Cerita Jam Dinding yang Berhenti Berdetak Saat Awan Panas Merapi Menerjang
Letusan pada fase erupsi tahun 2010 ini menyapu sejumlah desa yang ada di sisi selatan lereng Merapi, dan salah satunya adalah Dusun Petung
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Gunung Merapi mengalami fase erupsi pada tahun 2010 silam, tepatnya dalam rentang waktu Oktober - November 2010.
Erupsi ini lebih besar dibandingkan dengan letusan Gunung Merapi pada 1872.
Berdasarkan data BPPTK Yogyakarta saat itu, material vulkanik yang dilontarkan selama fase erupsi tahun 1872 tercatat sekitar 100 juta meter kubik.
• 8 Rekomendasi Destinasi Wisata di Sleman, Mulai Lava Tour Hingga Benteng Takeshi
Sementara pada erupsi tahun 2010, tercatat material vulkanik yang dikeluarkan sudah mencapai 140 juta meter kubik hingga Oktober 2010.
Padahal saat itu, aktivitas erupsi masih terus terjadi.
Letusan pada fase erupsi tahun 2010 ini menyapu sejumlah desa yang ada di sisi selatan lereng Merapi, dan salah satunya adalah Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Semua rumah di daerah tersebut hancur tersapu awan panas.
• Volcano Theatre Tampilkan Film Erupsi Merapi 2010
Rumah luluh lantak, pohon-pohon bertumbangan, harta benda hilang dan nyawa pun melayang.
Daerah yang dulunya asri, hijau penuh pepohonan itu pun seketika menjadi wilayah tandus, seperti kota mati tak berpenghuni.
• Berbagai Pengetahuan Tentang Gunung Merapi Bisa Disaksikan di Museum Gunung Merapi
Itulah pemandangan yang dapat disaksikan di Dusun Kopeng, Umbulharjo, Cangkringan tak lama setelah erupsi merapi tahun 2010.
Kawasan ini merupakan daerah yang terkena dampak parah erupsi merapi 2010 silam.

Foto Tahun 2012 : Rumah-rumah dibiarkan, ditinggalkan penghuninya paskaletusan Gunung Merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Dua tahun pascaerupsi, puing bangunan mulai terlihat.
Rumah – rumah dibiarkan apa adanya, lapuk dimakan usia.
Namun, kondisi ini menjadi catatan sejarah penting yang menceritakan betapa dahsyatnya terjangan awan panas dari Gunung Merapi.

Foto Tahun 2012: Rumah-rumah dibiarkan, ditinggalkan penghuninya paskaletusan Gunung Merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Habis gelap terbitlah terang, segala musibah pasti ada hikmahnya.
Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk melukiskan daerah Kopeng ini.
Setelah luluh lantak diterjang awan panas, daerah ini sekarang menjadi daerah tujuan wisata dari berbagai daerah, mulai dari wisatawan domestik maupun mancanegara.

Foto Tahun 2012 : Rumah-rumah dibiarkan, ditinggalkan penghuninya paskaletusan Gunung Merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Maklum saja, peninggalan – peninggalan reruntuhan bangunan itu, menarik disaksikan untuk mendapatkan secuil cerita yang tersisa dari bencana yang telah menghancurkan ribuan pemukiman penduduk di kawasan lereng merapi tersebut.
Saat disambangi pada tahun 2012 lalu, bekas - bekas kusen pintu dan jendela yang terbakar masih tampak jelas dengan meninggalkan jelaga dan kayu yang sudah menjadi arang.
Beberapa diantaranya sudah habis sama sekali sehingga hanya meninggalkan tembok - tembok rumah yang retak di sana sini berhiaskan jamur yang menghijau.

Foto Tahun 2012 : Kayu yang terbakar masih berada di tempatnya semula ketika awan panas merapi menerjang (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Sementara di bagian dalam rumah - rumah itu, kini penuh dengan rerumputan hijau yang sudah menutupi hampir semua bangunan yang ada.
"Ini seperti laboratorium hidup, serasa berkunjung ke Chernobyl, bedanya ini disebabkan karena gunung api," jelas Ahmad Tedi Kurniawan, seorang wisatawan asal Bogor, Jawa Barat yang kebetulan tengah berkunjung ke daerah itu.
Adapun di daerah ini, tak hanya ada bekas - bekas bangunan yang hancur saja, tapi juga bisa ditemukan museum swadaya yang dirintis Sriyanto, seorang warga Dusun Petung RT 2 RW 5.
Ia memanfaatkan bekas rumahnya yang telah hancur untuk membangun museum yang sangat sederhana yang bernama "Museum Sisa Hartaku".

Foto Tahun 2012 : Museum 'Sisa Hartaku' milik Sriyanto di Dusun Kopeng (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Museum ini ternyata sangat diminati para wisatawan. Wajar saja mereka bisa menyaksikan benar-benar bagaimana dahsyatnya erupsi merapi.

Foto Tahun 2012 : Wisatawan berkunjung ke museum 'Sisa Hartaku' (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Namun begitu, ia memiliki koleksi yang cukup lengkap yang berasal dari harta bendanya yang hancur akibat awan panas.

Foto Tahun 2012 : Sriyanto memperlihatkan bekas tempat air yang berkarat tertimbun abu merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Mulai dari bekas botol yang meleleh, dokumen - dokumen, pakaian, peralatan rumah tangga, gelas, piring, uang logam yang meleleh, sendok yang juga sudah meleleh serta pakaian - pakaian yang sudah hangus sebagian.

Foto Tahun 2012 : Pesawat televisi meleleh akibat terjangan awan panas merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Di antara ratusan buah harta bendanya itu, Sriyanto memilih dua peninggalan yang menurutnya memiliki arti paling penting dalam hidupnya.
Meliputi kerangka sapi utuh miliknya serta satu buah jam dinding yang menunjukan angka pukul 12 lebih 5 menit 40 detik hari Jumat 5 Nopember 2010.

Foto Tahun 2012 : Jam dinding saksi letusan Gunung Merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Jam dinding yang ditemukan dalam posisi terbalik dibawah lapisan pasir merapi itu, mengabadikan saat awan panas menghancurkan kawasan ini.
Jarum jam masih menunjuk waktu yang tepat dalam kondisi meleleh terbenam pada bagian dinding jam.
Sedangkan kerangka sapi utuh yang ia pajang di depan rumahnya merupakan pemberian mertuanya, tak lama setelah ia menikah.

Foto Tahun 2012 : Kerangka sepeda motor yang hangus terbakar awan panas merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
"Sapi itu diberi mertua untuk modal menikah, sampai akhirnya beranak pinak sampai enam kali hingga saya mampu membangun rumah ini," jelas bapak dua anak ini sambil menunjuk rumahnya yang hancur.
Benda lainnya yang menggambarkan betapa dahsyat letusan itu, terlihat pada beberapa botol kaca yang menciut saking panasnya.

Foto Tahun 2012 : Botol kaca meleleh setelah terkena terjangan awan panas merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Juga ada koin logam yang meleleh dan beberapa potong baju yang terbakar.

Foto Tahun 2012 : Baju yang terbakar awan panas merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)

Foto Tahun 2012 : Baju yang terbakar awan panas merapi (TRIBUNJOGJA.com/Mona Kriesdinar)
Benda-benda ini, ia pajang sebagai pengingat bahwa pernah terjadi letusan dahsyat yang meluluhlantakan kampungnya, menghancurkan rumahnya, dan merenggut nyawa orang-orang terdekatnya. (*)