Kejadian Langka, Para Pembunuh Bayaran Saling Sewa untuk Lenyapkan Target

Lima pembunuh bayaran dan satu orang kliennya ditangkap dalam aksi rencana pembunuhan. Kelima pembunuh bayaran diketahui saling sewa satu sama lain

Editor: Mona Kriesdinar
Nanning Intermediate Peoples Court via BBC
Keenam terdakwa dengan lima di antaranya pembunuh bayaran ketika disidang di Pengadilan Menangah Rakyat Nanning, China. Keenamnya terbukti bersalah dalam upaya pembunuhan 2016 lalu. 

Kepolisian China berhasil menggulung para pembunuh bayaran yang selama ini beroperasi secara terselubung. Para pembunuh bayaran yang berbasis di Guangxi, China ini diketahui pernah saling menyewa demi untuk membunuh targetnya.

Salah satu pengguna jasa pembunuh bayaran itu adalah seorang pengusaha bernama Tan Yaouhui. Ia menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan saingan bisnisnya dengan nilai kontrak Rp 3,9 miliar.

Namun si pembunuh bayaran itu ternyata menyewa orang lain, dengan kontrak yang telah dikurangi sebesar 141.000 dollar AS, atau Rp 1,9 miliar.

Setelah itu seperti diberitakan BBC Selasa (22/10/2019), para pembunuh bayaran itu saling menyewa untuk mengenyahkan target.

Hingga akhirnya eksekutor yang terakhir menemui calon korban, yang diidentifikasi hanya bermarga Wei di kafe, dan menawarkan kematian palsu.

Keenam terdakwa, lima pembunuh bayaran dan Tan, terbukti bersalah atas percobaan pembunuhan dalam persidangan yang digelar di Nanning yang berlangsung selama tiga tahun terakhir.

Jika diilustrasikan maka bisa digambarkan bahwa A menyewa pembunuh bayaran 1 untuk melenyapkan target. Kemudian A menyewa pembunuh bayaran B untuk melakukan tugas itu tapi dengan nilai yang sudah dikurangi. B kemudian menyewa pembunuh bayaran C dengan nilai yang dikurangi lagi. Begitu seterusnya hingga yang terakhir adalah pembunuh bayaran kelima dengan nilai yang sangat kecil.

Kronologi

Saat itu, Wei mengambil langkah hukum perusahaan yang dikelola oleh Tan dalam sebuah perselisihan.

Takut dia bakal kehilangan banyak uang karena kalah dalam pengadilan, Tan menghubungi pembunuh bayaran pertama yang diidentifikasi bernama Xi Guangan.

Xi menyepakati. Namun tak lama kemudian, dia meminta eksekutor lain, Mo Tianxiang, untuk melakukan tugasnya membunuh Wei.

Saat itu, Xi menawarkan kontrak dengan nilai setengahnya. Namun Xi sempat meminta Tan untuk membayarnya 1 juta yuan, atau Rp 1,9 miliar, jika tugasnya selesai.

Namun kenyataannya adalah Mo menelepon algojo lain, Tang Kangsheng, yang setuju untuk mengeksekusi dengan total bayaran 770.000 yen, atau Rp 1,5 miliar.

Kemudian dramanya berlanjut dengan Yang Kangsheng memberikan tawaran kepada Yang Guangsheng dengan total 700.000 yuan, sekitar Rp 1,3 miliar.

Rantai permintaan itu baru berakhir di pembunuh bayaran bernama Ling Xiansi setelah dia dijanjikan sebesar 100.000 yuan, atau Rp 198,3 juta.

Alih-alih melaksanakan tugasnya, dia malah menemui Wei di kafe, dan memberitahunya soal plot untuk menghabisinya, serta menawarkan solusi.

Ling membujuk Wei supaya mau diikat dan berpose seolah sudah mati, sehingga dia bisa membawa foto buktinya kepada Yang Guangsheng, dengan Wei kemudian melapor ke polisi.

Kasus yang terjadi pada 2016 itu sempat berhenti karena kekurangan bukti dengan keenamnya dibebaskan.

Jaksa kemudian mengajukan permintaan baru sehingga sidang pun berlanjut.

Tan yang adalah dalang upaya pembunuhan dijatuhi lima tahun penjara. Sedangkan Xi yang merupakan pembunuh bayaran pertama divonis tiga tahun dan enam bulan.

Kemudian berturut-turut Yang Kangsheng dan Yang Guangsheng (3 tahun 3 bulan), Mo Tianxiang (tiga tahun), dan Ling dipenjara dua tahun tujuh bulan. (*)

Kisah Para Pembunuh Bayaran, Ada yang Mengeksekusi Rektor Hingga Istri Muda Pejabat

Selain kisah pembunuh bayaran tersebut, ada juga beberapa kisah pembunuh bayaran di Indonesia, ada yang menunggu proses eksekusi hingga ada yang sudah bebas.

Setidaknya ada dua pembunuh bayaran yang kini sudah bebas dari penjara.

Siapa saja mereka?

1. Umar Jaya

Umar Jaya adalah seorang pria yang menjadi pembunuh bayaran di Sumatra Barat.

Terakhir, ia divonis penjara karena telah membunuh Rektor Universitas Padang.

Pada tahun 1996, Umar Jaya dibayar Rp100 juta untuk membunuh bersama kedua temannya pada 1996. Umar membunuh bersama 3 rekannya.

Saat itu, Umar bertindak sebagai sopir yang menunggu di luar rumah, dua temannya menjadi eksekutor, dan satu lainnya menjaga di depan pintu.

Namun, kedua teman Umar yang menjadi eksekutor telah meninggal dunia, sedangkan satu temannya masuk penjara.

Umar Jaya
Umar Jaya (sumbarsatu.com)

Umar Jaya berhasil dibekuk polisi dan dipenjara selama 11 tahun.

Ia bebas pada tahun 2011.

Umar Jaya juga pernah terlibat kasus perampokan di rumah pemilik mesin giling padi di Nagari Guguak VII Kota Talago, Kecamatan Guguak, pada 18 Agustus 2015.

Ia beraksi dengan 7 temannya dan berhasil membawa kabur 200 gram emas serta uang tunai Rp90 juta.

2. Iwan Cepi Murtado

Iwan Cepi Murtado adalah seorang pembunuh bayaran yang dikenal bengis saat beraksi dan paling ditakuti di Indonesia.

Ia adalah anak dari Murtado, seorang jawara Betawi yang dikenal dengan sebutan 'Macan Kemayoran'.

Berbeda dengan ayahnya, Iwan memang tidak memiliki kemampuan silat, tapi ia sangat cermat, cerdas, dan bengis.

Saat masih anak-anak, Iwan sudah pernah dijebloskan ke penjara karena membunuh dan tidak membuatnya jera.

Iwan Cepi
Iwan Cepi (ist/trans7)

Di tahun 1970-an, Iwan kembali mengulangi perbuatannya.

Iwan Cepi mengaku sebelum menjadi pembunuh bayaran pernah menjadi seorang tentara selama delapan tahun.

Ia kemudian memutuskan keluar karena merasa tidak disiplin.

Akhirnya pekerjaan sebagai pembunuh bayaran pun dilakoninya.

Ia mengaku bahwa jumlah bayaran untuk sekali membunuh tidak menentu, mulai dari Rp2 juta hingga Rp25 juta.

Kendati dikenal sebagai pembunuh bayaran, Iwan Cepi tak mau tidak mau disebut sebagai pembunuh bayaran.

Kehidupan Iwan Cepi mulai berubah ketika mendekam di penjara Cipinang selama 10 tahun.

Iwan Cepi ditangkap saat membunuh istri muda pejabat dengan tali tambang.

Sayangnya, karena mayat yang dibuang tersangkut sehingga warga menemukan jenazahnya.

Ia pun ditangkap dan dipenjara di Cipinang dengan masa kurungan 10 tahun.

Hal yang mengejutkan adalah ketika dipenjara Iwan begitu disegani dan diakui menjadi pemimpin para narapidana di sana.

Saat keluar penjara, Iwan Cepi mulai menata kembali hidupnya dengan bertaubat serta menyesali segala perbuatannya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Para Pembunuh Bayaran Ini Saling Menyewa untuk Bunuh Targetnya"

Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved