Bagaimana Nasib Lansia Terlantar di DIY? Begini Penjelasan Dinas Sosial

Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Pemda DIY telah menggenjot Progam Rehabalitasi Sosial Lanjut Usia (Progres LU).

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Mona Kriesdinar
www.lintas.me
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di DIY terus meningkat setiap tahunnya.

Dinas Sosial (Dinsos) DIY pun terus memberikan pengarahan dalam upaya menekan masalah kesejahteraan ini.

Kepala Dinsos DIY, Untung Sukaryadi menyebut, pihaknya hanya memiliki wewenang dalam menjaring jumlah PMKS, mulai dari anak jalanan, eks psikotik, pengemis, anak terlantar, hingga lansia terlantar tidak semuanya ditampung.

"Kami kategorikan. Misalnya, untuk eks psikotik dan anak jalanan. Mereka tentu akan dibekali ketrampilan dengan mengikuti kegiatan di balai latihan kerja," katanya.

Sementara perlakuan berbeda berlaku pada lansia yang terlantar. Menurutnya, ada banyak macam kriteria lansia terlantar.

Di antaranya, ia menyebut lansia terlantar sosial dan lansia terlantar karena tidak diperhatikan oleh pihak keluarganya. Padahal disatu sisi semua anak-anaknya terbilang mampu.

"Kalau khusus lansia kami ada bantuan rutin. Hanya saja ya itu tadi, ada kriterianya juga. Kalau anak-anaknya masih mampu, ya kami tentu akan berkoordinasi dengan pihak keluarganya," imbuhnya.

Sebagai stimulan, Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Pemda DIY telah menggenjot Progam Rehabalitasi Sosial Lanjut Usia (Progres LU).

Dinsos mentargetkan untuk 2020 kali sebanyak 732 lansia akan menerima bantuan Progres LU.

"Tiap tahun itu ada, besarannya Rp 2,4 juta untuk lansia tidak potensial dan Rp 3 juta untuk lansia yang potensial atau benar-benar membutuhkan," ungkap dia.

Penyaluran bantuan itu, lanjut Untung, disalurkan setiap satu semester atau enam bulan sekali melalui transfer perbankan.

"Langsung ditransfer dari pemerintah pusat," papar untung.

Persoalan lain, Dinsos DIY juga rutin menjaring razia bagi gelandangan dan pengemis yang ada di DIY menjelang bulan suci Ramadhan kali ini.

Jika ditahun 2018 lalu, Pemda DIY mencatat ada sebanyak 190 gelandangan serta 134 pengemis berada di DIY, tersebar di lima Kabupaten/Kota.

Sementara di tahun 2019 lalu, angka PMKS tersebut naik menjadi 197 gelandangan dan 147 pengemis mendatangi DIY.

"Mereka kebanyakan memang dari luar daerah. Kami sudah menyiapkan langkah untuk antisipasi. Ya, salah satunya berkoordinasi dengan balai pelatihan dan rehabilitasi sosial," ujarnya.

Jika di bulan-bulan besar menjelang puasa dan hari raya idul fitri, lanjut Untung, jumlah PMKS selalu meningkat. Utamanya para pengemis yang mayoritas datang dari luar DIY.

"15 persen lebih tinggi. Hari-hari biasanya kalau kami lakukan operasi sepi. Bahkan malah jarang, meski setiap tahun ada peningkatan," tegas dia.

Ia berharap, melalui program yang dijalankan, Pemda DIY diharapkan mampu menekan angka PMKS di DIY. Karena presentase penduduk DIY saat ini 12,3 persennya merupakan lansia yang butuh kesejahteraan.(hda)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved