Kepala Sekolah di Jogja Minta Mendikbud Buat Kajian Soal Revolusi Pendidikan Dasar dan Menengah
Kepala Sekolah di Jogja Minta Mendikbud Buat Kajian Soal Revolusi Pendidikan Dasar dan Menengah
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengajukan sejumlah usulan terkait dengan revolusi pendidikan dasar dan menengah kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Beberapa masukan yang disampaikan oleh IGI diantaranya usulan untuk mengubah postur mata pelajaran (mapel) utama di tingkat sekolah dasar (SD).
Yakni menjadikan mapel Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Pancasila sebagai mapel utama di SD.
IGI juga mengusulkan penghapusan mapel Bahasa Inggris pada jenjang SMP dan SMA.
Sebab menurutnya mapel Bahasa Inggris seharusnya sudah dituntaskan di SD.
Pembelajaran Bahasa Inggris juga difokuskan pada percakapan.
Menanggapi hal tersebut, Kepala SDN Serayu Yogyakarta, Kupiyosari menuturkan, usulan IGI kepada Mendikbud tersebut harus betul-betul dikaji ulang.
• Pria Misterius Ngaku Kapolsek Telepon Kepala SDN Gentong Minta Uang, Padahal Orangnya di Sampingnya
"Karena perlu guru Bahasa Inggris yang handal. Titik berat pada speaking dan listening. Pada dasarnya setuju, tapi pemerintah harus menyiapkan guru Bahasa Inggris yang memang kompeten," ujarnya Kamis (7/11/2019).
Menurutnya, berat bagi siswa SD dengan semua materi pelajaran Bahasa Inggris yang harus tuntas di SD, terlebih jika mapel Bahasa Inggris sebagai dasar kelulusan ujian sekolah.
"Jika materi SMP mungkin masih wajar karena wajib belajar sembilan tahun, tapi materi SMA itu berat untuk usia SD. Harus ada sekolah sebagai piloting program dengan fasilitas dari Kemendikbud, misal penempatan guru Bahasa Inggris, laboratorium dan perangkat yang sesuai," lanjut dia.
Senada, Kepala SMAN 8 Yogyakarta Rudy Prakanto mengatakan, terkait penghapusan Mapel Bahasa Inggris di SMA yang harus dituntaskan di SD tersebut perlu kajian mendalam.
"Karena kemampuan bahasa sifatnya keterampilan melalui pelatihan yang membutuhkan waktu lama. Tidak semudah yang kita bayangkan, karena kita tidak terbiasa dengan bahasa asing. Kemudian ketika dipaksa selesai di SD menjadi susah. Perlu kajian mendalam bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan," katanya.
Selain itu, IGI juga mengusulkan jumlah mapel di tingkat SMA maksimal enam mapel tanpa penjurusan lagi.
Menurut Rudy, usulan tersebut juga perlu kajian. Sebab kata dia, berapapun jumlah mapelnya menjadi bagian yang harus dicermati dan hati-hati dalam menentukan, karena di dalamnya terkait dengan guru yang mengajar.
"Enam itu mapel apa saja yang diberikan? Kemudian, guru-guru yang selama ini mengajar akan beralih mapel atau bagaimana? Ini hal-hal yang harus diperhitungkan," ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini di SMAN 8 Yogyakarta ada 17 mapel. Apabila mapel harus dikurangi maka itu perlu dikaji.
"Guru pengampu mapel tertentu yang tidak diberikan proses belajar maka itu menjadi persoalan tersendiri. Jadi perlu kajian pada guru mata pelajaran yang dikurangi," ungkapnya.(Tribunjogja/Noristera Pawestri)