Kisah Perjuangan Bocah di Pegunungan Menoreh Berjuang untuk Belajar Online di Tengah Pademi
Kisah Perjuangan Bocah di Pegunungan Menoreh Berjuang untuk Belajar Online di Tengah Pademi
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Di masa pandemi pendidikan melalui daring atau online dinilai belum efektif.
Terutama bagi kalangan yang bermukim di daerah perbukitan yang sangat sulit mengakses jaringan internet.
Kondisi tersebut dialami oleh Devi Noviyanti (10) seorang siswi kelas IV di SD Negeri Jetis Kulon Progo.
Devi memiliki dua orang saudara kandung yakni kakak perempuan dan kakak laki-laki.
Namun kedua kakaknya tinggal bersama ayah kandung Devi di Cianjur
Kemudian Devi diasuh oleh neneknya bernama Suratinem (70) karena ayah kandungnya sudah tidak menafkahi Devi sejak berusia 2 bulan.
Sedangkan ibu kandung Devi sudah meninggal karena memiliki riwayat penyakit jantung.
Devi dan Suratinem tinggal di Padukuhan Kaliwingo, Kalurahan Pendoworejo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Akses jalan untuk menuju ke rumah mereka juga cukup sulit karena belum beraspal.
Selain itu sulitnya untuk mengakses jaringan internet saat berada di rumahnya.
Kondisi rumah yang mereka tinggali juga cukup sederhana dengan dinding dari kayu dan beralaskan tanah.
Sebelumnya agar cucu kesayangannya tetap bisa mengikuti pelajaran sekolah di tengah pandemi Covid-19, Suratinem rela berjalan kaki beberapa kilometer untuk mengambil dan menyerahkan tugas sekolah cucunya karena belum memiliki handphone untuk pembelajaran jarak jauh.
• Komisi B DPRD Sebut Setiap Kampung di DIY Butuh Wifi Gratis Maksimalkan Program Belajar dari Rumah
Namun demikian, Devi merupakan anak yang cukup pintar.
Ia mendapatkan ranking IV di kelasnya.
"Karena tidak memiliki HP Devi kalau belajar bersama temannya yang memiliki handphone," ucap Suratinem saat ditemui Jumat (21/8/2020).
Selain itu, Suratinem juga menceritakan selama ini untuk peralatan sekolah yang dimiliki Devi merupakan pemberian dari tetangga dan sanak keluarganya.
"Kadang peralatan sekolah juga diberi dari tetangga sekitar yang mampu dan sanak keluarga. Jadi Devi tidak pernah membeli buku," ucapnya.
Kini untuk proses belajar Devi, Suratinem tidak perlu berjalan puluhan kilometer lagi.
"Baru saja Devi mendapatkan bantuan handphone dari tangan dermawan agar Devi bisa belajar secara jarak jauh," kata Suratinem.
Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dari Wakil Bupati Kulon Progo, Fajar Gegana bersama dengan sejumlah tenaga harian lepas (thl) Sekretariat Daerah (Setda) Kulon Progo yang berkunjung ke rumah Suratinem.
"Kami terinspirasi dari teman-teman dari THL yang notabene mereka bukan PNS tetapi memiliki kepedulian terhadap orang yang kurang mampu dengan mengumpulkan donasi. Hal tersebut membuat kami tersentuh dan ikut terjun ke masyarakat yang membutuhkan," ungkapnya.
Fajar juga mengatakan, agar di daerah pelosok dapat mengakses internet dengan mudah, nanti akan ada program "Pulsaku" dari pemerintah daerah.(Tribunjogja/Sri Cahyani Putri)