Korea Utara Diduga Kembangkan Nuklir Mini yang Bisa Dipasang di Rudal Balistik

Korea Utara Diduga Kembangkan Nuklir Mini yang Bisa Dipasang di Rudal Balistik

Editor: Hari Susmayanti
AFP/KCNA VIA KNS
Gambar yang diambil pada 24 Agustus 2019 dan dirilis 25 Agustus oleh kantor berita Korea Utara 9KCNA) memperlihatkan Pemimpin Korut kim Jong Un merayakan uji coba senjata peluncur roket berukuran besar di lokasi yang tidak diketahui. 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANGKorea Utara terus mengembangkan program nuklirnya meski sudah mendapatkan sanksi dari Dewan Keamanan PBB.

Kabar terbaru, Korea Utara tengah mengembangkan perangkat nuklir mini yang bisa dipasang di hulu ledak rudal balistiknya.

Dugaan tersebut muncul setelah ada laporan rahasia Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) sebagaimana dilansir dari Sky News, Selasa (4/7/2020).

Beberapa negara percaya bahwa uji coba senjata nuklir sebanyak enam kali yang dilaksanakan Korea Utara telah memberikan negara itu kapabilitas tersebut.

Versi sementara dari laporan tersebut telah disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada Senin (3/8/2020) dan telah dilihat oleh kantor berita Reuters.

Laporan tersebut disusun oleh panel independen yang memantau sanksi- sanksi PBB.

Mereka juga menuduh Korea Utara melanjutkan ambisi nuklirnya meski Korea Utara tidak melakukan uji coba nuklir selama hampir tiga tahun.

Laporan tersebut menyatakan bahwa Korea Utara sedang melanjutkan program nuklirnya termasuk produksi uranium yang sangat diperkaya dan pembangunan reaktor air ringan eksperimental untuk PLTN.

"Satu negara anggota PBB menilai bahwa Republik Rakyat Demokratik Korea [DPRK] sedang melanjutkan produksi senjata nuklir,” bunyi laporan tersebut.

Negara komunis tersebut itu telah dikenakan sanksi PBB selama bertahun-tahun atas program rudal balistik dan rudal nuklirnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah bertemu dengan Presiden Amerika Serikat ( AS) Donald Trump tiga kali sejak 2018.

Trump membujuk Kim untuk melucuti program nuklirnya agar beberapa sanksi dapat dicabut, namun hal tersebut sulit tercapai.

PBB juga ragu jika Korea Utara benar-benar menghancurkan fasilitas nuklir utama negara tersebut , Punggye-ri, pada Mei 2018.

Para ahli internasional tidak diizinkan masuk ke dalam situs tersebut dan laporan itu mengatakan hanya pintu masuk terowongan saja yang diketahui telah dihancurkan.

Dengan ekonomi Korea Utara masih dihukum oleh sanksi, laporan itu mengatakan Korea Utara terus melanggar peraturan dengan menghasilkan uang melalui ekspor batubara secara ilegal serta peretasan.

Korea Utara diperkirakan telah mencuri total 2 miliar dollar AS (Rp 29,4 triliun) melalui serangan siber yang menargetkan bank dan pertukaran mata uang kripto.

"Panel terus menilai bahwa penyedia layanan aset virtual dan aset virtual akan terus tetap menjadi target yang menguntungkan bagi DPRK untuk menghasilkan pendapatan, serta menambang mata uang kripto," bunyi laporan tersebut.

Kronologi Sopir Angkot Tipu Luar Dalam Belasan Wanita di Cimahi, Ngaku Staf HRD Perusahaan Susu

Bupati Puncak Jaya Serahkan BLT, Sejumlah Anggota KKB Papua Juga Ikut Menerima

Daftar Harga HP Xiaomi Bulan Agustus Mulai Kisaran Rp 1,6 Juta Hingga Termahal Rp 10,9 Juta

Bebas Ancaman Perang Karena Nuklir

Sebelumnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut negaranya bebas dari ancaman perang karena memiliki senjata nuklir.

Dia mengungkapkan selama ini tekanan kepada negaranya terkait senjata nuklir begitu kuat.

Namun saat ini pertahanan Korea Utara sangat kuat sehingga menurut Kim Jong Un tidak ada lagi negara yang merendahkannya.

"Perang adalah konflik militer dengan seseorang yang dianggap setara. Kini, tak ada lagi yang merendahkan kita. Jika ada, mereka bakal membayarnya," katanya dalam konferensi nasional veteran untuk memperingati 67 tahun gencatan senjata Perang Korea.

Perang Korea yang dimulai pada 1950 berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953, membuat Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam konflik.

Di Utara, mereka menyebut konflik itu sebagai Perang Pembebasan Tanah Air, dan merayakan hari penghentian tembak menembak sebagai Hari Kemenangan.

"Berkat pertahanan kita yang efektif dan efektif, tak ada lagi perang di tanah ini.

Keamanan nasional kita terjamin," jelas Kim Jong Un dikutip KCNA.

Dilansir Yonhap Senin (28/7/2020), Kim menekankan mereka harus terus berbenah untuk menjamin baik pemerintahan hingga rakyat Korut.

"Karena itu, kami tidak akan pernah berhenti untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional hingga tak bisa disamai siapa pun," jelasnya.

Pemimpin generasi ketiga dari Keluarga Kim itu mengatakan, tekanan yang dilakukan lawan semakin meningkat setelah perang berakhir.

Kim yang berkuasa sejak 2011 itu menjelaskan karena tekanan itulah, maka dia memutuskan fokus kepada senjata nuklir, yang dalam klaimnya membantu Korut dari ancaman.

Gencatan Senjata Korut-Korsel Dia menyatakan kini, Korea Utara menjadi negara yang mempunyai pertahanan kuat.

Mampu melindungi secara mandiri dari segala tekanan dan ancaman negara lain.

Ini merupakan kali pertama sejak 2015, Kim Jong Un memberikan pidato dalam konferensi yang berisi para veteran Perang Korea. Pengamat mengemukakan, pidato kali ini menitikberatkan pada memperkuat persatuan di tengah ekonomi mereka yang semakin kolaps.

Kolapsnya ekonomi tersebut terjadi karena pandemi virus corona, maupun deraan sanksi dari internasional dikarenakan uji coba senjata nuklir.

Pidato tersebut juga terjadi di tengah merenggangnya relasi Pyongyang dan AS, buntut negosiasi mereka yang tumbang pada Februari 2019 di Hanoi, Vietnam.

Kedua negara gagal mencapai pemahaman seperti apa denuklirisasi yang dilakukan Korut, sehingga sanksi terhadap mereka bisa dicabut. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korea Utara Dituduh Kembangkan Nuklir Mini untuk Rudalnya

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved