Qassem Soleimani, Tokoh Sentral di Balik Kekalahan ISIS di Irak dan Suriah
Qassem Soleimani, Tokoh Sentral di Balik Kekalahan ISIS di Irak dan Suriah
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
Bukan jihad yang dinarasikan ISIS. “Bahkan kerap muncul anggapan, di Suriah, pasukan AS itu bukan memerangi ISIS, tapi jadi pasukan udaranya ISIS,” beber Dina Sulaiman.
“Tiap kali pasukan Suriah memerangi ISIS dan hampir menang, pesawat tempur AS datang dan membombardir pasukan Suriah,” lanjutnya.
Karena itu apa yang dilakukan Qassem Soleimani dan Iran di kawasan Timur Tengah, utamanya Irak dan Suriah, sangat relevan.
“Jika tidak, Baghdad dan Damaskus itu sudah dikuasai ISIS. Bendera hitam berkiba di kedua kota itu,” kata penulis buku “Salju di Aleppo” ini.
Di mata Irman Abdurrahman, penulis buku “Jalan Cinta Sang Penumpas ISIS”, sosok Qassem Soleimani menimbulkan sensasi sendiri bagi negara barat.
Majalah Newsweek yang ternama, media New Yorker , dan BBC pernah membuat laporan panjang sepak terjang jenderal satu ini.
“Meski di dalamnya ada intensi tertentu, karena menggunakan frasa-drasa yang mencitrakan negatif sosok Qassem,” kata Irman, eks editor Sindo Weekly yang pernah reportase dari Jalur Gaza.
Irman menambahkan, kehadiran Qassem Soleimani di Palestina begitu dalamnya, meski secara diplomatis tidak pernah ditampakkan oleh elite Hamas.
Hamas adalah kelompok Sunni, yang memperoleh dukungan pendanaan dari negara-negara Arab, seperti Emirat dan Qatar.
Baru setelah Qassem dibunuh, Hamas secara demonstratif menunjukkan penghormatannya pada Qassem.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, terbang ke Teheran, melayat Qassem, dan menemui keluarga almarhum. “Haniyeh menyebut Qassem sebagai Syahid Al Quds,” ujar Irman.
“Tapi ketika saya di Gaza, saya mendapat penjelasan dari elite Hamas, begitu besar peran dan dukungan Iran pada perlawanan Palestina. Finansial maupun politik,” sambungnya.
“Qassem juga disebut sebagai kreator penggalian terowongan-terowongan rahasia di Jalur Gaza,” imbuhnya.
Tapi menurut Irman, elite Hamas tidak pernah terbuka mengakui itu. Tujuannya tentu menjaga hubungan baik dengan para pendukung Arabnya.
Alvian Hamzah, penulis lain buku tentang Qassem Soleimani menambahkan, propaganda kelompok tertentu selama ini berusaha menarasikan konspirasi Iran dan AS.