Wabah Corona
Warga Wuhan China Gunakan Media Sosial untuk Bercerita Pada Dunia Akibat Wabah Virus Corona
Begini Kisah Sunyi Wuhan Setelah Dikunci, Masyarakat Saling Teriak Bersahut-sahutan. Tidak berbeda dengan di Indonesia, media sosial di China
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Begini Kisah Sunyi Wuhan Setelah Dikunci, Masyarakat Saling Teriak Bersahut-sahutan.
Tidak berbeda dengan di Indonesia, media sosial di China acapkali menjadi fasilitas warga untuk mengungkapkan pendapat tentang apapun.
Saat-saat ini, media sosial justru menjadi cara masyarakat Wuhan, China untuk menyampaikan pesan kepada dunia berkaitan dengan perasaan dan harapan mereka pasca kota tersebut ditutup pemerintah.
Hingga kini, diketahui, hampir seluruh provinsi terkunci karena virus yang berasal dari Wuhan. Kabar terbaru, Selasa (28/1/2020), virus itu bisa menginfeksi 4500 orang dan menyebabkan lebih dari 100 kematian.

Tagar ‘lockdown diary’ di platform Weibo, media sosial yang mirip dengan Twitter cukup ramai disemarakkan masyarakat. Mereka banyak berbagi cerita di media tersebut.
Vlogger Luo Bin yang berada di Wuhan mengunggah sejumlah videonya di YouTube dan mendapat ratusan ribu penonton. Biasanya, ia melakukan review gadget atau travel.
Namun kini, ia menceritakan realitas kehidupan di Kota Wuhan yang telah ditutup oleh pemerintah hingga waktu yang tak ditentukan.
Dalam salah satu video, Luo menggambarkan bagaimana ia harus mengantri sejak dini hari untuk mendapat pasokan bahan makanan di supermarket.
Sebagian besar pertokoan di Wuhan memang tutup. Namun itu terjadi bukan karena masyarakat khawatir penyebaran virus corona, melainkan mereka yang pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Imlek belum bisa kembali ke Wuhan.

Ditambah, status kota itu terkunci. Praktis, jalur perdagangan juga berjalan cukup lambat.
"Tidak ada suasana perayaan kali ini, rasanya seperti mengalami cobaan bukan tahun baru," katanya dalam video, dilansir dari South China Morning Post.
“Tidak ada yang merasa ingin memberikan salam tahun baru satu sama lain kemarin dan saya menerima pesan perayaan yang jauh lebih sedikit melalui WeChat dibandingkan tahun lalu. Mungkin semua orang terlalu khawatir tentang wabah." tambah Luo.
Luo meyakinkan dirinya tidak akan mengunggah konten ke platform streaming video domestik seperti Bilibili, karena pemerintah China menindak desas-desus yang belum diverifikasi tentang wabah penyakit.
Penduduk Wuhan lain, Tao Jigong, juga menemukan ketenaran YouTube mendadak setelah videonya yang dirilis minggu lalu memperoleh ratusan ribu penonton.
Video ponsel Tao goyah. Caranya merekam kejadian lebih amatir daripada Luo. Akan tetapi, di situlah keunggulannya. Video-video yang ia unggah terasa otentik dan membawa penonton menyelami kegiatan sehari-harinya di Kota Wuhan yang sepi.
