Johan Arga Pramudya, Mantan Penggawa PSIM Yogyakarta yang Kini Berhasrat Jadi Pelatih

Karier sepak bola Johan Arga memang terbilang singkat sebab ia memutuskan gantung sepatu di usia emas sebagai pesepak bola, yakni 27 tahun.

dok. Tribun Jogja
Tangkapan layar bincang bola Tribun Jogja bersama mantan penyerang PSIM Yogyakarta, Johan Arga Pramudya 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Johan Arga Pramudya jelas bukan nama yang asing bagi pecinta sepak bola Tanah Air.

Sekira tujuh musim karier sepak bola ia habiskan bersama PSIM Yogyakarta.

Ban kapten pun sempat melekat di lengan pria kelahiran Sleman, 20 Januari 1990 ini.

Karier sepak bola Johan Arga memang terbilang singkat sebab ia memutuskan gantung sepatu di usia emas sebagai pesepak bola, yakni 27 tahun.

Ia pun saat ini lebih dikenal sebagai mantan pemain sepak bola yang sukses di luar lapangan yaitu dalam menggeluti dunia bisnis kuliner.

Johan menceritakan, ia pertama kali bergabung ke PSIM senior pada 2008 silam, saat bertanding lawan PSS Sleman di ajang Piala Kraton.

Namun kemudian ia memutuskan fokus meniti karier sebagai pegawai tetap di PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Akhirnya ia pun baru bergabung kembali ke PSIM Yogyakarta pada musim 2011/2012, setelah memutuskan resign dari PT KAI.

Johan Arga pun sempat bergabung ke PSS musim 2015, meniti karier di negara tetangga Timor Leste pada 2016, sebelum kembali ke PSIM dan gantung sepatu pada musim 2017 silam.

"Singkat sebenarnya jika bercerita tentang perjalanan sepak bola saya. Saya pun paling nggak senang kalau disebut sebagai legenda (PSIM), karena saya sempat posting data statistik di instagram, saya cuma main sebanyak 21 kali, cetak 3 gol, dan tidak memberi apa-apa untuk PSIM sepanjang karier saya. Jadi sekarang ini saya lebih senang dikenal sebagai penjual makaroni," kata Johan Arga pada bincang bola Tribunjogja, Jumat (28/8) kemarin.

Kompetisi sepak bola Indonesia yang pada musim 2015 dibekukan oleh pemerintah menjadi awal Johan menggeluti bisnis kuliner yang ia namakan 'Makaroni Huh-Hah'.

Sebab, pesepak bola saat itu dituntut memutar otak untuk mendapatkan penghasilan lain di luar dunia sepak bola.

"Waktu itu PSSI tengah dibekukan FIFA, itu menjadi awal saya memulai bisnis Makaroni Huh-Hah. Cuma secara online saya pasarkan, memulai secara resmi bisnis kuliner ini baru tahun 2017. Ada sembilan varian, dari mie keriting, mie lidi, mie bihun, kulit, makaroni, makaroni spiral, usus, jamur, basreng," kata Johan.

"Sekarang Makaroni Huh-Hah sudah ada 30 cabang, bisa kepoin di akuin instagramnya @makaronihuhhah_official. Bisa juga order secara online atau melalui marketplace," tambahnya.

Di sisi lain, Johan pun tak bisa jauh-jauh dari sepak bola.

Setelah memutuskan gantung sepatu, Johan kemudian diberi kepercayaan untuk menangani tim sepak bola putri PSIS Semarang yang musim lalu berlaga di Liga 1 Putri 2019.

Meski akhirnya tim putri PSIS Semarang harus puas menempati posisi juru kunci babak penyisihan Grup A, namun tim besutan Johan Arga ini sempat membuat kejutan setelah berhasil mengalahkan tim-tim unggulan di antaranya PS Tira, Persija Jakarta, dan PSS Sleman.

Nah ke depan, Johan memiliki keinginan untuk mengambil lisensi kepelatihan hingga A Pro.

"Saya ingin naik lisensi mungkin sampai A pro, tapi tidak memiliki ambisi untuk menangani tim. Saya punya lisensi untuk wawasan, untuk pengetahuan saja. Tapi kalau ada rezeki misal ada tim yang mau pakai, ya siapa tahu, mungkin saya pas selo," kelakar Johan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved