Wawancara Eksklusif Tribun Jogja

Asisten Pelatih Timnas U-19 Nova Arianto, Soal Bola Nasional dan Kenangan saat Bersama PSS Sleman

Saat ini, Nova Arianto dipercaya menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-19 mendampingi pelatih Shin Tae-yong.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok Tribun Jogja
Asisten Pelatih Timnas Indonesia U-19, Nova Arianto saat menjadi bintang tamu pada program Bincang Bola Tribun Jogja, Kamis (16/7/2020) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebagai seorang pesepakbola profesional, nama Nova Arianto pernah lama mewarnai kancah persepakbolaan tanah air.

Berposisi sebagai pemain belakang, di masa jayanya, ia masuk dalam jajaran bek papan atas di Indonesia.

Pekerja keras, lugas saat mengawal lawan, pintar membaca serangan serta piawai mencetak gol lewat sundulan, itulah sedikit gambaran Nova Arianto saat masih aktif menjadi pesepak bola.

Selebrasi gol ala "suster ngesot" juga menjadi trade mark dari jebolan PSSI Baretti ini.

Selain memperkuat Timnas Indonesia, sejumlah klub besar juga pernah merasakan servis dari anak Sartono Anwar yang juga legenda sepak bola Indonesia ini.

Asisten Pelatih Timnas Indonesia U-19, Nova Arianto saat menyambangi kantor Tribun Jogja, Kamis (16/7/2020) malam
Asisten Pelatih Timnas Indonesia U-19, Nova Arianto saat menyambangi kantor Tribun Jogja, Kamis (16/7/2020) malam (TRIBUNJOGJA.COM / Almurfi Syofyan)

Sebut saja, Persib Bandung, Persebaya Surabaya hingga Sriwijaya FC dan PSS Sleman.

Bersama Persebaya musim 2004 dan Sriwijaya FC musim 2011/2012, pemain kelahiran Semarang ini, berhasil merasakan manisnya juara Liga Indonesia.

Setelah memutuskan gantung sepatu, pria berpostur jangkung itu mengikuti jejak karir sang ayahanda untuk memasuki dunia kepelatihan.

Tercatat ia pernah menjadi asisten pelatih di Pelita Bandung Raya (PBR), pelatih kepala di Lampung Sakti hingga jadi juru taktik di Bhayangkara FC U-20.

Asisten Pelatih Timnas U-19 Nova Arianto Ungkap Dua Prinsip Hidup yang Diajarkan Sang Ayah

Pelatih PSS Sleman Dejan Antonic Masuk dalam Role Model Nova Arianto di Dunia Kepelatihan

Saat ini, pemilik lisensi kepelatihan AFC A itu dipercaya menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-19 mendampingi pelatih Shin Tae-yong.

Wartawan Tribunjogja.com, Almurfi Syofyan, berkesempatan untuk mewawancarai Nova Arianto secara eksklusif, Kamis (16/7/2020).

Berikut petikan wawancaranya:

Apa kegiatan Nova Arianto selama Pandemi Covid-19 melanda Indonesia?

Kegiatan rutin saya setiap hari selama pandemi memantau latihan pemain-pemain Timnas U-19. Meski latihan secara virtual tapi latihan tetap harus dijalankan karena akhir tahun 2020 para pemain akan bertanding di Piala AFC U-19 2020 di Uzbekistan.

Apa saja program latihan Timnas Indonesia U-19 selama latihan virtual?

Kita mulai latihan virtual ini sejak 15 April ya dan diikuti sebanyak 44 pemain.

Tapi dalam perjalannya ada 2 pemain yang absen, Riski Sudirman (kiper Persib Bandung) yang cedera dan harus naik meja operasi dan satunya Witan Sulaeman yang kembali membela timnya FK Radnik Surdulica di Liga Serbia.

Jadi sejak April itu pemain menjalani program latihan dengan materi perbaikan fisik dan mempersiapkan kondisi pemain agar benar-benar siap ketika TC sebenarnya di mulai.

Program latihan meliputi, weight training, core training dan aerobic exercise.

Program ini kita ambil langsung dari video yang diberikan oleh coach Lee Jae-hong (Pelatih fisik Timnas Indonesia U-19).

Jadi fokusnya kita ada di badan aerobic exercise, sehingga nantinya saat kembali latihan normal kondisi pemain sudah cukup siap.

Sampai kapan TC virtual Timnas Indonesia U-19 dilaksanakan?

Soal itu saya juga belum tahu sampai kapannya. Kemungkinan sampai Coach Shin Tae-yong datang baru bisa diketahui lebih jelasnya mengenai kapan latihan.

Apa kendala selama TC virtual Timnas Indonesia U-19 dilaksanakan?

Kalau virtual ini biasa ya, kendalanya soal teknis ya, seperti sinyal dari pemain. Soalnya banyak pemain yang rumahnya di daerah-daerah yang sinyalnya lemah.

Lalu terjadi keluar masuk jaringan. Tapi itu ya hal biasa dan pemain tetap antusias mengikuti latihan virtual ini.

Apakah dalam pembahasan Tim pelatih Timnas Indonesia U-19 sudah ada kerangka pemain?

Kalau soal kerangka Timnas U-19 itu biar coach Shin saja yang jawab nanti.

Tergabung di grup A, bagaimana Coach Nova Arianto melihat peluang Indonesia di Piala AFC U-19 2020 ini?

Kalau peluang kita harus yakin. Kalau kita nggak yakin buat apa kita persiapkan tim sampai sejauh ini.

Jadi apapun itu, yang penting kita harus mencoba dulu kalau soal hasil itu masalah nanti, yang penting kita bekerja keras terlebih dahulu.

Keluar dari pembahasan Timnas U-19, siapa sosok pelatih yang menginspirasi Nova Arianto?

Kalau bicara pelatih yang menginspirasi tentu ayah saya sendiri Sartono Anwar.

Tapi dalam proses saya menjadi besar banyak figur yang menjadi contoh saya dan banyak pelajaran yang saya petik dari mereka.

Di sini saya bisa bilang ada ayah saya Sartono Anwar, lalu Jacksen F Tiago, Dejan Antonic, coach Indra Sjafri dan sekarang Shin Tae-yong.

Meski begitu, saya tidak bisa mengkopi paste semua program dari pelatih-pelatih itu, tapi saya mencoba mengambil 25 persen dari Ayah, 10 persen dari coach Shin dan 15 persen dari coach Indra, sehingga itu menjadikan saya lebih kuat kedepannya.

Apa pesan atau prinsip hidup yang diajarkan oleh sang ayah dan jadi pegangan hingga sekarang?

Kalau soal prinsip ada, ayah selalu mengajarkan saya soal kejujuran dan disiplin.

Dua prinsip itu selalu menjadi pegangan bagi saya dalam menekuni profesi saya dan menjalani kehidupan.

Jika nanti kembali melatih ke level klub, apakah ada klub idaman yang ingin dilatih?

Saya tidak mematok ya ingin melatih klub ini atau itu.

Bagi saya dimana saja oke yang penting klub itu profesional dan sama-sama ingin mengembangkan potensi pemain Indonesia.

Apa arti PSS Sleman bagi seorang Nova Arianto?

PSS Sleman adalah klub yang pernah saya bela selama satu tahun setengah ya.

Di setengah tahun pertama saya menjalani peminjaman, dan tahun berikutnya saya di kontrak satu musim.

PSS Sleman memiliki arti yang cukup mendalam bagi saya, karena saat memperkuat tim berjuluk Super Elang Jawa saya menemukan tambatan hati yang akhirnya menjadi istri saya.

PSS Sleman memiliki pendukung yang militan, Euforia suporter di sini sangat hidup dan saya suka itu.

Siapa pemain bola yang paling sulit untuk dijaga saat masih menjadi pemain?

Setiap lawan yang saya hadapi semuanya pasti memiliki kualitas sangat baik ya di klubnya masing-masing tapi satu nama pemain yang saya bicara di sini adalah Bepe (Bambang Pamungkas).

Kenapa Bepe, sebenarnya kita satu perguruan ya di Diklat Salatiga tapi disaat pertandingan menjadi sulit.

Itu karena tensi pertandingan ya, karena suporter tensi menjadi lebih tinggi sehingga tekanannya berbeda-beda dan cara mainnya juga berbeda-beda.

Tapi Bepe terlepas dari itu dia merupakan lawan yang memiliki kualitas yang cukup baik.

Penutup, apa pesan bagi pesepakbola muda di Indonesia?

Untuk pemain muda, mereka harus tetap disiplin menjadi diri sendiri dan jangan sampai melupakan Atau meninggalkan kedisiplinan itu.

Karena di usia emas banyak pemain sepakbola tidak berkembang karena hilangnya kedisiplinan itu.

Disiplin itu banyak, bisa disiplin dalam menjaga makanan, disiplin istirahat, disiplin latihan dan itu harus jadi konsen mereka para pemain muda. (*/ tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved