Korea Utara Terus Produksi Senjata Nuklir, Bahkan Setelah Kim Jong-un Bertemu Donald Trump
Korea Utara memproduksi senjata nuklir meskipun ada janji denuklirisasi lengkap dengan Amerika Serikat
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Korea Utara memproduksi senjata nuklir meskipun ada janji denuklirisasi lengkap dengan Amerika Serikat, menurut laporan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Negara tertutup itu diduga memproduksi senjata nuklir bahkan ketika KTT Tinggi AS-Korea Utara sedang berlangsung Februari tahun lalu
Laporan itu menunjukkan negara rahasia itu terus membuat senjata nuklir bahkan pada Februari tahun lalu, tepat setelah pertemuan puncak bersejarah Hanoi ketika Kim Jong-un bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Departemen luar negeri mengungkapkan keprihatinan atas program nuklir Korut, menurut Digital Chosun dikutip Daily Star.
"Sepanjang 2019, Amerika Serikat terus memiliki keprihatinan yang signifikan mengenai program senjata nuklir Korea Utara dan kelanjutan produksi bahan fisilnya," katanya.
"Washington tetap siap untuk melibatkan Korea Utara dalam negosiasi konstruktif,” tambah laporan itu.

"Namun, sampai denuklirisasi akhir yang sepenuhnya diverifikasi tercapai, komunitas internasional tetap bersatu. Sanksi PBB dan AS akan tetap ada dan akan ditegakkan sepenuhnya."
Korea Utara mengoperasikan fasilitas nuklir selama 2018 dan 2019 selama pembicaraan AS-Korea Utara tentang denuklirisasi, menurut laporan dari Badan Energi Atom Internasional.
"Ada indikasi kegiatan penambangan, penggilingan dan konsentrasi yang sedang berlangsung di lokasi yang sebelumnya dinyatakan sebagai tambang uranium Pyongsan dan pabrik konsentrasi uranium Pyongsan," ungkap laporan itu.
"Ada juga indikasi fasilitas pengayaan uranium centrifuge di Pabrik Fabrikasi Batang Bahan Bakar Nuklir Yongbyon, termasuk pengoperasian unit pendingin.'"
Menurut sebuah spekulasi, laporan pergerakan komponen reaktor utama diamati di halaman konstruksi air ringan di Yongbyon.

Ini menunjukkan bahwa negara dapat menggunakan ini sebagai "pembenaran sipil untuk memiliki teknologi pengayaan uranium."
Pada hari Selasa, Marc Knapper, wakil asisten menteri luar negeri untuk Korea dan Jepang, mengatakan:
"Kami benar-benar bersatu dalam pandangan kami bahwa pintu menuju diplomasi tetap terbuka."
"Kami tetap siap untuk terlibat dalam dialog dengan Korea Utara, dan kami tetap berkomitmen pada solusi diplomatik untuk mengatasi masalah nuklir dan rudal."
Ini muncul ketika terungkap dalam laporan yang menakutkan Korea Utara bertekad membangun pencegah perang nuklir untuk menyamai AS.
Laporan 5.500 kata yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara telah menguraikan rencana mereka untuk memerangi agresi Amerika, lapor NKNews.