Amerika izinkan Pengobatan Virus Corona dengan Plasma Konvalense dari Pasien Covid-19 yang Sembuh
Amerika izinkan Pengobatan Virus Corona dengan Plasma Konvalense dari Pasien Covid-19 yang Sembuh
TRIBUNJOGJA.COM - Upaya para ahli untuk membuat vaksin virus corona hingga saat ini masih dalam tahap uji klinis.
Tentunya masih membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa memastikan vaksin virus corona benar-benar siap untuk digunakan.
Namun kabar mengemberikan datang dari Amerika serikat di tengah pandemi virus corona yang saat ini belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir.
Ya, di Amerika, pengobatan plasma konvalense atau plasma sembuh dari pasien yang pulih dari penyakit ini ternyata memberikan harapan bagi pengobatan Covid-19.
Seperti dilansir dari CNN, Senin (24/8/2020), badan pengawas obat dan makanan ( FDA) Amerika Serikat akhirnya mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat plasma sembuh.
FDA mengatakan sudah ada lebih dari 70.000 pasien yang dirawat dengan terapi plasma sembuh, yang dibuat menggunakan darah orang yang telah pulih dari infeksi virus corona.
Pada akhir Maret, FDA telah mengupayakan agar para ilmuwan dapat mencoba plasma sembuh dan mempelajari efek dari terapi ini pada pasien Covid-19.
Plasma tersebut telah digunakan untuk merawat lebih dari 60.000 pasien Covid-19 di AS.
Kendati demikian, seperti darah, jumlah plasma konvalesen ini juga terbatas, karena berasal dari donor yang merupakan pasien yang telah sembuh dari infeksi virus SARS-CoV-2.
Meski memberi sinyal yang menjanjikan dari beberapa penelitian yang dilakukan, namun belum ada data uji klinis acak pada plasma sembuh untuk mengobati Covid-19 dan beberapa percobaan itu saat ini sedang berlangsung.
Oleh sebab itu, para ahli mengatakan dibutuhkan lebih banyak data tentang manfaat plasma sembuh bagi terapi Covid-19.
• Guru Besar UGM: Jangan Terburu-buru Klaim Obat COVID-19
• Update Covid-19 Klaten 24 Agustus 2020, Tambahan 1 Kasus Positif, 1 Sembuh dan 1 Meninggal Dunia
Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat Alex Azar mengatakan sedikitnya ada 70.000 sukarelawan yang terlibat dalam studi ini.
"Data yang kami kumpulkan menunjukkan pasien dirawat lebih awal, dalam tiga hari setelah didiagnosis, mereka mendapatkan plasma yang mengandung antibodi tingkat tinggi dan mendapatkan manfaat besar dari pengobatan itu," kata Azar.
Studi yang dirilis pra-cetak, yang artinya belum ditinjau peneliti lainnya, menunjukkan pasien yang diobati dengan plasma sembuh yang mengandung tingkat antibodi tertinggi memiliki risiko meninggal lebih rendah dalam seminggu.
"Namun, masalahnya adalah kami tidak benar-benar memiliki cukup data untuk memahami seberapa efektif plasma sembuh," kata Dr. Jonathan Reiner, seorang profesor kedokteran di George Washington University.