Senjata Nuklir China dan Korea Utara Terus Bertambah. Berikut Perinciannya
Kedua negara komunis itu disebut sedang melakukan modernisasi pembaruan persenjataan nuklir yang membuat waswas negara lain di dunia.
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - China dan Korea Utara meningkatkan persenjataan senjata nuklir mereka, sementara negara-negara adidaya dunia lainnya seperti AS dan Rusia menarik mereka.
“Pada awal tahun ini, China memiliki 30 hulu ledak lebih banyak dibandingkan Januari 2019, sementara Korea Utara menambahkan hingga 20. Mereka sekarang memiliki 320 dan 30 hingga 40 hulu ledak, masing-masing,” menurut perkiraan yang dirilis oleh Stockholm International Peace Research Institute pada hari Senin.
Kedua negara komunis itu disebut sedang melakukan modernisasi pembaruan persenjataan nuklir yang membuat waswas negara lain di dunia.
“Tiongkok berada di tengah modernisasi yang signifikan dari persenjataan nuklirnya. Korea Utara sedang mengembangkan apa yang disebut triad nuklir untuk pertama kalinya, yang terdiri dari rudal darat dan laut baru serta pesawat berkemampuan nuklir," kata lembaga itu dikutip Fox News.
Selain itu, Korea Utara disebut terus memprioritaskan program nuklir militernya sebagai elemen sentral dari strategi keamanan nasionalnya.

Sementara menurut lembaga itu, Amerika Serikat (AS) menurunkan persenjataan besarnya dari 6.185 hulu ledak menjadi 5.800, sementara Rusia mengurangi dari 6.500 menjadi 6.375.
Laporan itu mengatakan bahwa, secara keseluruhan, persediaan senjata nuklir di seluruh dunia turun sekitar 465 hulu ledak selama setahun terakhir, menjadi 13.400.
"Penurunan jumlah keseluruhan senjata nuklir di dunia pada tahun 2019 sebagian besar disebabkan oleh pembongkaran senjata nuklir pensiunan oleh Rusia dan AS, yang bersama-sama masih memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir global," katanya.
Namun, disebutkan bahwa kedua negara itu memiliki program yang luas dan mahal yang sedang berlangsung untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir mereka, sistem pengiriman rudal dan pesawat terbang, dan fasilitas produksi senjata nuklir.
"Kedua negara juga telah memberikan peran baru atau diperluas untuk senjata nuklir dalam rencana dan doktrin militer mereka, yang menandai pembalikan signifikan dari tren pasca-Perang Dingin menuju marginalisasi senjata nuklir secara bertahap," tambahnya.