Jawa
EWS Sederhana Berbahan Bambu dan Kayu Dipasang untuk Antisipasi Longsor
EWS manual dipasang oleh relawan di titik rawan bencana tanah longsor di Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) manual dipasang oleh relawan di titik rawan bencana tanah longsor di Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Selasa (28/12020).
Alat EWS sederhana berbiaya murah ini dipasang sebagai langkah antisipasi terhadap potensi bencana yang meningkat saat musim hujan.
"Alat deteksi dini atau EWS ini untuk mendeteksi retakan tanah, mendeteksi sejauh mana tanah di perbukitan Menoreh bergerak. Menggunakan alat sederhana yang terbuat dari kayu, bambu, dan paku sudah mendeteksi gerakan tanah," kata Ketua Relawan Gabungan Relawan Muda Bukit Menoreh, Soim, Selasa (28/1/2020).
• Longsor Mengancam Jalan dan 8 Rumah Warga di Magelang
Alat EWS manual ini dibikin secara sederhana menggunakan bahan yang ada di sekitar, seperti kayu, bambu dan paku.
Cara membuatnya pun cukup mudah.
Dua patok bambu dipasang di dua bidang tanah.
Satu patok bambu dipasang di bidang tanah yang aman yang lebih tinggi.
Satunya dipasang di bidang tanah yang rawan atau retakan.
Kedua patok dihubungkan menggunakan batang kayu sepanjang 130 sentimeter.
Di tengah papan digergaji sehingga terdapat celah yang renggang.
Setiap pergerakan tanah nanti akan terdeteksi melalui renggangan dari papan kayu yang dipotong tengahnya tersebut.
Setiap hari, jarak renggangan diukur.
Jika terjadi pergerakkan tanah ekstrim, renggangan terukur sampai > 3 sentimeter per hari, maka dipasang sirine.
Seutas benang itu terikat antara sirine dengan salah satu patok di titik rawan, sehingga jika tanah bergerak ekstrim, sirine akan langsung berbunyi dan memperingatkan warga.
• Longsor di Magelang Ancam Rumah Warga dan Tutup Akses Jalan Desa
"Sepatok tiang dipasang di bidang tanah yang aman. Satu patok di bidang tanah yang rawan pergerakan. Antara kedua patok itu dipasang papan, kita ambil dengan ukuran dan potong tengahnya. Setiap hari bisa kita cek, berapa sentimeter pergerakkan tanahnya. Kita identifikasi, kalau cepat pergerakkannya, kita pasang sirine. Kalau beresiko akan kita lakukan evakuasi. Patok dipasang sekuatnya sehingga posisinya tak berubah," kata Soim.
Model EWS manual secara sederhana ini sendiri dibuat atas arahan dari salah satu pakar kebencanaan dari Jepang, saat dulu berkunjung dan memberi pelatihan warga di sana.
Cara membuat alat cukup mudah dan bahan yang digunakan juga murah.
Alat juga bertahan cukup lama sepanjang musim.
"Penggunaan EWS ini dilakukan sejak awal terbentuknya komunitas relawan. Saat itu pakar dari Jepang melakukan kunjungan di Sidosari, Salaman, dan menyampaikan cara melakuakb deteksi. Bahan pun murah dan tidak habis Rp 10ribu. Alat ini murah, dan masyarakat cenderung mau membikin karena sederhana seperti yang dikembangkan di Menoreh," kata Soim.
• BPBD DIY Pasang Tiga Alat Early Warning System untuk Tanah Longsor di Kulon Progo
Ada tiga titik di Dusun Selorejo yang dipasang EWS manual ini.
Titik-titik tersebut dinilai cukup rawan terjadi longsor.
Sementara di titik pertama longsor di Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang pernah terjadi longsor pada tahun 2016.
Lapisan tanah dengan panjang 60-70 meter, ketinggian 40 meter, ambles, mengancam permukiman dan jalan.
Ketua KSPM, Komunitas Peduli Menoreh, Pujo Prayitno (68), mengatakan, EWS manual dapat mendeteksi gerakan tanah.
Jikalau tanah bergerak, nanti akan terlihat dari renggangan papan. Jika renggangan tanah lebar lebih dari tiga sentimeter, akan dipasang sirine.
"Alat ini efektif mendeteksi gerakan tanah. Sebelumnya, kami juga sudah pernah menggunakan alat ini. Alat ini dipakai karena banyak titik yang rawan longsor. Terparah dulu tahun 2016, longsor menutup jalan dan mengancam rumah warga," katanya.
Warga setempat, Dwi Setyawan (22), Warga RT22/RW09, Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Magelang, mengatakan, di samping rumahnya, sempat terjadi amblesan tanah pada tahun 2016.
Bangunan rumah bagian dinding dapur dan kamar mandi sempat retak.
Ia pun menyambut baik pemasangan EWS manual ini.
Dengan alat ini, warga dapat terperingatkan jika terjadi bencana.(TRIBUNJOGJA.COM)