Yogyakarta
Pendataan Tanah Terdampak Pelabuhan Gesing Sudah Dimulai
Ia mengatakan, bahwa agar kawasan pelabuhan bisa memiliki ukuran yang standar, maka selain menggunakan Sultan Ground (SG), juga diperlukan tanah di se
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tahapan perencanaan pembangunan Pelabuhan Gesing di Gunungkidul tetap berproses meski diterpa pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Bayu Mukti Sasongka mengatakan bahwa saat ini sedang memasuki proses.
"Ini sedang kajian menyelesaikan masterplan. terus nanti di 2021 Amdal, kemudian dimungkinkan nanti sekaligus pembebasan tanah," bebernya kepada Tribun Jogja, Jumat (7/8/2020).
Ia mengatakan, bahwa agar kawasan pelabuhan bisa memiliki ukuran yang standar, maka selain menggunakan Sultan Ground (SG), juga diperlukan tanah di sekitarnya yang saat ini dimiliki oleh beberapa KK.
• Bappeda DIY : JJLS Permudah Integrasi KEK Wisata dan Pelabuhan Gesing
"Dalam kondisi normal, dengan menggunakan tanah SG saja kolam pelabuhan maksimal 2 hektare. Kemudian fasilitas pendukung juga sangat terbatas. Ada bangunan lelang TPI, kantor pelabuhan, perlu perluasan," imbuhnya.
Bayu mengatakan bahwa pihaknya mengusulkan pengadaan lahan seluas 9 hektare untuk Pelabuhan Gesing.
Perluasan ini dilakukan ke arah utara sekaligus upaya untuk bisa membuat akses pintu masuk pelabuhan terkoneksi dengan JJLS.
"Rencana kita seperti itu," ucapnya.
Adapun upaya sosialisasi dengan masyarakat, termasuk pemilik tanah sudah dilakukan dan sedang berproses.
Ia menyebut bahwa secara umum, masyarakat mendukung adanya pembangunan Pelabuhan Gesing tersebut.
"Mendukung bisa digunakan untuk pelabuhan tapi harga ada yang menentukan nanti melalui appraisal. Data pemilik tanah sudah punya. Kita dengan Pak Lurah mengidentifikasi detil, nanti akan kita usulkan ke Pak Gubernur," tutur Bayu.
• Pembangunan Pelabuhan Gesing Pakai Investasi Murni
Selanjutnya, sesuai rencana pada 2022 mendatang, Pelabuhan Gesing sudah memasuki masa pembangunan fisik.
Pembangunan tersebut diharapkan selesai di penghujung 2022 dan beroeprasi pada 2023.
"Nanti renstra (encana strategis) habis menyongsong abad samudera, bisa ditutup dengan launching pelabuhan. Tapi dengan Covid-19 ini mudah-mudahan tetep bisa lancar," ucapnya.
Bayu menerangkan, nantinya DIY akan mempunyai 3 pintu gerbang di abad samudera, yakni di sisi timur Pelabuhan Sadeng yang sudah beroperasi, sisi tengah Pelabuhan Gesing, dan sisi barat Tanjung Adikarto yang sedang menunggu proses KPBU.
Ia menambahkan, bahwa Pelabuhan Gesing dibutuhkan untuk menampung sekoci serta kapal 10-30 GT yang memiliki kapasitas produksi yang lebih banyak sehingga meningkatkan pendapatan nelayan DIY.
"Perahu tempel yang kecil-kecil sudah over fishing karena produknya sudah tidak bisa ditingkatkan lagi. Kita perlu nelayan dan siap beralih ke kapal 10-30 GT. Maka butuh pelabuhan untuk tambat labuh," urainya.
Selain untuk menunjang aktifitas nelayan, Bayu juga mengatakan bahwa keberadaan Pelabuhan Geisng juga menunjang pemberdayaan masyarakat sekitar dan menghidupkan titik perekonomian baru.
"Sistem kita tourism fishing port. Pelabuhan yang juga ada wisatanya. Bukan murni pelabuhan ikan tapi ada wisata di laut dan wisata kuliner di darat. Sekarang banyak orang yang ingin mancing di laut. Kita tata di masterplan," pungkasnya.
• Pembangunan Pelabuhan Gesing Diperkirakan Dimulai Tahun 2021 Mendatang
Terpisah, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan bahwa bila Pelabuhan Gesing nanti beroperasi maka bisa digunakan nelayan untuk melaut merupakan bentuk hal positif.
Ia juga menyebut bahwa upaya tersebut juga menjadi dukungan untuk recovery ekonomi pasca hempasan pandemi.
"Ikan harganya terjangkau. Produksi berkurang karena aktivitas melaut berkurang. Kalau kita siapkan pelabuhan dengan baik, nanti teman-teman nelayan di pantai selatan akan menjadi andalan kita untuk recovery ekonomi," ucapnya.
Aji menambahkan, potensi laut selatan DIY sangat banyak. Selama ini untuk area di tepian Samudera Hindia banyak dikuasai oleh Cilacap, Pacitan, dan Banyuwangi.
"Tapi pantai yang di depan sana belum ada. Padahal yang paling banyak di samudera, di tengah. Kalau pelabuhan kita bisa dipakai bersandar kapal yang grossnya lebih gede ke tengah itu akan jauh memungkinkan. Kalau Pak Gubernur lewat visinya menyampaikan DIY hadap selatan itu karena banyak potensi yang belum kita kelola dengan baik," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)