Kasus Positif Virus Corona di Amerika Serikat Bisa Ditekan Jika Sejak Awal Lockdown

Amerika Serikat menjadi salah satu negara dengan dampak virus corona terparah. Di New York, puluhan ribu kasus positif pasien corona terus meningkat.

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Iwan Al Khasni
Johannes EISELE / AFP
Kursi dan meja ditumpuk di depan bendera Amerika di restoran yang tutup di Queens, 27 April 2020 di New York City. 

TRIBUNJOGJA.COM, NEW YORK - Amerika Serikat menjadi salah satu negara dengan dampak virus corona terparah.

Di New York, puluhan ribu kasus positif pasien corona terus meningkat.

Bahkan, para tenaga medis di kota itu sempat demo mogok kekurangan Alat Pelindung Diri (APD).

Penelitian terbaru menunjukkan, korban tewas harian dari Covid-19 di Amerika Serikat bisa lebih dari setengahnya jika pihak berwenang bertindak lebih cepat dalam merekomendasikan isolasi diri dan pemakaian masker wajah.

Beberapa negara bagian AS mulai mengeluarkan permintaan kepada masyarakat untuk tetap di rumah pada akhir Maret, sementara otoritas kesehatan federal mulai merekomendasikan penggunaan masker wajah untuk semua pada awal April.

Perlengkapan medis dan deretan tempat tidur terlihat di dalam tenda rumah sakit lapangan darurat yang didirikan sukarelawan dari organisasi bantuan Kristen Internasional Samaritans Purse untuk pasien virus corona di Central Park, New York, Senin (30/3/2020). AS kini resmi menjadi epicenter corona di dunia dengan data hingga Selasa (31/3/2020) terdapat 163.429 kasus positif dan korban meninggal 3.148 orang, melebihi Italia, China, dan Spanyol.
Perlengkapan medis dan deretan tempat tidur terlihat di dalam tenda rumah sakit lapangan darurat yang didirikan sukarelawan dari organisasi bantuan Kristen Internasional Samaritans Purse untuk pasien virus corona di Central Park, New York, Senin (30/3/2020). AS kini resmi menjadi epicenter corona di dunia dengan data hingga Selasa (31/3/2020) terdapat 163.429 kasus positif dan korban meninggal 3.148 orang, melebihi Italia, China, dan Spanyol. (AFP/BRYAN R SMITH)

Namun, seandainya langkah-langkah seperti itu dilaksanakan hanya empat hari sebelumnya, sekitar 2.000 Covid-19 kematian saat ini setiap hari bisa berkurang menjadi 1.000, kata penelitian itu.

Selain itu, merelaksasi lockdown guna memulai ekonomi lebih cepat dan instan akan meningkatkan jumlah kematian setiap hari menjadi lebih dari 3000.

"Temuan ini dapat menginformasikan pembuatan kebijakan," kata para peneliti dari Princeton Medical Center dan lembaga penelitian lainnya dalam makalah yang ditinjau oleh rekan-rekannya yang diunggah di Medrxiv.org.

Temuan itu menggemakan komentar yang dibuat bulan lalu oleh Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases di AS.

"Jelas, jika kita benar sejak awal menutup semuanya, mungkin akan sedikit berbeda," katanya dalam sebuah wawancara televisi pada 12 April.

Pekerja EMS mengangkut seorang pasien di jalan samping di luar rumah sakit Mount Sinai pada 13 April 2020 di New York City.
Pekerja EMS mengangkut seorang pasien di jalan samping di luar rumah sakit Mount Sinai pada 13 April 2020 di New York City. (David Dee Delgado / Getty Images / AFP)

"Tapi ada banyak dorongan untuk menutup segala hal saat itu,” kata Fauci

Baik Fauci dan pejabat kesehatan senior lainnya dilarang berbicara secara bebas kepada media atau bersaksi pada audiensi kongres oleh administrasi Trump.

Aksi yang lebih cepat bisa menyelamatkan banyak nyawa, menurut para peneliti tanpa memberikan angka yang pasti.

Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Lanjing Zhang, direktur patologi gastrointestinal dan hati di Princeton Medical Center itu dengan model matematika tertentu, mereka bisa memperkirakan apa yang mungkin bisa terjadi jika ada kebijakan berbeda.

California adalah negara bagian pertama yang mengeluarkan perintah tinggal di rumah untuk 4 juta penduduk pada 19 Maret, dan pada 7 April pembatasan serupa telah diterapkan di seluruh negeri, mempengaruhi hampir 90 persen dari populasi.

Seorang pria menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah selama wabah Coronavirus pada 13 April 2020 di New York City. Naik kereta bawah tanah dan bus di Manhattan, sistem transportasi umum terbesar di negara ini, turun secara dramatis ketika orang-orang tinggal di rumah dari pekerjaan atau menemukan cara lain untuk berkeliling kota.
Seorang pria menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah selama wabah Coronavirus pada 13 April 2020 di New York City. Naik kereta bawah tanah dan bus di Manhattan, sistem transportasi umum terbesar di negara ini, turun secara dramatis ketika orang-orang tinggal di rumah dari pekerjaan atau menemukan cara lain untuk berkeliling kota. (Spencer Platt / Getty Images / AFP)
Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved