Bantul
BMKG Prediksi Curah Hujan di Bantul Bisa Meningkat 50 Persen di Atas Normal
Curah hujan yang tinggi diperkirakan akan terjadi selama enam bulan, yang dimulai awal musim hujan Bulan Oktober sampai Maret 2021.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta meminta warga Kabupaten Bantul mewaspadai sedini mungkin fenomena La Nina.
Sebab, dampak dari fenomena alam yang ditandai dengan anomali muka air laut bernilai negatif di samudera pasifik seputar ekuator itu, dapat mengakibatkan curah hujan di Bumi Projotamansari lebih tinggi dari biasanya.
Kepala Stasiun Klimatologi, BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas didampingi Kepala BMKG Yogyakarta Agus Riyanto, memprediksi akibat La Nina, curah hujan di Bantul meningkat 20 sampai 40 persen.
Bahkan, bisa mencapai di atas 50 persen.
Baca juga: Antisipasi Curah Hujan Tinggi Akibat La Nina, Pemkab Bantul Siaga Darurat Bencana
Fenomena tersebut diperkirakan akan terjadi selama enam bulan, yang dimulai awal musim hujan Bulan Oktober sampai Maret 2021.
Karena itu, warga bersama instansi terkait diminta waspada.
"Apalagi daerah Bantul wilayah hilir. Dengan curah hujan tinggi tentunya, potensi terjadi bencana hidrometeorologi di Bantul cukup signifikan," kata dia, sesuai audiensi bersama Pemkab Bantul di ruang kerja Pjs Bupati Bantul, Rabu (21/10/2020).
Menurut Reni, bencana hidrometeorologi yang perlu di waspadai, di antaranya, banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang disertai dengan petir.
Pihaknya berharap, organisasi perangkat daerah, instansi dan warga masyarakat bersama-sama menyiapkan antisipasi potensi bencana tersebut.
Baca juga: BMKG DIY Berharap Masyarakat Selalu Waspada Potensi Peningkatan Curah Hujan Dampak Fenomena La Nina
Satu di antara langkahnya dengan mengamati kondisi lingkungan masing-masing.
Apakah ada perbukitan rawan longsor, saluran air yang tersumbat atau pohon besar yang berpotensi tumbang. Menurutnya, semua itu perlu diwaspadai dan segera ditanggulangi.
Sebab, anomali muka air laut bernilai negatif di samudera pasifik sudah terpantau sejak Agustus dan September.
Pada Bulan Oktober dan berikutnya, diperkirakan akan terus eksis, bahkan suhunya semakin minus.
"Puncaknya di Januari, minus 1,42. Sehingga sebenarnya fenomena alam La Nina dari lemah hingga moderat sudah merambat naik," terang Reni. Pihaknya memprediksi setelah mencapai puncak, fenomena La Nina akan semakin melemah dan meluruh di bulan Maret 2021 mendatang. (TRIBUNJOGJA.COM)