BPOM Izinkan Obat Remdesivir Digunakan untuk Pasien Virus Corona Berat
BPOM Izinkan Obat Remdesivir Digunakan untuk Pasien Virus Corona Berat
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Obat antivirus remdesivir akan segera didistribusikan di Indonesia untuk pengobatan pasien virus corona dengan kondisi parah.
Remdesivir dengan merek dagang covifor tersebut diproduksi Hetero, perusahaan farmasi generik terkemuka di India dan produsen obat antiretroviral terbesar di dunia.
Produksi remdesivir sendiri menggunakan standar yang telah disetujui oleh otoritas regulasi global yang ketat seperti USFDA dan EU.
Melalui anak perusahaan Hetero yang bernama PT Amarox Pharma Global berkolaborasi dengan Kalbe, obat covifor ini didistribusikan ke rumah sakit seluruh Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya, obat covifor remdesivir dari Hetero ini sudah mendapat persetujuan Emergency Use Authorization (UEA) atau otoritas penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.
Obat remdesivir hanya ditujukan untuk pengobatan pasien penyakit Covid-19 yang telah terkonfirmasi oleh laboratorium, terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kilogram) yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi parah.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Erlina Burhan, Sp.P (K)., M.Sc., Ph.D menjelaskan, remdesivir merupakan obat antivirus yang sangat ampuh dalam menangani wabah Ebola di masa lalu.
• BREAKING NEWS : Dua Pegawai Setda Gunungkidul Dinyatakan Positif COVID-19
"Di banyak negara sudah diujikan ke pasien Covid-19 dan memberikan hasil yang baik," kata Erlina yang masuk dalam anggota Satgas Waspada dan Siaga NcoV PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Remdesivir diketahui dapat menghambat replikasi virus sehingga tidak terjadi keparahan lebih lanjut dan sistem imun pasien dapat mengendalikan virus tersebut.
Seperti kita tahu, virus SARS-CoV-2 memasuki sel manusia yang diinfeksikan melalui suatu reseptop di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).
ACE2 adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel beberapa organ seperti saluran napas, paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus.
Erlina menjelaskan, setelah virus berikatan dengan sel jaringan paru-paru kemudian akan mereplikasi atau memperbanyak diri.
"Nah, remdesivir ini fungsinya mencegah terjadinya proses replikasi ini," terangnya.
"Diharapkan dengan masuknya remdesivir (ke tubuh) akan menghambat sintesis dari RNA virus sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih luas," imbuhnya.
Dia melanjutkan, obat-obatan yang selama ini dipakai seperti Avigan hanya bagus atau menunjukkan keefektifan pada pasien Covid-19 dengan kasus ringan hingga sedang.
Namun untuk pasien Covid-19 dalam kondisi berat, terutama kritis angka keberhasilan dari obat-obatan tersebut tidak terlalu besar.
Erlina berkata, remdesivir tersebut nantinya akan diberikan melalui infus atau suntikan.
"Remdesivir diberikan melalui infus. Hari pertama 200 miligram, hari berikutnya bisa sampai 5-10 hari diberikan sebanyak 100 miligram. Ini diinfuskan bersama NaCL 0,9 persen," terangnya.
"Kita berharap, remdesivir akan memberikan efektivitas yang baik dan juga aman untuk pasien Covid-19," imbuhnya.
Apa efek sampingnya?
Erlina mengatakan, efek samping dari remdesivir diduga akan memengaruhi hati atau liver dan juga ginjal. Oleh sebab itu, kata Erlina, RSUP Persahabatan akan melakukukan uji coba pada 25 pasien Covid-19 dalam kondisi berat.
"Dalam uji coba itu, kita akan mengeluarkan pasien-pasien yang juga memiliki masalah sakit liver atau sakit ginjal," ujar dia.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BPOM Izinkan Remdesivir untuk Kasus Covid-19 Berat, Ini Efek Sampingnya