Marwan Jafar: WHO Harus Transparan Pada Negara dan Rakyat Indonesia Terkait Pandemi Covid-19
WHO perlu memberikan penjelasan kepada negara dan rakyat Indonesia secara terbuka, jujur dan penuh tanggung jawab dalam sebuah forum di parlemen.
"Negara harus hadir memproteksi mereka sebagaimana dimandatkan dalam konstitusi, yakni UUD 1945, baik secara ekonomi, pendidikan maupun kesehatan secara gratis", tegasnya.
Selain itu, kelompok rentan lainnya adalah para pecandu narkoba. BNN mencatat, jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia diperkirakan telah mencapai sekitar 3,5 juta orang pada 2017. Sekitar 1,4 juta di antaranya adalah pengguna biasa, sedangkan hampir 1 juta orang telah menjadi pecandu narkoba.
"Mereka itu rentan terhadap penyebaran Covid-19 yang harus mendapat perhatian dan proteksi dari Negara", katanya.
5). Mendorong WHO untuk melakukan gerakan solidaritas antar negara dalam rangka memerangi pandemi Covid-19 secara bersama-sama. Sebab, pandemi Covid-19 merupakan pandemi global yang menyerang negara-negara di dunia sehingga penanganannya pun harus dilakukan secara solidaritas internasional, baik dari aspek pemenuhan kebutuhan peralatan medis, sarana prasarana kesehatan maupun SDM.
6). Mendorong WHO untuk memaksimalkan pengalaman penanganan berbagai pandemi di negara-negara di dunia, seperti Flu Spanyol, Flu Burung, SARS-Covid, Ebola dan sebagainya untuk dijadikan referensi berharga mempercepat penanganan pandemi Covid-19. Tentunya, masing-masing negara berkolaborasi dengan WHO untuk menyelesaikan masalah pandemi ini sebagai sesama anggota PBB.
7). Mendorong WHO memiliki pedoman pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 versi WHO sendiri yang diadaptasikan sesuai kebutuhan, kondisi dan karakteristik masyarakat masing-masing negara anggota. Misalnya, panduan pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 untuk negara maju, negara berkembang dan sebagainya secara komprehensif.
"Panduan pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 ini penting agar masyarakat semakin memiliki tingkat percaya diri secara lebih baik lagi dalam upaya bersama-sama Pemerintah dan WHO memerangi pandemi covid-19", katanya.
8). Mendorong WHO meningkatkan pola hubungan diplomatik antar negara-negara anggota yang lebih responsif, solutif dan efektif, terutama diplomasi bidang kesehatan, termasuk keikutsertaan para dokter dan tenaga medis dalam berbagai organisasi profesi dan kegiatan internasional dalam rangka transformasi ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik dalam menangani pandemi Covid-19 dan pandemi lainnya.
9). Perlu memberikan dukungan pada WHO agar tidak terjebak pada kepentingan "Block" pada negara atau beberapa negara tertentu dalam konteks penanganan pandemi covid-19.
"WHO haruslah independen, sejalan dengan kedudukan PBB, yakni menjadi wadah moderat untuk mempererat persatuan dan kesatuan antar negara tanpa diskriminasi", tandasnya.
10). Perlunya standar kebijakan WHO yang konsisten dan independen terkait adanya pandemi Covid-19 melalui pertimbangan para pakar kesehatan maupun para ahli pandemiologi yang jernih dan akurat baik terkait kebijakan informasi awal munculnya pandemi, pencegahan maupun penanganan pandemi hingga kebijakan pasca pandemi Covid-19. Ini sangat penting dilakukan agar masing-masing negara dapat melaksanakan stanfard operasional prosedur penanganan pandemi Covid-19 secara tepat, meskipun dengan mempertimbangkan kondisi internal masing-masing negara.
Sebagai contoh soal kebijakan mengenakan masker. Katanya, semula WHO merekomendasikan pemakaian masker hanya untuk orang sakit dan tenaga medis. Namun, tidak lama kemudian, bulan Maret WHO menyatakan Corona sebagai pandemi global. Artinya, Covid-19 bisa menyerang siapa saja di seluruh dunia. Akhirnya WHO merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang.
WHO akhirnya merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang, bukan hanya yang sakit. Hal ini disampaikan WHO melalui situs resminya dalam tulisan bertajuk 'Advice on the use of masks in the context of COVID-19' pada 6 April.
"Ini menjadi catatan penting agar ke depan lebih kondusif lagi dengan memberi ruang yang cukup bagi pertimbangan masing-masing negara", imbuhnya.
11). Perlunya WHO mendorong terwujudnya gagasan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan secara maksimal dan saling menguntungkan antar negara anggota, sehingga lambat laun masing-masing negara anggota menjadi semakin qualivided dalam mengambil kebijakan antisipatif terhadap berbagai pandemi, khususnya Covid-19 bilamana terjadi di luar prediksi di masa mendatang.
12). Mendorong WHO untuk terus-menerus melakukan langkah-langkah kampanye pencegahan, penanganan dan kesiapan menyongsong Era New Normal pada masyarakat dunia, dengan melibatkan para aktor maupun aktris populer kelas dunia seperti: Steven Seagel, Danial Craig, Angelina Jolie, Julia Robert, Penelope Cruz, Sarah Jessica Parker, Shailena Woodle, Monica Belluci, Chaterine Zeta-Jones dan lain-lain. Termasuk juga aktor maupun artis berkelas dunia yang pernah positif terjangkit Covid-19, seperti, Tom Hanks dan istrinya Rita Wilson, Olga Korylenko maupun Idris Elba. Mereka bisa menceritakan pengalamannya terjangkit Covid-19, dan sekaligus sebagai penyebar energi positif bagi warga dunia, bahwa pandemi Covid-19 bisa disembuhkan atau ditaklukan.