Seperti Kejatuhan Bom, Diperkirakan 3.500 Orang di Ekuador Tewas Karena Covid-19
Ibu Kota ekonomi Ekuador Guayaquil kelimpungan akibat wabah covid-19 paling agresif di Amerika Latin, setelah pandemi melanda kota itu seperti bom.
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
Dia melanjutkan: “Pasien sekarat tanpa pernah menjalani tes. Dan tidak ada ruang, waktu atau sumber daya untuk dapat melakukan pemeriksaan selanjutnya dan untuk mengetahui apakah mereka mati atau tidak karena virus corona.
“Di bulan Maret saja, ada 1.500 lebih banyak kematian daripada di bulan Maret tahun lalu. Jumlah sebenarnya akan diketahui setelah tragedi ini, mimpi buruk ini berakhir."
Orang-orang terus tumbang di rumah mereka, di rumah sakit, di semua tempat," katanya, karena layanan medis normal kewalahan.
"Masih ada wanita yang perlu melahirkan, orang masih tertabrak, orang masih menderita diabetes dan hipertensi."
Dia mengatakan hanya bulan lalu saja 100 orang telah meninggal karena mereka tidak dapat mendapatkan perawatan dialisis.
"Mengapa? Karena tidak ada ruang. Karena kami tegang ke titik putus, dokter kami juga jatuh sakit. ”
Sekitar 50 orang dari staf kota sendiri telah meninggal, katanya.
Viteri mengatakan, tugasnya sekarang adalah membawa dana untuk membeli alat tes, dengan $ 12 juta sudah disiapkan, untuk dapat mendeteksi, mengisolasi dan memantau kasus-kasus positif.
"Bagi saya tidak ada cara lain. Kita harus menjaga yang hidup, dan menyediakan pemakaman yang layak untuk orang mati. Kita hidup dalam perang,” tuturnya.
Menanggapi serentetan kisah-kisah mimpi buruk tentang mayat yang terkumpul di rumah sakit, rumah dan jalan-jalan, kota ini membuat dua kuburan baru tersedia untuk menguburkan orang mati dan mengurangi tekanan pada kamar mayat kota.
"Mayat-mayat itu dikumpulkan setiap hari. Tapi ini sangat sulit karena itu berarti ada duka setiap hari di Guayaquil,” kata Viteri.