Pengajar UGM Prediksikan Sektor Pariwisata Pulih Pada 2024 Mendatang
Selain itu, ia memprediksi pariwisata mancanegara baru mulai bangkit pada 2024.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pengajar Pariwisata Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM, Usmar Salam mengatakan saat ini kondisi pariwisata di semua negara kembali ke nol akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, ia memprediksi pariwisata mancanegara baru mulai bangkit pada 2024.
Hal itu disampaikan Usmar dalam Webinar Nasional ‘Lesson Learned/Strategi Negara-Negara ASEAN dalam Memulihkan Industri Pariwisata Akibat Covid-19 dan Respon Global’ yang diselenggarakan Laboratorium Organisasi Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) hari ini (Kamis, 15/10/2020).
“Akibat Covid-19 ini pariwisata itu nol. Saya belum ada mendengar orang luar datang ke Kulon Progo. Yang ada hanya pekerja Indonesia di luar negeri yang kembali. Saya sangat sepakat dengan bapak ibu dubes (duta besar) tadi, mungkin pariwisata baru mulai bangkit 2024 nanti. Nah ada pelajaran dari Thailand, Malaysia, Singapura bahwa di sana ada badan semi otonom (untuk sektor pariwisata) yang bekerja sangat aktif,” tutur Usmar.
Sebelumnya, Usmar menjelaskan mengapa sektor pariwisata menjadi penting diperhatikan.
Baca juga: Duta Besar RI untuk Afrika Selatan: Ada 3 Kondisi Destinasi Wisata yang Harus Disiapkan
Di antaranya, pariwisata penting karena pertama, bisa mendatangkan devisa.
Kedua, bisa menyerap lapangan pekerjaan yang banyak sekali.
“Saya barusan ke tempat kandang ayam yang sudah tutup di pojok Sleman. Dia tutup karena kandang ayam itu men-supply ayam untuk hotel-hotel besar di DIY. Tukang sayur banyak sudah membuang sayurnya karena selama ini memberi supply sayur ke hotel-hotel. Jadi lapangan kerja yang diciptakan pariwisata ini banyak sekali,” paparnya.
Yang ketiga, lanjutnya, masalah pemerataan.
“Sekarang di DIY pembangunan itu sudah mulai ke barat. Selama ini Kulon Progo itu dari pendapatan daerahnya ke bawah, sekarang sudah naik ke atas,” imbuhnya.
Usmar menerangkan, bicara masalah pariwisata di ASEAN, dirinya mengklasifikasikan berdasarkan tingkat kunjungan dan travel tourism competitiveness index (TTCI).
Pertama kelas atas, yaitu pertama Thailand, kedua Malaysia, ketiga Singapura, dan keempat Indonesia. Kedua kelas menengah, berturut-turut yaitu, Vietnam, Filipina, dan Brunei.
Ketiga kelas bawah, yakni Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Menurutnya, berdasarkan tingkat competitiveness ada 14 variabel yang dapat membuatnya lemah, beberapa di antaranya adalah terorisme, bencana, serta pemerintahan yang tidak stabil.
Baca juga: Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Pendekatan Diplomasi Budaya Penting untuk Memajukan Sektor Pariwisata