Jumat, latihan untuk mendalami jurusan saya. Saya bergerak secara mandiri, ini sebagai salah satu mata pencaharian dan memanfaatkan waktu luang di masa pandemi,” ungkapnya.
Awalnya, ia mendapat tawaran untuk mengajar seorang anak usia dini.
Dita memberanikan diri mengambil tawaran itu, hingga kini profesi itu berlanjut dan ia telah memiliki beberapa murid.
Anak kelima dari lima bersaudara ini biasa mengajar 1,5-2 jam dalam satu kali mengajar.
“Saya ke rumahnya, mengajar calistung, kognitif, dan kreativitas anak agar terus berkembang,” imbuhnya.
Baca juga: Buah Bibir: Tak Putus Semangat, Anggun Cahya Wigati Geluti Dunia Penyiaran Radio
Perempuan yang terpilih sebagai finalis 30 besar Dimas Diajeng Bantul 2019 ini memiliki perhatian besar pada nasib tumbuh kembang anak usia dini di masa pandemi.
“Menurut saya sebagai kakak, sebagai orang yang lebih dewasa, pertama kita harus punya inisiatif ketika ada anak usia dini di sekitar kita untuk mencoba menjadi guru bagi anak usia dini. Anak-anak dalam usia emas butuh pengetahuan yang banyak,” urainya.
“Jangan sampai anak usia dini sering-sering dikasih gadget. Karena anak usia dini butuh pengetahun yang banyak dan mereka masih sering menirukan. Kalau dikasih gadget malah jadi ketergantungan. Sebagai gantinya kita ajak bermain, ajak mengobrol,” sambungnya yang juga berprofesi sebagai freelance event organizer.
Selain kesibukan dengan dunia anak, Dita juga sering diminta oleh teman-temannya sesama mahasiswa untuk berbagi ilmu terkait public speaking.
Dalam sebulan, ia biasa mengisi rata-rata di dua forum.
“Biasanya diminta teman-teman mengisi materi bagaimana caranya public speaking dan nge-MC ala Dita. Lewat Google Meet,” ucapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)