Tulisan Dewan Perwakilan Rakyat di Situs Dpr.go.id Balik Seperti Semula
Tampilan Situs Dpr.go.id yang sempat diretas sudah normal pada Kamis (8/10/2020) pukul 13.30 WIB
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com -- Tampilan Situs Web Dpr.go.id yang sempat diretas sudah normal pada Kamis (8/10/2020) pukul 13.30 WIB.
Awalnya beranda situs Situs Web Dpr.go.idbertuliskan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA diubah jadi DEWAN PENGHIANAT RAKYAT REPUBLIK INDONESIA .
Seperti diketahui DPR merupakan adalah dari "Dewan Perwakilan Rakyat".
Menanggapi Situs Dpr.go.id yang berganti nama itu, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Johnny G Plate buka suara.

Dia menyatakan peretasan Situs Dpr.go.id sudah penanganan.
Johnny mengatakan, Tim Teknologi Informasi DPR memperbaiki situs web DPR.
"Sedang dalam penanganan dan Tim IT DPR RI sudah menurunkan situs yang di-hack tersebut," kata Johnny saat dihubungi kompas.com, Kamis (8/10/2020).
Pantaun Tribunjogja.com, Situs Dpr.go.id DPR memang sudah berjalan normal dan tulisan sudah balik seperti semula DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA .
Terkait Pengesahan RUU Ciptaker?
Pengesahan RUU Ciptaker memang menuai berbagai gejolak dengan aksi protes dan demo di berbagai wilayah di Indonesia.
Di Yogyakarta perwakilan buruh menghadap Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk audiensi.
Ada lima perwakilan buruh yang mencoba menemui raja Keraton Yogyakarta tersebut.
Mereka membawa empat tuntutan yang intinya meminta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Perwakilan buruh meminta supaya Pemerintah DIY dapat mendesak Presiden Joko Widodo agar RUU Cipta Kerja untuk segera dicabut.
Mahasiswa berbagai kampus di Yogyakarta juga turun ke jalan.
Intinya menyuarakan Mosi Tidak Percaya: Cabut UU Cipta Kerja, Bubarkan DPR, dan Bangun Dewan Rakyat.
• Massa Aksi Berbondong-bondong Menuju Tugu Jogja
• Perwakilan Buruh DI Yogyakarta Temui Sri Sultan Hamengku Buwono X
Apa Kata DPR RI?
Berikut penjelasan Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar dilansir dari Situs Dpr.go.id
Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar pun memastikan bahwa pengesahan RUU Cipta Kerja dalam Rapat Paripurna telah menjalani proses dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam tatib DPR RI, sehingga pengesahan RUU Ciptaker yang dianggap terburu-buru adalah tidak tepat.
“Ini perlu dijelaskan bahwa Setjen DPR ini kan supporting system, itu artinya keputusan pimpinan dewan dan AKD akan kita fasilitasi. Nah berkaitan dengan UU Ciptaker, ini sudah dibahas di tingkat I di Baleg. Nah tentu Pimpinan Baleg melaporkan ke pimpinan dewan untuk segera diparipurnakan. Mekanisme ini sudah diatur di tatib DPR. Jadi kalau kesannya terburu-buru, ya tidak. Karena semua prosesnya sudah dibahas panjang. Dibahas di Baleg juga ada perwakilan semua fraksi dan diputuskan,” ujar Indra.
Indra juga menjelaskan, sebelum dibawa ke Paripurna, RUU Ciptaker ini sudah dibahas di Rapat Bamus untuk ditentukan tanggal pelaksanaan Rapat Paripurna.
Jadi tidak ada prosedur yang dilanggar, semua fraksi di DPR RI pun ikut dalam Rapat Bamus tersebut, tak terkecuali fraksi-fraksi yang menolak RUU Ciptaker.
“Sebelum dibawa ke Paripurna, ada mekanisme Bamus yang menentukan tanggal pelaksanaan Paripurna, juga dibahas agenda-agenda lain apa saja yang dibahas di Rapat Paripurna. Di Bamus ada semua pimpinan fraksi, pimpinan komisi dan AKD. Jadi di Bamus itu sebenarnya semua fraksi dan komisi sudah terinformasi dengan baik apa saja agenda yang akan dibahas di Paripurna,” ujar Indra Iskandar.
Proses-proses menuju pengesahan di Rapat Paripurna itu harus diketahui masyarakat dan Sekjen DPR RI sudah memastikan mekanisme itu sudah berjalan dengan baik, sehingga tidak ada cacat prosedur dalam pengesahan RUU tersebut.
Selain itu berkenaan dengan waktu penutupan masa sidang yang dipercepat, Indra mengungkapkan bahwa hal itu berdasarkan evaluasi terhadap PSBB di DKI Jakarta dan laju penyebaran Covid 19 di DPR RI.
Ia memastikan juga bahwa penutupan tersebut sudah disepakati dalam rapat Bamus yang dihadiri oleh semua fraksi di DPR, tanpa kecuali.
“Karena Paripurna ini siklusnya akan ditutup tanggal 8 Oktober 2020, tapi tiap hari pimpinan selalu evaluasi juga terkait PSBB dan juga terkait dengan situasi Covid-19 di DPR. Kami di Kesetjenan melaporkan terus tentang perkembangan Covid-19. Pimpinan dalam Rapim menyerahkan pada Bamus untuk memutuskan waktu yang tepat berkaitan dengan masa sidang di pandemi ini,” ujarnya.
Karenanya, anggapan publik yang menilai pengesahan RUU Ciptaker dan penutupan masa sidang yang terburu-buru adalah tidak tepat. Semua proses yang terjadi ini sudah dilalui dengan baik dan berdasarkan pada peraturan yang berlaku di DPR RI.
“Tidak ada prosesur yang terlewatkan di DPR. Itu semua mekanisme berpedoman pada tatib yang ada,” tutup Indra. (*)