4 Petani Tewas Digigit Ular Kobra : Dua Orang Tewas di Tempat, Dua Lainnya Tewas Saat Dievakuasi
Empat orang petani di Desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Gowa, Sulawesi Selatan tewas akibat digigit ular kobra
Teror ular kobra yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air masih terus berlanjut.
Jika sebelumnya dilaporkan adanya temuan belasan hingga puluhan ekor anak ular kobra di berbagai daerah, di Desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Gowa, Sulawesi Selatan justru sudah ada yang menjadi korban.
• Rumah Yadi Jadi Sarang Ular Kobra ! Ditemukan Belasan Ular dari Kamar Mandi Hingga Lemari
Di tempat ini, empat orang petani dilaporkan tewas akibat digigit ular kobra.

Dua orang petani di antaranya meninggal di lokasi kejadian, sementara dua orang petani lainnya meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit.
Adapun keempat petani ini digigit ular kobra ketika mereka tengah berkebun.
Peristiwa ini dibenarkan oleh Kanit Binmas Polsek Tombolopao, Aipda Musruri.
• Cerita Takmir Masjid At Taqwa Sukoharjo yang Temukan Puluhan Ular Kobra di Tumpukan Karpet Masjid
"Sudah ada empat korban digigit ular kobra dan dua di antaranya meninggal di tempat yang lainnya meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit," ujarnya kepada kompas.com di lokasi penemuan pada Rabu (18/12/2019).
Berdasarkan keterangan, warga bahkan setempat bahkan digegerkan dengan penemuan ular kobra sepanjang empat meter di pekarangan rumah.
Kepala Desa Mamampang Azis Daus mengatakan, kemunculan ular tersebut merupakan hal yang baru pertama kali terjadi di wilayahnya.
Apalagi kemunculan ular kobra tersebut sampai membuat warga tewas.
• Bikin Merinding ! Inilah 5 Ular Kobra Terbesar yang Pernah Ditangkap
"Kalau ular semacam piton sejak dulu banyak, tetapi penemuan ular kobra sampai ada warga yang tewas baru kali ini terjadi," ujarnya.
Akibat kejadian itu, sejumlah warga merasa ketakutan untuk berkebun.

Seperti diakui Riming (50). Warga sekitar mengaku berhenti menggarap kebunnya lantaran khawatir menjadi korban.
Pasalnya, sejumlah warga menyaksikan ular kobra masih berkeliaran di perkebunan warga dengan berbagai ukuran.
"Minggu lalu saya lihat langsung itu ular panjangnya sekitar tiga meter lebih. Saya sempat kejar tapi lari ke rimbunan bambu" katanya kepada Kompas.com, Kamis (19/12/2019).
Namun, adanya teror ular kobra yang menewaskan petani saat berkebun tidak membuat sebagian warga berhenti melakukan aktivitasnya.
Hanya saja, aktivitas dilakukan secara bersama-sama. Hingga saat ini, warga berhasil menangkap dua ekor ular kobra. "Sekarang kalau ke kebun harus ramai-ramai, tidak boleh sendiri karena takut ada ular," katanya.
Penangan korban gigitan ular berbisa

Pakar toksikologi dan bisa ular DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM mengatakan, ada pemahaman masyarakat soal penanganan pertama ketika mengalami gigitan ular yang salah besar.
Umumnya, tindakan pertama dilakukan dengan mengikat daerah di sekitar area gigitan ular.
Tujuannya adalah untuk menghentikan pergerakan bisa ular agar tak menyebar ke seluruh tubuh.
Tindakan lainnya yang sering dilakukan adalah membuat sayatan di dearah gigitan untuk mengeluarkan darah. Tujuanya pun sama, menghindari penyebaran bisa ular.
Menurut Tri, kedua tindakan tersebut salah besar, tidak membantu sama sekali. Bisa ular akan tetap menyebar ke bagian tubuh lainnya.
“Kalau diikat hanya membuat kondisi seolah-olah bisa ular berhenti. Padahal yang diikat adalah pembuluh darah. Akibatnya pembekuan darah hingga amputasi,” kata Tri saat dihubungi, Minggu (10/9/2017).
Tri menjelaskan, cara penanganan yang tepat adalah dengan membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tak bergerak.
Caranya sebenarnya tak sulit. Anggota tubuh dihimpit dengan kayu, bambu, atau kardus layaknya orang patah tulang.
“Betul-betul tidak bergerak sehingga bisa ular hanya ada di tempat gigitan, tidak menyebar ke seluruh tubuh,” kata Tri.
Kesalahan penangan pertama terjadi pada Ananda Yue Riastanto (8) yang digigit ular weling (Bungarus candidus) pada 5 Januari 2017 lalu.
Anak asal Peduhukan Dhisil, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Khusus Yogyakarta itu diberikan pertolongan pertama dengan mengikat bagian yang tergigit.
Beruntung, dengan jenis bisa neurotoksin, Ananda masih selamat dari kematian meskipun mengalami enselofati yang berakibat pada kelumpuhan dan ketidakmampuan bicara.
“Neurotoksin memang berakibat lebih fatal karena bisa menimbulkan kelumpuhan otot pernafasan yang berakibat kematian. Kalau hemotoksin kan racunnya menyerang, membuat pendarahan, jadi matinya itu lama. Kalau neurotoksin matinya cepat,” ucap Tri.
Tri menuturkan, saat seseorang dengan luka gigitan ular, tenaga medis harus dapat mengatur jalannya pernafasan.
Pasien harus segera dibawa ke inkubasi, dipasang fentilator dan dibantu dengan pernapasan buatan. Jika terjadi gagal jatung, tenaga medis dapat melakukan pijat jantung. (*)
==========
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Teror Ular Kobra yang Tewaskan 4 Warga di Gowa, Digigit Saat Berkebun hingga 2 Meninggal di Tempat"