Jumlah Pasien Virus Corona di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tanggapan Sultan Soal Mutasi Gen

pemda DIY mengumumkan tambahan 20 kasus positif Covid-19 pada 1 September 2020 pemeriksaan sebanyak 462 sampel di lab

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Hasan Sakri
PERSIAPAN NEW NORMAL. Pengguna jalan melintasi kawasan simpang emapat Tugu, Kota Yogyakarta, Selasa (26/5/2020). 

Tribunjogja.com Yogyakarta -- Pemda DIY mengumumkan tambahan 20 kasus positif Covid-19 pada 1 September 2020. Jumlah tersebut didapatkan dari pemeriksaan sebanyak 462 sampel di lab yang ada di DIY.

Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih mengatakan saat ini total kasus positif Covid-19 di DIY menjadi sebanyak 1.445 kasus. Mereka tercatat sebagai kasus 1.432 hingga 1.450.

Distribusi kasus berdasarkan domisili Kabupaten Bantul 8 kasus, Kabupaten Kulonprogo 4 kasus, dan Kabupaten Sleman 8 kasus.

Sementara untuk kasus berdasarkan riwayat yakni skrining pendidikan 1 kasus, tracing kontak 13 kasus, kontak dengan orang dari jakarta 1 kasus, dan masih dalam penelusuran 5 kasus.

"Infonya untuk skrining pendidikan yakni skrining yang dilakukan di pondok pesantren. Alamat pondok pesantren tidak ada, adanya alamat domisili yakni di Mlati (Sleman)," urai Berty, Selasa (1/9/2020).

Selanjutnya, untuk laporan jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 10 kasus sehingga total kasus sembuh menjadi sebanyak 1.036 kasus.

"Distribusi kasus sembuh berdasarkan domisili Kota Yogyakarta 1 kasus, Kabupaten Kulonprogo 1 kasus, dan Kabupaten Sleman 8 Kasus," ungkapnya.

Kemudian Berty menjelaskan bahwa ketersediaan tempat tidur di rumah sakit rujukan yakni untuk crtitical tersisa 20 tempat tidur (ketersediaan 43 tempat tidur, penggunaan 23 tempat tidur) dan non-critical tersisa 170 tempat tidur (ketersediaan 330 tempat tidur, penggunaan 160 tempat tidur).

Disinggung mengenai mutasi Virus SARS-COV-2 yang dideteksi telah muncul di DIY, Berty tidak bisa memberikan tanggapan karena hal tersebut di luar dari keilmuan yang dikuasainya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X ketika ditanya pendapatnya mengenai D614G yang merupakan bentuk mutasi Covid-19 yang telah masuk wilayah kekuasaannya.

"Saya ndak tahu, saya belum tahu. Tapi yang penting bagi saya protokol kesehatan itu dijaga. Jadi itu sangat penting, cuci tangan, pakai masker, jaga jarak. Yang penting itu aja," tegasnya.

Ia mengatakan dengan berdiam diri di rumah, penyebaran Covid-19 dapat ditekan. Namun masalahnya semua orang tidak akan tahan bila diminta untuk terus menerus berada di rumah.

"Tercemar (tertular) itu karena tidak melaksanakan dengan baik yang namanya protokol kesehatan. Bagi saya, makanya saya berharap bagaimana protokol kesehatan sangat penting," ucap Sultan.

"Bukan berarti orang tidak boleh berdagang dan sebagainya. Boleh, karena butuh makan. Mau dibuka pariwisata, boleh,. Hotel buka, boleh. Tapi bisa nggak menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Kalau nggak ya tak tutup karena protokol kesehatan paling menentukan dalam proses untuk tidak menyebar yang tidak bisa kita kontrol," pungkas Sultan.

Data dari Dinas Kesehatan DIY secara umum per 1 September 2020 bahwa jumlah total suspek di DIY adalah 11.575 orang, konfirm sebanyak 1.445 orang, sembuh 1.036 orang, meninggal konfirm 39 orang, kasus aktif 370 orang, case recovery rate 71,70 persen, dan case fatality rate 2,70 persen.(kur)

Status Tanggap Darurat

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengumumkan status tanggap darurat bencana Covid-19 di DIY diperpanjang hingga 30 September 2020.

Dengan demikian, aktivitas sekolah pun akan dilanjutkan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengungkapkan hal itu dalam Kihajar TIK Talks, Selasa (1/9/2020) lewat kanal YouTube Televisi Edukasi.

“Status tanggap darurat di DIY baru diperpanjang sampai 30 September. Di DIY belum memungkinan pembelajaran tatap muka,” ujarnya.

Ia pun mengungkapkan perkembangan kasus Covid-19 pada anak di DIY sejak Mei hingga 9 Agustus 2020 yang masih terus menunjukkan peningkatan.

“Kita bisa melihat perkembangan kasus Covid-19 sampai saat ini belum menurun, masih terus ada penambahan."

"Terkait anak usia 0-18 tahun ternyata juga terdampak, di DIY selama Mei sampai Agustus trennya cenderung naik. Ini jadi salah satu pertimbangan kami di DIY belum melakukan pembelajaran dengan tatap muka,” tuturnya.

Pada 28 Juni 2020, kasus positif Covid-19 pada anak di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki proporsi 5,9 persen dari total kasus.

Berikutnya, pada 9 Juli 2020 menjadi 6 persen, 29 Juli 2020 menjadi 7,5 persen, dan 9 Agustus 2020 menjadi 8 persen.

“Beruntung kami memiliki teknologi yang mendukung pembelajaran jarak jauh. Ini harus kita jadikan perhatian bersama,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, di DIY jauh sebelum pandemi, yakni sejak 2015 telah dirintis aplikasi Jogja Belajar.

Terdapat 500 laboratorium di sekolah-sekolah yang dikembangkan untuk menunjang hal itu.

“Kami memiliki balai teknologi komunikasi pendidikan (BTKP). Awalnya ditujukan untuk mengurangi disparitas atau mengurangi kesenjangan proses belajar mengajar dengan mengembangkan media online tersebut. Tentunya penggunanya belum sebanyak saat ini. Tiba-tiba muncul Covid-19, otomatis peran BTKP menjadi penyangga,” paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Didik juga menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah (Pemda) DIY selama ini dalam mendukung PJJ.

Di antaranya, mendorong kebijakan PJJ dengan mengoptimalkan aplikasi Jogja Belajar dan tidak menutup kemungkinan menggunakan aplikasi lain, semisal Google Classroom, Rumah Belajar, WhatsApp, dan lain-lain.

Didik menuturkan, Jogja Belajar masuk dalam 45 besar inovasi yang diikutsertakan dalam lomba Sistem Inovasi Pelayanan Publik yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Berikutnya, upaya lain adalah membolehkan sekolah mengembangkan blended learning. Untuk sekolah luar biasa (SLB) dilakukan program guru kunjung. “Di SMA dan SMK ada juga konsultasi dengan guru di sekolah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Jadi 1-2 anak datang ke sekolah untuk konsultasi,” bebernya.

Setelah itu, dilakukan pelatihan inovasi pembelajaran daring bagi guru di BTKP serta mengirim guru mengikuti Webinar rutin pada masa pandemi bekerja sama dengan lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP) Yogyakarta dan lembaga lain.

Didik menambahkan, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Dinas Kominfo DIY terkait perbaikan 49 titik area sekolah yang masih blankspot atau sinyal lemah.
“Mudah-mudahan sebelum akhir tahun bisa kita selesaikan untuk fiber optic ini,” ucapnya. ( Tribunjogja.com | Kurniatul H )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved