Pakar Epidemiologi UGM Sebut Rekomendasi WHO Belum Berubah Terkait Potensi Airborne Virus Corona

dr Riris Andono Ahmad, mengatakan belum ada yang berubah terkait rekomendasi WHO dari sebelumnya.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
SHUTTERSTOCK/Polina Tomtosova
Ilustrasi mutasi Virus Corona 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

 TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), mengeluarkan pernyataan resmi pada Kamis (9/7/2020) terkait potensi penularan virus corona melalui udara.

Menanggapi hal ini, Koordinator Tim Respons Covid-19 UGM, dr Riris Andono Ahmad, mengatakan belum ada yang berubah terkait rekomendasi WHO dari sebelumnya.

“Sebenarnya kalau airborne (penularan melalui udara) WHO sudah membuat pernyataan cukup lama ya, sejak beberapa bulan yang lalu. WHO mengatakan airborne-nya itu terbatas, di fasilitas kesehatan saja,” ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (10/7/2020).

“Nah sekarang pun, dari (pernyataan) yang terbaru kemarin posisi WHO masih sama, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada sampai saat ini penularan melalui udara masih terjadi pada limited setting (tempat-tempat tertentu), semisal fasilitas kesehatan, belum sampai ke tempat-tempat lain,” sambungnya.

Ia menambahkan, memang terdapat kasus-kasus penularan di beberapa tempat, yang sepertinya terjadi klaster di tempat-tempat tertutup.

Namun, hal itu masih sangat inkonklusif atau tidak bisa disimpulkan bahwa ada penyebaran airborne.

“WHO belum bisa menyimpulkan adanya transmisi airborne karena tidak ada bukti yang cukup bisa konklusif untuk mendukung pernyataan tersebut. Terjadinya airborne masih di rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang memungkinkan adanya prosedur-prosedur yang menyebabkan aerosol. Posisinya masih sama dengan yang dulu,” papar ahli epidemiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini.

Adapun terkait 239 ilmuwan dunia yang membuat surat terbuka untuk mendesak WHO meninjau kembali penelitian dan merevisi rekomendasinya, Andono mengatakan pendapat ilmuwan masih bisa dianggap sebagai sebuah opini.

“Dari evidence (bukti) yang ada yang bisa dijadikan rujukan WHO masih mengatakan sampai saat ini masih pada limited setting, di fasilitas kesehatan,” imbuhnya.

Ditanya apakah virus corona menyebar di tempat yang berventilasi buruk, Andono mengungkapkan jika ada kasus di tempat tersebut kemungkinan merupakan kombinasi antara droplet, kontak dekat, atau pun jika menyentuh permukaan terkontaminasi virus kemudian menyentuh wajah sendiri.

Sementara, terkait rekomendasi batasan jarak fisik antar manusia, Andono juga menerangkan masih sama, yakni 1,5-2 meter.

“Droplet tidak kemudian berubah berdasarkan waktu. Kalau orang bicara kemudian bersin kan kemungkinan seperti itu,” tandasnya.

Ia pun mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti biasa.

“Yang penting social distancing, cuci tangan, pakai masker tetap dilakukan kalau memang ada kumpulan di situ,” tuturnya. (*)  

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved