Sederet Program Digelar Memperingati Seabad P.K. Ojong (1920 - 2020)

Sabtu, 25 Juli 2020, kita akan memperingati 100 tahun lahirnya Petrus Kanisius Ojong.

Editor: ribut raharjo
Istimewa
Peringatan Seabad P.K. Ojong 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Sabtu, 25 Juli 2020, kita akan memperingati 100 tahun lahirnya Petrus Kanisius Ojong.

Sebagai salah satu pendiri Kompas Gramedia bersama Jakob Oetama, P.K. Ojong banyak berperan dalam membangun falsafah Kompas Gramedia.

Serangkaian program akan digelar dengan tajuk “Seabad P.K. Ojong”:

1. Diskon hingga 50% untuk pembelian buku karya P.K. Ojong terbitan Penerbit Buku Kompas di gerai Kompas.id periode 20-27 Juli 2020.

2. “Bincang KG: Seabad P.K. Ojong”, edisi khusus internal KG, bersama Redaktur Senior Kompas Rikard Bagun dan Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo.

3. Webinar Penerbit Buku Kompas “Bincang Buku Serial Perang Eropa” karya P.K. Ojong, Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 10.00-12.00 WIB.

4. Tulisan spesial redaksi "Seabad P.K. Ojong" yang dimuat di Harian KOMPAS edisi 25
Juli 2020, Kompas.com, dan Tribunnews.

5. LIVE Instagram @hariankompas “Seabad P.K. Ojong: Teladan dari Pendiri Harian Kompas” bersama Jimmy S. "Pak Bo" Harianto (wartawan senior yang sempat dididik oleh P.K. Ojong), Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 16.30 WIB.

6. Acara puncak Talk Show "Seabad P.K. Ojong" di KompasTV bersama Redaktur Senior Harian Kompas Rikard Bagun dan Didi Kwartanada, Sejarawan sekaligus voxpop dari kalangan milenial, Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 21.00-22.00 WIB.

Semasa hidupnya, P.K. Ojong turut menaruh perhatian pada pendidikan, lingkungan, kualitas pangan, budaya, dan kepedulian sosial.

Ia mencatatkan sejumlah peran penting sebagai seorang guru sekolah dasar, salah satu pendiri Universitas Tarumanagara, penggagas penghijauan Jakarta era Gubernur Ali Sadikin, kolektor karya seni, hingga menyokong pendirian Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

“P.K. Ojong adalah wartawan, cendekiawan, sekaligus guru bagi kita semua. Kisah hidupnya yang sarat teladan kerja keras, bertanggung jawab, peduli terhadap sesama serta karyawan, serta berintegritas patut diketahui dan terus dihidupi lintas generasi. Zaman dan bentuk boleh berubah, namun prinsip tetap sama,” ujar Lilik Oetama, CEO Kompas Gramedia.

Selain promo dan acara-acara itu, publik juga dapat turut menikmati rangkaian konten serta kuis spesial “Seabad P.K. Ojong” di Instagram @KompasGramedia.

Tentang P.K. Ojong

Seabad lalu, 25 juli 1920 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, lahirlah Auw Jong Peng Koen. Kita mengenalnya kemudian sebagai Petrus Kanisius Ojong.

Lulus dari sekolah pendidikan guru di Jatinegara, ia mengajar di sekolah bruderan di Jalan Mangga Besar Raya, Batavia.

Tahun 1946 P.K.Ojong memulai karier sebagai wartawan di surat kabar harian Keng Po dan mingguan
Star Weekly. Ia meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1951.

Pada tahun itu pula ia diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Star Weekly sampai majalah itu
diberangus penguasa masa itu pada oktober 1961.

Tahun 1963, bersama Jakob Oetama, ia mendirikan majalah bulanan Intisari, yang menjadi cikal-bakal
Kompas Gramedia.
Karakter pemimpin yang jujur, sederhana, teliti, dan pekerja keras melekat kuat pada sosok P.K. Ojong.

Menurutnya, hasil kerja yang baik hanya dapat dicapai dengan sikap yang disiplin, dapat dipercaya, dan kerja sama. Teladan itu masih terus diwarisi oleh seluruh lapisan karyawan Kompas Gramedia hingga kini, sebagai pedoman dalam bekerja dan menjalankan roda bisnis perusahaan.

Rubrik Kompasiana yang ia tulis di Harian Kompas menjadi alatnya memberi saran dan mengkritik
pemerintah serta membela yang tertindas.

Keberpihakannya kepada orang miskin dan teraniaya jugalah yang mendorongnya untuk menyokong pendirian LBH.

Gagasannya tentang penghijauan Jakarta menghasilkan jalinan relasi yang baik dengan Gubernur DKI masa itu, Ali Sadikin.

Selain menjadi wartawan, P.K. Ojong aktif dalam kegiatan sosial untuk kesejahteraan orang-orang
kurang mampu.

Cita-citanya sebagai guru maupun wartawan adalah mencerdaskan bangsa, karena itulah, ia bergabung dengan perhimpunan sosial Candra Naya dan ikut mendirikan Universitas Tarumanagara.

Semasa hidup, P.K. Ojong juga menaruh kecintaan pada karya seni. Ia menghargai karya seni karena
sosok karya itu sendiri, bukan atas dasar nilai komersial atau investasi. Ia membantu seniman dengan
membeli karya seni mereka.

Banyaknya koleksi P.K. Ojong itulah dan tujuan mulia melestarikan kesenian rakyat yang mendasari didirikannya Bentara Budaya.

P.K. Ojong berpulang mendadak pada pagi hari 31 Mei 1980. Warisannya terhadap dunia jurnalisme Indonesia dan berbagai bidang lain untuk mencerahkan masyarakat sungguh tak ternilai.

P.K. Ojong adalah wartawan, cendekiawan, sekaligus guru bagi kita semua.

“Kita melihat ke seluruh dunia dengan kesadaran dan kenyataan bahwa kaki kita berpijak di bumi
Indonesia.” – P.K. Ojong. (rls)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved