Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara

Hari Raya Idulfitri tahun ini memang berbeda. Tidak ada ibadah di masjid atau lapangan terbuka, tidak ada kesempatan untuk bertemu keluarga, rekan dan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
bbc.com
Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara 

TRIBUNJOGJA.COM - Hari Raya Idulfitri tahun ini memang berbeda. Tidak ada ibadah di masjid atau lapangan terbuka, tidak ada kesempatan untuk bertemu keluarga, rekan dan tetangga.

Bahkan, sejak jauh-jauh hari lalu, pemerintah sudah melarang masyarakat untuk pulang kampung agar penularan virus corona tak semakin menyebar.

Perayaan Idulfitri yang berbeda itu tak hanya di Indonesia. Di beberapa negara yang juga dihuni kaum Muslim, mereka harus menjalankan hari raya dengan minimalis.

Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara
Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara (bbc.com)

Melansir BBC, Zara adalah warga negara Inggris beragama Islam. Ia tinggal di Cardiff.

Beberapa hari menjelang Ramadhan, Zara sempat berpikir untuk membawa keluarganya ke tepi laut. Namun sayang, rencana tinggal rencana.

“Kami tidak bisa lakukan itu saat ini. Maka, kami akan tinggal di rumah dan bermain kartu,” ujarnya.

Selain bermain kartu, ia juga membuat makanan tradisional, mengikuti tradisi keluarga sang ibu yang keturunan India Afrika.

“Makanan Idulfitri berbeda-beda, tergantung kulturnya. Namun, biasanya di kultur kami, kami makan makanan berat, seperti Biryani atau cemilan gorengan,” kata Zara yang tinggal bersama anak dan suaminya.

Tak hanya memasak makanan berat, mereka biasanya memanggang kue manis. “Kami banyak memanggang kue-kue untuk buffet,” bebernya lagi.

Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara
Menengok Cerita Idulfitri di Seluruh Dunia di Tengah Pandemi, Tak Bisa Ketemu Sanak Saudara (bbc.com)

Meski tak bisa merayakan Idulfitri seperti biasa, Zara tetap bersyukur masih bisa menghadapi hari kemenangan dengan keluarga yang utuh, aman dan sehat.

“Keluargaku yang lain ada di Cambridgeshire dan Lancashire, aku akan menghubunginya dengan Facetime,” tambah Zara.

Menurutnya, kegiatan itu sangat penting untuk diri sendiri dan keluarga. “Ya, kami harus tetap berada di rumah. Kami mengapresiasi apa yang kami punya dan betapa beruntungn kami,” tukasnya.

Selain Zara, adapula Shereen Williams yang tidak bisa merasakan lebaran seperti biasanya. Tahun lalu, Shereen sempat mengunjungi rumah neneknya di Singapura dan berkumpul bersama keluarga besar.

“Nenekku punya anak 10 orang. Maka, ketika lebaran gini ada setidaknya 60 orang yang pulang ke rumah nenek,” ucap Shereen.

Shereen Williams bersama dua putranya Selyf (5) dan Iesu (10). Mereka tampak mengenakan pakaian Idul Fitri.
Shereen Williams bersama dua putranya Selyf (5) dan Iesu (10). Mereka tampak mengenakan pakaian Idul Fitri. (bbc.com)

Ia menceritakan, sang nenek akan memasak untuk 60 orang tersebut. “Baru setelah makan, kami keliling ke tetangga ataupun saudara,” tambahnya.

Meski tak bisa bercengkerama dengan sanak saudara, namun Shereen tak mengeluh. Ia berusaha mencari kegiatan lain agar suasana lebaran tetap terasa.

“Kami tetap pakai baju lebaran di rumah. Saya sendiri masak makanan kesukaan anak-anak. Mereka sudah tak bisa keluar, tidak salah jika saya masak makanan favorit,” tukas Shereen.

( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved