PSS Sleman
Mengenal Guntur Cahyo Utomo, Kepala Development Center PSS Sleman
Development Center PSS Sleman terus berupaya mengembangkan bakat-bakat muda sehingga nantinya bisa menjadi tulang punggung timnas Indonesia
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - Mengarsiteki tim senior tentu saja menjadi impian setiap pelatih sepak bola, tak terkecuali bagi Guntur Cahyo Utomo.
Meski demikian, jalan berbeda kini diambil Guntur yang kini memilih fokus untuk mengembangkan potensi pesepak bola muda Tanah Air.
Ya, dalam beberapa musim terakhir pria yang namanya mulai dikenal di pentas sepak bola Indonesia sewaktu mendampingi Indra Sjafri menangani timnas U-19 Indonesia ini memang dipercaya menjadi Kepala Development Center PSS Sleman.
Padahal, beberapa musim sebelumnya ia pun sempat menjadi pelatih kepala untuk klub Liga 3 yakni tim sepak bola UNY dan Malang United.
Namun kini ia memilih kembali berkutat mengembangkan potensi pesepak bola muda.
"Banyak pelatih yang punya keinginan yang sama, ada problem besar di sepak bola Indonesia yang setiap tahun selalu dimunculkan, yaitu adalah pengembangan sepak bola di usia muda," ujar Guntur Cahyo ditanya alasannya kembali fokus di pengembangan sepak bola usia muda.
Baca juga: Liga 1 2020 Diputuskan Lanjut Tahun Depan, Bos PSS Sleman Beri Tanggapan
Baca juga: Liga 1 Ditunda Hingga Awal Tahun 2021, Pelatih PSS Sleman Dejan Antonic Kaget
Dikatakan Guntur, sekira lima tahun ia berkutat di sepak bola kelompok umur, problem yang dihadapi pun selalu sama.
"Ketika mencari pemain di level timnas, dibutuhkan effort yang luar biasa berat. Berangkat dari kegusaran di level timnas tersebut, mau tidak mau kita harus melakukan sesuatu untuk bisa sedikit berkontribusi untuk memecahkan masalah menahun di sepak bola Indonesia, ini problem besar yang harus dihadapi," ujar Guntur.
"Tentu saja ada rencana, salah satu obsesi dan cita-cita besar ketika bisa handel tim senior. Namun ada hal-hal lain yang tidak ada di level youth tapi ada di level senior. Nah hal ini yang harus saya pelajari," tambahnya.
Nah sebagai satu di antara solusi permasalahan sepak bola usia muda, PSS hadir dengan program Development Center-nya.
Menurut Guntur, dengan adanya Development Center, PSS ingin mewadahi lebih banyak aktivitas dalam pengembangan usia muda.
Melalui program ini pula, Laskar Sembada bisa lebih banyak merangkul bakat bakat Sleman sebagai prioritas utama, DIY, dan juga Indonesia.
"Munculnya akademi ini menjadi sebuah fenomena, bahwa mereka dengan effort yang lebih besar ingin mengedukasi dan mencetak pemain dengan struktur dan sistem yang jauh lebih lengkap.
Jadi tidak sekadar latihan tiga kali seminggu, atau dua kali seminggu, tapi di akademi ini kemudian ada boarding, mereka tinggal di satu tempat khusus, ya referensinya kemudian seperti akademi-akademi level top di Eropa," ujar Guntur.
"Yang membedakan (dengan SSB) akhirnya yaitu aktivitas di dalamnya, seberapa komprehensif organisasi itu mengelola pemain-pemain itu untuk menjadi pemain matang di level senior," lanjutnya.
"Saya percaya betul ada ribuan pelatih, ribuan orang yang punya integritas untuk mengembangkan sepak bola di usia muda tapi tidak banyak yang melakukan itu secara terstruktur dan sistematis. itu yang jadi problem juga, kalau kita ngomong pembinaan kita belum optimal," tambahnya. (Tribunjogja/Hanif Suryo)